Sekolahkan keduanya

9 4 0
                                    

segar sekali setelah selesai mandi, tapi entah mengapa aku jadi lapar karena berendam hampir tiga puluh menit.

"dik minta tolong dong" tanpa sadar aku panggil dia adik melihat nya, aku jadi ingat adik ku dirumah.

"gak apa kan aku panggil adik?" aku takut dia tersinggung, tapi dia malah mengangguk yang artinya tak masalah.

karena kurasa mungkin dia akan lama berada disisi ku, jadi aku merasa ingin akrab dengan nya.

"tadi nona mau apa?" aku tersadar dari lamunan

"ah iya aku pengen makan camilan dan minum yang dingin dingin gitu" dia berjalan menuju ke sebuah tempat yang mirip dapur mini, dia mengambil sesuatu dari lemari di dapur itu, dan mengeluarkan sebotol minuman dari kulkas.

dia datang kembali dengan camilan keripik kentang dan sebotol minuman.

wah lengkap banget, aku kagum dengan keistimewaan kamar ini.

jika lapar aku hanya perlu jalan lima langkah, dan langsung mendapatkan makanan, mantap.

ku buka bungkus makanan itu, karena lapar aku jadi memakannya dengan tergesa-gesa.

tapi, kenapa gadis terus menatapku, apa dia ingin makan ini juga? kalau ku tawari dia mau gak ya? bodo ah tawari aja, kalau dia gak mau tinggal dipaksa. 

"mau?" aku memberikan bungkus berisi camilan itu kepadanya, tapi dia menolak padahal aku tahu kalau dia ingin. ku tarik dia duduk di tempat tidur ku.

"nona saya tidak bisa duduk disini" katanya gusar

"tak apa selama aku ada disini kau boleh mendudukinya" aku menyodorkan camilan, dia tetap menolak

"ambillah tak perlu segan" aku tersenyum meyakinkan nya, dia tampak ragu tapi akhirnya mengambil makanan yang ku kasi.

"siapa nama mu?" akhirnya ku tanyakan juga pertanyaan itu, kalau menunggunya yang bertanya namaku takkan mungkin. melihat sikapnya yang seperti itu.

"siti" katanya singkat lalu memasukkan keripik kentang ke mulut nya.

"siti, aku juga pernah merasakan hidup seperti mu" dia menatapku, seperti tertarik dengan kata yang barusan ku ucapkan.

ku lanjutkan kalimat ku "aku anak pertama dari tiga bersaudara, adik ku dua orang laki laki. adikku yang pertama sebaya dengan mu dia sekarang kuliah di turki.

adik ku yang kedua sekarang kelas dua SMA, kau tau orang tua kami bahkan tak sanggup memberi kami makan, tapi mereka bisa menyekolahkan kami.

ya itu juga sebuah keberuntungan bagi kami yang terlahir dari keluarga miskin, dan merasakan perihnya penderitaan. dihina dicaci maki, tapi ibu selalu menguatkan kami. ibu bilang kami harus memiliki hati yang tabah.

dunia ini sementara jadi tak perlu pedulikan pandangan orang lain, hidup kita hanya untuk sang maha kuasa. sekaya apapun kita pada akhirnya hanya akan kembali ke tanah, begitulah kata ibu. yang sampek sekarang masih ku pegang erat-erat." dia serius mendengarkan ku, ku lanjutkan lagi kisah ku

"kami bisa bersekolah juga dengan bantuan beasiswa, keinginan kami besar untuk bisa bersekolah hingga akhirnya bantuan dari pemerintah menghampiri kami sang juara.

aku tak bermaksud sombong, aku hanya ingin memotivasi mu agar tak menyerah dengan cita cita yang kau punya, kau anak yang pintar.
bakat mu akan sia sia jika tidak dikembangkan" dia menunduk kembali, kali ini aku akan membuat mu bersekolah dik

"siti mau bersekolah kan? aku janji takkan memberitahu siapapun" dia memandangku lekat,lalu mengangguk

"Alhamdulillah, kau berapa bersaudara?"

"dua nona"

"adik mu umur berapa?" dia langsung menjawab

"tujuh tahun nona" tujuh tahun berarti kelas satu SD, baik lah karena aku sudah bertekad akan ku sekolahkan keduanya.

DIA HAZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang