"begini... sebenarnya ini kisah teman ku. Dia dapat pesan dari cinta pertama nya, tapi dia bingung harus jawab apa. Karena dia sudah lama tidak berkomunikasi dengan cinta pertamanya itu.." Siti tampak tertegun sejenak.
"Apa isi pesannya?" Wajah polosnya menanti jawaban dariku, aku tak tau haru bilang apa.
Karangan cerita apalagi yang harus ku berikan, Aku tak bisa memberitahu isi pesannya, dia bisa curiga."Anggap saja sebagai sebuah ucapan selamat" aku berharap dia tidak menduga duga maksudku.
"Ooh.." jeda omongannya yang singkat membuat ku panik.
"Kalau pria itu hanya mengucapkan selamat, kenapa tak balas dengan terimakasih?." Itulah yang ingin ku balas tapi aku takut.
"Temanku takut melukai perasaan laki-laki itu.." dia terdiam lagi, lalu berucap
"ucapan terimakasih takkan melukai perasaan siapapun, bahkan dia akan merasa dihargai karena dia mendapatkan respon yang baik...kalau temen kakak merasa begitu, berarti dia masih punya perasaan kepada pria itu. Ya kalau masih cinta, di ungkapkan saja, gak baik kalau terus dipendam." Sayangnya aku tak bisa mengungkapkan rasa ini.
Ku lihat senyuman mengambang di bibirnya, ya gadis itu sudah berusaha untuk memberikan masukan dari masalahku.
"Hmm baik lah aku akan bilang ke teman ku untuk mengucapkan terimakasih kepada cinta pertama nya itu." Aku respect dengan pendapatnya, siti itu anak yang cerdas sayang sekali dia tidak bersekolah.
Aku harus cepat cepat mempersiapkan ujian paket C nya.
Ku genggam ponselku, dan mengetikkan beberapa kata disana.
Balasan dari dia cepat sekali baru sedetik yang lalu ku kirim dia sudah membalas pesanku.'kapan kita bisa bertemu dik, abang rindu dengan mahasiswi Abang yang satu ini :)' singkat tapi ber demeg, tidak bisa begini aku adalah perempuan yang sudah menikah walaupun suamiku tidak menganggap ku sebagai istri.
Astaghfirullah setan pergi lah menjauh aku tak mungkin menyukai pria lain selain suamiku sendiri ya Allah jagalah aku.
Aku membalasnya, 'jika Allah mengizinkan kita akan bertemu lagi bang' aku tak bisa memberinya harapan palsu kan? Jadi respon seperlunya saja.
ku letakkan ponsel dan berjalan menuju balkon dikamar, udara diluar sangat dingin, angin sepoi-sepoi mengibarkan mukena yang belum ku lepas. Sejuk.Para pelayan hilir mudik membersihkan kebun, aku ingin membantu mereka tapi aku tak bisa keluar karena pintu kamar yang menuju ruang utama dikunci olehnya, siti menyiapkan makanan untukku dari dapur dikamar.
Aku hanya bisa menghirup udara segar itu dari balkon. Menyayangkan diriku yang tak bisa berbuat apa. Seandainya aku tak menikah dengannya aku pasti takkan sengsara seperti ini.
Siti berdiri di sebelahku, ikut menikmati pagi, di balkon.
"Siti pintu perpustakaan itu menuju keluar?" Dia menoleh lalu menjawab
"benar nona" ternyata dugaan ku tepat, kurasa aku bisa keluar dari situ.
"Siti ayo belajar, kau akan mengikuti ujian paket C nanti" ku genggam tangannya, dia pun tersenyum
"baik nona" bahagia melihatnya yang tersenyum tanpa beban seperti itu.
Ku lepas mukena, melipatnya lalu meletakkannya digantungan.
"Kita bawa camilan dan minuman ya, kita akan belajar lama disana" dia sigap menjawab "baik" lalu berlari menyiapkan camilan untuk kami nikmati.
Aku berjalan duluan ke perpus, langsung memastikan pintu yang ada di perpus, kunci yang tergantung disitu ada dua.
Ku lepas satu kuncinya dan meletakkan kunci lainnya.
Derap langkah siti terdengar, secepat mungkin ku sembunyikan kunci di tanganku ini, di kantung baju.
"Nona, kita akan belajar apa hari ini?" Anak cemerlang itu semangat sekali untuk belajar, baguslah.
"Sejarah"
Setelah itu pesan pesan darinya setiap hari selalu hadir menghampiri ponselku.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA HAZEL
RomantizmTiba-tiba dia berhenti mendadak, nyaris membuatku menabrak punggungnya. "ada apa? kenapa tak masuk?" Lalu dia memutar badannya. "kau, kenapa mengikuti ku?" katanya dengan tatapan dingin "bukannya ini juga kamarku?" apa maksudnya mengikuti? aku tak...