prolog

15 2 2
                                    

Berjalan saja, tanggung sudah setengah jalan masa iya mau menyerah karena berjuang tidak se-bercanda.

                                       o0o
Suatu hari di SMA favorit se kota Bandung digemparkan dengan anak murid nya yang dikenal pintar juga multitalenta, selain itu mereka juga good looking. Nampak empat orang laki-laki tengah duduk di bawah pohon mangga sambil memakan basreng dan segelas cendol.

"Eh, btw Lo ada free time kagak?"  tanya laki-laki bertubuh sedang dengan wajah baby face.

"Nanya ke siapa lu? Di sini manusia nggak cuman satu brads!"  sahut laki-laki berhidung bangir dan sorot tajam.

"Ya ke siapa aja lah,"  tukas laki-laki tadi malas berdebat.

"Ada tapi nggak tahu deng, gimana takdir aja dah,"  ujar salah seorang laki-laki beralis tebal.

"Bacot mu itu lho,"  umpat si hidung bangir lagi.

"Ck, Lo pada kenapa si gaje tahu nggak?"  ungkap laki-laki bertubuh tinggi.

"Bodo amat dah, daripada digantung terus nyeuri brow!"  tukas laki-laki hidung bangir itu lagi.

"Bucin aja Ampe mampus Lo njir,"  cibir laki-laki beralis tebal.

Karena percakapan tidak ada yang menarik, laki-laki berhidung mancung yang bernama lengkap Cakrawala Irzan Jenggala terlihat tengah mencari-cari topik untuk membuat perkumpulan mereka tidak terkesan garing, namun nihil nyatanya dia malah tergoda oleh tukang cakwe yang lewat dan meninggalkan teman-temannya.

"Dasar perut karet, gak kenyang apa sama basreng tiga plastik?"  senandika laki-laki bernama Azka.

"Bodo amat dah, yang gemuk dia kok jadi elu yang sibuk si?"  sewot si tubuh jangkung namanya Zafraell.

Sementara laki-laki berwajah baby face memilih menyusul Irzan dan mengikuti nya membeli cakwe karena cacing di perut sudah demo meminta makan, Alvan namanya. Tak lama kemudian, setelah mereka selesai membeli cakwe tiga plastik penuh saus datanglah laki-laki berjas hitam dengan kacamata  bertengger di hidung nya.

Mereka ber-empat saling pandang kemudian mengendikkan bahu masing-masing, heran dengan kedatangan sosok tersebut yang entah akan menemui siapa, Irzan dan Alvan menghentikan sejenak aktivitas ganas nya saat menghabisi cakwe yang tinggal sisa sebungkus lagi.

Bugh

Plak

Bugh

Sebungkus cakwe di tangan Irzan jatuh berserakan ke tanah detik itu juga, tak elak mengotori celana abu-abu yang ia kenakan saat itu, yang tadinya wajah Irzan senantiasa enak dipandang berubah menjadi sorot elang dan seperti bukan Irzan yang teman-temannya kenal.

"Mau Lo apa bangsat?"  cerca Irzan pada laki-laki yang tengah menyeringai itu.

"Ikut saya!"  tegas nya.

"Gue masih ada jam sekolah, setan! Jangan buang-buang waktu gue Lo!"  tukas Irzan.

Teman-temannya yang melerai tak mampu menghentikan Irzan saat ini, dan ia memilih mengusir mereka, membiarkan ia kalut dengan amarahnya sendiri dengan kedatangan sosok tersebut.

"Kelak kamu akan berlutut di hadapan saya!"  ujar laki-laki berjas hitam itu sambil membalikkan badan dan membetulkan jasnya yang sempat Irzan tarik.

"Haha, kebalik bro! Emangnya elu tuhan hah? Bukan! Lu manusia yang sama-sama makan nasi dan diciptakan dari tanah!"  kata Irzan sarkastik.

"Pintar ya kamu, dasar nggak tahu diri! Kita lihat saja nanti, kamu bakalan nyesel anak muda!"  ucap nya seraya membetulkan kacamata dan mengambil langkah hendak menjauhi Irzan.

"Mending gue, daripada elu LUZARD! BASTARD! Pergi lu babi!"  sergah Irzan dengan sorot elang dan napasnya yang memburu.

Laki-laki berjas hitam itu hanya tertawa renyah meninggalkan Irzan yang tengah berusaha berdamai dengan emosi nya yang saat ini menggerogoti dirinya, hingga melihat siapa pun ia ingin menghabisi bawaannya.

"Yang tadi siapa?"  tanya  Alvan.

"Gak usah ikut campur!"  tegas Irzan seraya berjalan menuju kelasnya.

"Udahlah, biarin dia tenang dulu."  lerai Zafraell.

                                          o0o

Welcome to new story, semoga suka ya hehe stay tune sampe tamat pokok nya but sorry agak slow up soalnya author nya buronan penjara suci beu.

Sampai jumpa di next part braw!

From Hopelles to PrayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang