"Curut Monyong! Antonio! Jenggala! Sini kalian!"
Irzan dan Alvan spontan berlari kencang menuju kelas karena mendengar teriakkan dari sang guru BK itu, namun keburu didahului oleh sang ketua OSIS.
"Udah telat masih mau masuk kelas?" tanya ketua OSIS itu yang pada akhirnya membuat kerah belakang Irzan dan Alvan ditarik pak Supriono.
"Ikut saya!" titahnya.
Irzan dan Alvan terpaksa mengekor dan pasrah pada keadaan saja, karena mau membantah pun seakan tercekat.
Mereka sampai di lapangan indoor yang sangatlah luas, lalu tercetak lah senyum kemenangan di wajah Supriono.
"Kalian saya hukum karena telah berani membolos, lalu melakukan penipuan terhadap guru!" ucap Supriono legowo.
"Aduh takut, atutt," Alvan ribet sendiri.
Sementara Irzan diam dan menganggukkan kepala mendengan penuturan guru BK tersebut, karena membantah pun percuma.
"Kalian berdiri di sini sampai jam ketiga, lalu cabut rumput-rumput liar yang tumbuh, kemudian keliling lapang tiga keliling saja!" titah Supriono sambil berlalu.
Irzan dan Alvan mengangguk patuh, lalu memberi hormat dan berjalan menuju lapangan sambil sesekali menghela nafas jengah.
"Mau ditaruh dimana muka gue kalo ada bebep Sena lewat," keluh Alvan.
"Bucin lu setan!" kecam Irzan.
"Alahhh kayak yang nggak aja lu!" sembur Alvan.
"Ngapain dulu nih?" tanya Irzan.
"Ya berdiri dulu lah, cabutin rumput mah nanti aja lah biar gua nggak malu sama bebep Sena, takutnya tiba-tiba lewat," tutur Alvan.
"Njir! Terus apa bedanya sama nyabutin rumput, setan? Elu mau caper sama Sena?" cerca Irzan.
"Iya maksudnya tuh, siapa tahu aja tiba-tiba dikasih minuman dingin di pipi, pas gua lagi asik nyabut rumput, kan edas," celetuk Alvan ngawur.
"Kebanyakan ngonsumsi fiksi! Jadilah seperti ini!" ucap Irzan seraya memposisikan dirinya menghadap tiang bendera dan menghormat.
3 jam berlalu...
Keringat di pelipis Irzan mengalir deras hingga membuatnya melepaskan headband di kepalanya.
Tiba-tiba saja para murid banyak yang menyaksikan pemandangan tidak biasa dari mereka berdua itu bahkan ada yang memberi makanan.
"Sejak kapan jadi kuli njir?" celetuk seorang siswa cungkring.
"Ibadah!" sahut Irzan asal.
Benar saja dugaan Alvan, Sena dan Dera lewat di depan mata mereka namun pandangannya lurus bahkan melirik ke arah Irzan dan Alvan saja tidak.
"Tuh kan, ada bebep ah elu mah!" keluh Alvan.
"Apansih njir? Lagian ngeliat aja kagak udah ge-er duluan, dasar manusia!" ketus Irzan.
Mereka mencabut rumput-rumput tersebut hingga keadaan lapangan benar-benar bersih tidak ada sampah atau apa pun.
"Satu lagi Zan! Kita harus lumpat!" ucap Alvan menghentikan Irzan yang tengah merebahkan tubuh di atas rumput hijau yang asri nan rapi.
"Hadeh bentaran lagi dah! Bisa mati gua kalo terus di giniin ah!" tolak Irzan.
***
Sementara Azka dan Zafraell tengah menikmati semangkuk mie ayam di kantin, sambil sesekali melihat sekeliling mencari dua orang anak manusia yang tidak nampak di hadapan mereka saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Hopelles to Prayboy
Genç Kurgu"Iya, nggak selamanya hidup kamu kayak gini." ungkap Nadhera. "Banyak omong banget si jadi Dokter! mending pergi deh kagak usah ngurusin gue!" tukas Irzan. "Terserah ente, saya sudah memberi tahu mau dilakukan atau tidak resikonya ente yang nanggu...