Si pengecut

7 4 0
                                    

Kami menghabiskan waktu 3 jam untuk belajar, dan sekarang sudah hampir jam makan siang.

"Kita sudahi dulu ya belajar nya" aku mengemasi beberapa buku dan alat tulis.

"Iya nona" siti juga ikut membantu merapikan buku buku-buku dan menyusun kembali ke tempatnya

Tak berapa lama suara ketokan dari pintu terdengar, siti bergegas menuju pintu dan membukanya.
Berbicara sebentar dengan si pengetok lalu dia datang kepadaku

"Nona sekretaris farhan ingin bertemu dengan nona" dia itu berbicara dengan sedikit berbisik.

"Dengan ku? Ada perlu apa?"

"Saya tidak tau nona tapi katanya ingin membicarakan hal penting"

"Baiklah suruh dia menunggu sebentar" aku bergegas memakai hijab.

"Biarkan dia masuk" siti berjalan ke pintu, membukanya dan membiarkan orang itu masuk.

"Maaf mengganggu waktunya nona" orang yang mengetuk tadi membungkuk kepada ku.

"Ya tak apa" aku menjawab seperlunya "ada perlu apa?"

"Saya menyampaikan pesan dari tuan Harris" dia menyerahkan sebuah amplop, aku mengambil amplop itu dan membukanya.

Amplop yang bertuliskan 'kontrak nikah' ini terlihat sangat rapi, seperti yang akan diberikan kepada presiden.

Aku membaca dengan seksama isi yang termaktub dalam surat itu.
Tapi sulit ku mengerti ini adalah sebuah penghinaan. Yang ku tahu sebuah kontrak itu adalah pembawa keuntungan bagi si pengontrak dengan yang dikontrak.

Tapi mengapa disini hanya aku yang dirugikan, apa pulak ini pasal dua ayat satu 'hazel dilarang keluar dari ruangan atas kecuali kedua orang tua dari kedua belah pihak datang berkunjung'.

Wah ini sangat merugikan ku, aku tak terima dia membuat kontrak bahkan tidak melibatkan ku, astaga.

"Nama mu farhan?" Ku pandangi dia dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Bilang pada tuan mu, aku gak mau terima kontrak ini, aku ingin dia datang ke sini dan mendiskusikan kontrak ini bersama ku" wajah farhan yang santai terlihat sedikit terkejut.

"Tapi nona, tuan sedang ada di Spanyol"

"Hah dia bahkan menyuruh sekretaris nya untuk mengantarkan ini" ku robek kontrak itu lalu melemparkannya ke farhan.

"Bilang padanya aku gak terima kontrak itu, aku ingin dia datang ke sini dan mendiskusikan langsung kontrak ini bersama ku" aku membuang muka dan tak menghiraukannya yang terdiam mematung.

"Siti suruh dia segera keluar dari ruangan ini" farhan dengan sisa sisa keterkejutan nya, membungkuk kembali, dan segera berlalu keluar dari perpustakaan.

Aku masih gak habis pikir melihat betapa pengecutnya si harris  itu, kenapa dia tak memberikannya langsung kepadaku, dan membuat kontrak yang bahkan orang gila saja tak mau menerimanya.

"Nona tidak apa apa?" Siti mendekat, mungkin dia heran dengan adegan barusan.

Aku yang bingung dan juga ingin menangis, hanya bisa menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Aku... baik baik saja siti.." bersamaan dengan ucapan itu, air mata ini pun menetes tanpa dikomandoi.

"Tidak, nona tidak baik baik saja" siti memelukku, mendekapnya seperti seorang ibu.

Tangisan ini juga semakin menjadi, rasa hangat dan nyaman semakin membuat air mataku tak mau berhenti.

"Aku..baik baik saja siti...aku .. tak apa apa"suaraku terputus-putus karena sesenggukan,  siti juga semakin erat mendekap ku, mengelus rambutku, sambil sibuk menenangkan.

Tuhan boleh kah sekali saja aku mengatakan bahwa aku lelah, dengan semua skenario yang kau berikan ini?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIA HAZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang