Setelah menerima undangan dari guru favoritnya itu, lengkap dengan teguran juga cibiran dari teman-temannya, akhirnya laki-laki ini pulang dengan perasaan jengah dan bahkan memutuskan untuk tidak lagi berharap.
Sepanjang perjalanan, ia mencoba menepis pikiran-pikiran mengenai hal-hal yang membuat dirinya down, kemudian mengamati sekitar guna menaikkan kembali mood dan keadaannya.
"Ah, ngapain sih gue mikirin jodoh? Mending sibuk nikmatin masa muda guna menata masa depan," gumam Irzan.
Di sela kemacetan, netra hitam milik laki-laki hidung bangir ini tidak lepas dari seorang penjual kerupuk yang berjalan di tengah padatnya kendaraan.
Tanpa bisa berkata atau bahkan melakukan apa-apa Irzan melenggang menuju rumahnya, tanpa memperdulikan sekitar lagi.
Sesampainya di rumah, ia memasukan motor CRF kesayangannya itu kemudian berjalan menyusuri ruangan demi ruangan, ia berjalan lempeng tanpa memperdulikan siapa pun yang berada di sana, karena sudah ia prediksi jika saat ini sedang tidak ada siapa-siapa di rumah nya.
"Baru pulang Bang?" tanya Gharell di balik pintu.
"Ngagetin aja lu!" pungkas Irzan.
"Lha? Gue nanya baru pulang Bang? Bukannya di jawab ini malah dikatain, dasar lu Bang!" ucap Gharell sambil menyantap makanan ringan ditemani televisi yang menayangkan sinetron Indosiar.
"Keliatannya gua baru pulang, masih aja nanya lu! Eh btw sejak kapan jadi korban Indosiar lu? Awas lho ntar ketularan jadi cowok hidung belang haha," kekeh Irzan seraya menaiki tangga menuju kamar.
Gharell hanya memutar bola mata malas lalu kembali melanjutkan aktivitas makannya tanpa memperdulikan perkataan sang kakak laki-lakinya itu.
"Eh Rell, btw ayah sama bunda pada kemana? Tumben jam segini masih betah ngantor?" Irzan mendadak balik lagi hanya sekadar bertanya.
"Kayak nggak tahu aja sih lu Bang, katanya mereka ada acara mendadak jadi pulangnya kemungkinan agak lambat!" tegas Gharell.
"Oh gitu ya," ujar Irzan.
"Eh iya Bang, kata Bunda kalo mau makan goreng telur aja katanya, soalnya kalo masakan kemaren takutnya asem," tutur Gharell.
Irzan hanya mengacungkan jempol lalu kembali pada niat awal, yakni mandi lalu ganti baju dan hanyut pada kegiatan sehari-harinya.
***
Usai mandi dan berganti baju, Irzan menuruni tangga dengan langkah cepat kali ini, hingga membuat Gharell sang adik geleng kepala tak habis pikir mengenai kelakuan sang kakak.
"Mau kemana sih Bang? Buru-buru amat dah hidup Lo!" dumel Gharell.
"Lu lapar kan pasti? Mending ikut gue dah daripada ngecoh kagak jelas terus!" usul Irzan.
"Kemana Bang?" tanya Gharell.
"Cepet dah kagak usah banyak tanya, gue tunggu di depan halaman!" papar Irzan.
Gharell bergegas menuju kamar untuk mengambil jaket, sementara Irzan berjalan menuju garasi untuk mengambil kunci beserta menyalakan mobil Agya hitam nya.
***
Sepanjang perjalanan menuju sebuah restoran, Irzan dan Gharell hampir tidak pernah diam, selalu saja ada topik yang mereka bicarakan, apa pun itu yang pada intinya tidak pernah sepi.
"Bang? Lu tahu gak, kadang gue tuh suka kesepian sama keadaan menjomblo ini, tapi kalo mau nyari pacar juga rasanya gue takut kagak bebas Bang!" ujar Gharell membuat Irzan tercengang.
"Elu ya! Baru juga SMP! Udah maen pacar-pacaran aja!" semprot Irzan.
"Kan di film jendela SMP juga kayak gitu Bang, itu lho si Joko sama Wulan," tutur Gharell.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Hopelles to Prayboy
Teen Fiction"Iya, nggak selamanya hidup kamu kayak gini." ungkap Nadhera. "Banyak omong banget si jadi Dokter! mending pergi deh kagak usah ngurusin gue!" tukas Irzan. "Terserah ente, saya sudah memberi tahu mau dilakukan atau tidak resikonya ente yang nanggu...