Irzan mengalihkan pandangannya yang sempat mengedar kemana saja itu karena mahasiswi cantik itu sudah selesai memesan makanan dan kembali mengajak Irzan berbicara, dan makan-makanan ya g telah dia bayar barusan.
"Kamu udah punya gandengan ya? Maaf kalo misalkan saya jadi buat kalian agak risih," ujar Airis seraya mengelap bibirnya dengan tisu.
Irzan tersenyum lalu menatap sekilas perempuan lemah lembut dengan keanggunan yang membuat siapa saja nyaman jika berada di samping wanita itu, sialnya Irzan yang merupakan laki-laki pengagum wanita lebih tua darinya itu selalu menghangat jika berhadapan dengan wanita itu.
"Mbak Airis mau jadi pendamping saya? Saya mah udah ditakdirkan jomblo dari lahir Mbak, kalo Mbak percaya udah kesekian kalinya saya kandas dalam perbucinan Mbak, makanya males!" tukas Irzan seraya meminum lemon tea nya.
Airis tersenyum sambil mengikat rambutnya yang panjang itu hingga menyisakan poni samping saja, hal itu tak luput dari perhatian Irzan yang beberapa kali membuang muka karena takut terjatuh lagi.
"Mungkin Tuhan belum ngizinin kamu buat bucin Zan, atau mungkin bisa jadi Tuhan lebih suka kalau kamu dapetin yang Masya Allah terus langsung halal," tutur Airis.
Irzan mengangguk, "Dapetin Mbak juga bersyukur saya."
"Pesan saya cuma satu, jangan pernah terburu-buru dalam mencari pasangan atau bahkan mendapatkan nya, karena biasanya yang tergesa-gesa itu selalu tidak berbentuk sempurna," ujar Airis.
"Manusia kan nggak ada yang sempurna Mbak, jadi saya siap nerima Mbak apa adanya," pungkas Irzan lagi-lagi membuat Airis menggeleng lemah.
"Nikmati dan jalani masa muda kamu, itu nggak akan terulang dua kali dan jangan sampe nyesel dimasa tua karena saat muda, kamu malah nyia-nyia in waktu," tegas Airis.
Irzan mengangguk paham dengan penjelasan dari perempuan cantik itu, dan kini mereka kembali berjalan menuju kelas Zafraell untuk melakukan bimbingan belajar. Namun langkah mereka harus terhenti saat sosok tak asing menghampiri Airis dengan senyum dipaksakan.
Sesampainya di sana...
"Selamat siang anak-anak, saya Glauris Arnentha Frasyella, panggil saja Kak Airis ya, disini saya akan memberikan bimbingan kepada kalian perihal mata pelajaran Matematika ya," ucap Airis yang dihadiahi tepuk tangan dan pertanyaan unfaedah dari para murid IPA 1 itu.
Saat gadis itu hendak mengambil spidol untuk mementori IPA 1, Irzan berdeham lalu menatap Airis dan mengisyaratkan ada yang ia lupakan, "Oh iya, anak-anak saya bawa teman baru!"
"Siapa kak? Kakak aja! Ngulang lagi dari SMA biar bisa sama-sama."
"Ihhh! Body sama wajahnya lope lope deh!"
"Jadi istri saya yu kak!
"Jangan sama Irzan kak, bau baso ikan!"
"Bacot mu njir!" ketus Irzan.
Airis menghela nafas jengah lu mempersilahkan anak baru itu untuk memasuki kelas Zafraell yang sedari tadi menatap ke arah Irzan dengan isyarat mempertanyakan siapakah sosok yang mereka bicarakan.
Zafraell membelalak kaget kala melihat gadis yang ia jegal hingga motornya terguling tadi, dan kini ia memasuki kelasnya dengan tatapan garang ke arah dirinya."Gue Ayshell, pindahan dari Jakarta! Salken!" ujarnya jutek.
Airis dan Irzan saling pandang lalu tersenyum ketika menyaksikan hal yang sudah lumrah itu, "Bucin ae lu Zan!"
"Kesempatan dalam kesempitan si Irzan!"
"Whalla Zan! Jangan bikin salfok lu!"
Irzan hanya mencebik lalu kembali fokus pada kenyataan di depannya ini, "Baik Ayshell silahkan kamu duduk di belakang Zafraell ya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
From Hopelles to Prayboy
Novela Juvenil"Iya, nggak selamanya hidup kamu kayak gini." ungkap Nadhera. "Banyak omong banget si jadi Dokter! mending pergi deh kagak usah ngurusin gue!" tukas Irzan. "Terserah ente, saya sudah memberi tahu mau dilakukan atau tidak resikonya ente yang nanggu...