Pada suatu hari, di sebuah komplek perumahan elite kawasan Bandung nampak lah seorang laki-laki yang tak lain dan tak bukan yakni Irzan tengah duduk sambil celingukan entah mencari siapa.
"Ah mending gue masuk lagi dah ke rumah, ambil makanan biar kagak gabut nungguin jam." ucap nya bermonolog.
Irzan memasuki rumah, kemudian mengambil tiga potong sandwich ke dalam kotak bekal, juga tak lupa tiga botol yoghurt Cimory plain.
"Belum berangkat A?" tanya seorang wanita yang tengah menuruni tangga.
"Tar lagi Bun, lagi nungguin temen hehe, biasa komplotan preman kantin huhehe." ujar Irzan.
"Kamu ini ya, jangan kebiasaan ngutang ke ibu kantin dong, tampang doang kayak yang iya eh tahunya ngutang!" cibir Ananta sang ibu.
"Biarin Bun, kan Irzan kasep jadi bebas meluluhkan hati ceuceu kantin yang bahenol kan maen." tutur Irzan.
"Dasar anak muda." tukas Ananta geleng kepala.
Deru motor di luar gerbang rumah ber cat putih itu terdengar gaduh, hingga akhirnya mengharuskan Irzan sang pemilik rumah bergegas menyambar kunci motor nya, lalu berpamitan kepada Ananta untuk berangkat ke sekolah.
"Buset udah pada dateng aja Lo pada," kagum Irzan.
"Kecot lu! Kita kapok kena hukum euy! Makanya subuh-subuh kita berangkat nya." ucap Azka.
"Hilih sok iye lu!" cibir Irzan.
"Iya biar sekalian cuci mata ibu-ibu senam yang aduhai pula," timpal Alvan sambil memainkan alisnya.
"Amit-amit dah."
"Maaf gue nggak kenal dia siapa."
"Set dah lu pada!" lirih Alvan.
"Eh btw nanti sebelum nyampe gerbang sekolah mampir dulu di pedagang kaki lima ya, biar pas istirahat kagak melarat." usul Irzan.
"Kampret lu, makan aja terus kerjaannya njir, badan lu kayak bapak-bapak hamil tahu rasa tuh!" cibir Zafraell.
"Lu tuh ya, dingin-dingin tapi sekalinya ngomong nyakitin, sakiiit banget!" ujar Irzan lebay.
"Anjir jiyay gua!" Azka bergidik ngeri.
"Masih mau betah nge bacot atau gue tinggal nih?" tanya Zafraell.
"Iya hayu kang!" sahut Azka sambil mendelik.
"Zapel jangan marah-marah, nanti ente cepet tu-" belum sempat menyelesaikan kalimatnya Alvan sudah di gebuk Zafraell.
"Anju!" umpatnya.
"Jangan lupa ya wankawan!" teriak Irzan masih memakai helm sementara yang lain sudah siap tancap gas.
"Makan terus ampe mampus lu Zan!"
"Gak papa, karena jadi jomblo tuh nggak perlu royal atau risau karena sepi nggak ada yang chat, dengan makan atau ngopi aja mereka udah bahagia kok aslian."
"Udah, udah dagang bacot mulu Lo Cakrawala!" lerai Zafraell seraya menancap gas mendahului mereka bertiga.
Disusul Azka dan Alvan, sementara Irzan yang tengah mengunyah waffer gelagapan takut tertinggal.
"Woi jan tinggalkan daku! Tak peulah pergilah kawan kejarlah angan-angan mu, jir malah nyanyi gua," monolog Irzan yang kemudian menancap gas juga mencoba menyusul teman-temannya.
Sepanjang perjalanan mereka ngebut bukan main, karena berpacu dengan waktu yang hanya tinggal beberapa menit lagi, bahkan Irzan cs kerap kali mengambil jalan pintas untuk mempercepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Hopelles to Prayboy
Teen Fiction"Iya, nggak selamanya hidup kamu kayak gini." ungkap Nadhera. "Banyak omong banget si jadi Dokter! mending pergi deh kagak usah ngurusin gue!" tukas Irzan. "Terserah ente, saya sudah memberi tahu mau dilakukan atau tidak resikonya ente yang nanggu...