sungguh tak bisa ku mengerti kenapa mereka membuang buang uang hanya untuk membeli ini, padahal uang mereka bisa di sedekahkan kepada yang membutuhkan.
ku lirik si pembantu, dia masih berdiri mematung di sampingku
"kau sudah berapa lama tinggal disini?" aku bertanya untuk mencairkan suasana.
"sudah 20 tahun nona" air mukanya tidak menampilkan kebohongan.
tapi dia selama itu sudah menjadi pembantu dirumah ini? bukan main.
"berapa sekarang umur mu?" dia melirik ku sekilas, "20 tahun nona" aku terperanjat, ku tatap lekat lekat wajahnya, sepertinya dia gak bohong. dia sudah ada disini dari lahir, luar biasa.
"kenapa kau gak keluar dari rumah ini dan mencari pekerjaan yang lain?" dia terdiam sesaat
"dari kakek buyut saya sudah bekerja untuk keluarga ini nona" dia menjawab dengan rileks seperti yang sudah sering mendengar pertanyaan ini.
"kau tak ingin bersekolah?" dia terkejut lalu tiba-tiba matanya berkaca-kaca, tapi tetap menundukkan kepala.
harusnya aku tak bertanya tentang ini."ah kalau kau tak mau menjawab tak apa" aku mengelus tangannya
"saya ingin bersekolah nona, tapi tak layak bagi saya untuk bersekolah.." ku potong ucapannya
"apa karena kau seorang pelayan? kalau kau mau aku akan menyekolahkan mu." dia menatapku tak percaya, tapi juga takut.
"tidak apa-apa Nona saya tak pantas bersekolah" lalu menunduk kembali.
"tak perlu sungkan, aku akan merahasiakan sekolah mu dari nyonya besar" raut wajahnya berubah riang, tapi semenit kemudian kembali muram
"terimakasih atas kepedulian nona, tapi nona tak perlu repot, saya juga sudah mengubur dalam-dalam impian ini" dia tersenyum dari balik tundukkan kepalanya, anak yang baik.
"baiklah jika kau ingin sekolah lagi katakan saja ya, jangan sungkan" aku pun tersenyum melihatnya yang begitu baik.
"sepertinya aku harus ganti baju dan menghapus riasan ini, gimana bisa aku tahan seharian pakai baju berat kayak gini" si pelayan yang tak ku ketahui namanya itu tertawa kecil
"kenapa ketawa?" dia kaget lalu semakin menunduk
"maaf nona"aku bertanya tapi malah dijawab maaf hadehh.
"gapapa loh, aku malah senang kalau kau ketawa, ku kira selera humor mu sudah hilang" dia tersenyum,
aku berpaling darinya, menuju kamar mandi.
"nona ingin mandi? biar saya siapkan air hangat mohon tunggu sebentar nona" dia bergegas, melewati ku ke kamar mandi.
beberapa menit kemudian dia keluar. "sudah siap nona, silahkan mandi" dia membungkuk kan badan, tak ku sangka sampai mandi ku pun di urus orang lain.
"terimakasih" aku berlalu, dan menutup pintu kamar mandi.
ku pandangi kamar mandi ini, bahkan kamar mandinya saja sangat mewah.
tidak berlama-lama lagi, ku lepas gaun pengantin ini lalu berendam di dalam bak mandi. hangatnya.
rasa syukur yang awalnya hilang kini timbul kembali.
'terimakasih tuhan, aku sangat bahagia walaupun hatiku masih terluka.'
aku berusaha untuk melupakan semuanya aku tak ingin membuat diriku semakin menderita hanya karena orang yang tak penting itu.
untungnya sih aku tak mungkin bertemu dengannya dalam waktu dekat, jika sering mungkin rasa sakit ini takkan hilang.
air hangat dan taburan kelopak mawar, membuatku rileks. Berendam di air hangat adalah pilihan yang tepat untuk menghilangkan stress.
tak pernah terbayangkan dalam hidupku, aku menikmati berendam dengan air hangat dan taburan kelopak mawar.
'nikmat mana lagi yang kau dustakan''
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA HAZEL
RomanceTiba-tiba dia berhenti mendadak, nyaris membuatku menabrak punggungnya. "ada apa? kenapa tak masuk?" Lalu dia memutar badannya. "kau, kenapa mengikuti ku?" katanya dengan tatapan dingin "bukannya ini juga kamarku?" apa maksudnya mengikuti? aku tak...