"Bang udah bang! Udah!" ucap Gharell disertai Isak tangis.
Irzan membalikan tubuh jangkungnya itu, lalu menggandeng sang adik yang babak belur menuju garasi untuk mengambil mobil Pajero hitam.
Mereka memasuki mobil lalu meluncur meninggalkan rumah diiringi dengan Isak tangis Gharell yang tidak rela berpisah dari pangkuan sang bunda.
Tak luput dari netra hitam milik Irzan, air mata dari Gharell menetes hingga membasahi pipinya yang nampak menampilkan bercak merah akibat darah juga lebam karena hantaman ntahlah.
"Gael?" ucap Irzan.
Sang empu melirik kakak laki-lakinya itu dengan tatapan nanar, seraya menghapus air mata lalu mereka beradu pandang sekilas.
"Kita ke rumah sakit dulu ya, udah gitu langsung mampir ke tempat makan dulu, takutnya lu belum makan," ujar Irzan.
Tadinya, laki-laki receh itu ingin bertanya banyak hal kepada sang adik namun terpaksa ia mengurungkan niatnya, karena kondisi sedang tidak memungkinkan.
Sesampainya di rumah sakit, Gharell mendapat penangan khusus dari seorang dokter berwajah cantik yang membuat Irzan seketika melabuhkan hatinya.
"Astoge, gampang jatuh cinta banget si hidup gue," gumam Irzan.
Gharell menyembul di balik pintu bersama dengan dokter yang memiliki wajah mirip Cut Syifa itu.
"Adik anda hanya cedera di bagian kaki saja, in sya Allah akan segera membaik," ujar dokter Alicia.
"Kalo buat ngehilangin luka lebam gimana ya Dok? Soalnya kalo dibiarin kasian nantinya dia," tutur Irzan.
"Nanti juga hilang sendiri kok, sering-sering aja di kompres pake air panas," tukas Alicia.
"Wih, melepuh dong Dok," sambut Irzan.
"M-maksud saya pake air hangat," ucapnya.
Irzan mengangguk lalu pamit undur diri karena harus mengurus administrasi dan bahkan mampir ke restoran untuk mengisi perut sang adik.
***
"Anjir! Nyaris aja gua nginjek tahi, bangsat banget tuh kuda!" dumel Alvan."Ish! Bacot aja lu ah, kuda kagak punya akal juga di salahin gimana sih?" ketus Azka.
Sementara Zafraell tengah menelpon seseorang hingga tidak ikut serta mencampuri obrolan Azka dan Alvan yang nampaknya tengah cekcok.
"Aing kan cuman ngomong, elu sih sensian!" Alvan tak kalah ketus.
Zafraell menatap kedua sahabatnya itu dengan mata elangnya hingga seketika mereka bungkam dan hanya menyunggingkan cengir kuda nya masing-masing.
"Lu berdua! Btw si Irzan kemana ya? Dari tadi gua telfon kagak diangkat terus, katanya nyetusin acara tapi dia juga yang susah dihubungin gimana sih njir?" ujar Zapell panjang lebar.
Azka dan Alvan berdecak kagum kala mendengar penuturan Zapell yang terkesan panjang tak seperti biasanya itu.
"Hehehe marveolus banget lu ngomong panjang Pell," ujar Alvan.
"Emang acara apa yang bakalan kita tuju sekarang Pell?" ujar Azka.
"Kopdar kan?" sahut Zafraell.
"Mungkin si Irzan ada urusan deh, yowis lah kita berangkat aja dah gua mah ngikut," pungkas Azka.
"Gua juga dah, siapa tahu ada tukang cilok di jalan and then mau kemana juga terserah anda maneh dah Pell," tukas Alvan sambil memainkan alisnya.
Akhirnya mereka pun melajukan motor Ducati nya masing-masing menuju Citatah, kali ini tanpa CRF kesayangan mereka karena ini mencoba yang sport katanya, tapi sedikit janggal karena tidak ada Irzan.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Hopelles to Prayboy
Teen Fiction"Iya, nggak selamanya hidup kamu kayak gini." ungkap Nadhera. "Banyak omong banget si jadi Dokter! mending pergi deh kagak usah ngurusin gue!" tukas Irzan. "Terserah ente, saya sudah memberi tahu mau dilakukan atau tidak resikonya ente yang nanggu...