12.

127 11 0
                                    

《DONG YOON》

Sepi.
Hening ini menjadi hamparan pemikiran yang mampu mengukur setiap rasa yang terbenam dalam hati.

Senang.
Berat.
Hangat.
Bahkan kegelisahan.

Semua terlihat kentara saat sendiri menjadi pengingat akan semua hal yang terjadi bahkan yang belum terjadi. Segalanya sangat jelas bahkan mungkin terlihat.

Bibir ini tersenyum.
Rasa bahagia itu tidak bisa dikendalikan. Bahkan di pendam untuk waktu sesaat. Semuanya terlalu mengejutkan.

Angin.
Yah! Dia benar-benar berbeda.
Aku tidak pernah percaya jika aku bisa menemukan sosok sesempurna itu.

Lima tahun enam bulan.
Waktu itu memberikan jawaban yang menyenangkan setelah semua hal yang membuat diri ini tak berdaya.

"Sepertinya aku harus membawamu menemui psikiater untuk memastikan jika kau masih waras."

Tajam.
Ucapan itu benar-benar mampu menghancurkan segala pemikiran yang terajut dalam benak. Membuat rahang ini terkatup rapat.

"Apa itu penting buat mu?!" Kesal ku.

"Mungkin, sebaiknya aku mengabadikannya dalam sebuah video supaya kau bisa melihat sendiri kegilaan yang terjadi pada dirimu." Mulut Yeon Seok selalu saja menyebalkan.

"Lalu, ada apa kau ke sini? Bukannya tadi aku sudah memberi tahu mu jika kita bertemu di pesta perusahaan Hyundai?" Alis ini terangkat naik.

"Tidak. Hanya saja aku tidak yakin apa aku akan pergi atau tidak." Nada itu terdengar gelisah.

"Apa kau baik-baik saja?" Selidik ku.

"Hem. Hanya saja perasaan ku sedikit tidak enak." Jawabnya.

Ia duduk di sofa depan ku.
Wajah itu terlihat sedikit tak terbaca. Dan mata ini berakhir menatap bibirnya saat teringat dengan ucapan Angin.

"Ada apa dengan bibir mu?" Tanyaku memastikan.

"Pacarmu pelakunya. Sepertinya Angin sangat suka dengan kekerasan." Keluhnya.

"Tapi aku yakin sebagian besar bukan karena timpukan proposal yang di bawa Angin." Sindir ku tajam.

"Bela saja pacarmu." Kesalnya.

"Kau pikir aku bodoh, hah?!" Seru ku. "Siap yang mencium mu seganas itu? Biasanya kau lebih suka gadis kalem dari pada yang liar." Lanjut mulut ini tajam.

Ehem!
Yeon Seok salah tingkah. Ia bangkit berdiri dari kursinya. Wajah itu berubah kemerahan yang artinya tebakan ini tidak meleset.

"Aku pergi dulu." Pamitnya.

"Kau harus datang. Semua kolega kita ada di sana." Peringat ku sebelum ia menyentuh gagang pintu. "Dan lagi mungkin sekarang kau bisa melarikan diri dari ku tapi tidak untuk lain kali." Ingat ku padanya.

"Aish! Aku tahu!" Kesalnya namun tak bisa melakukan penolakan.

Ck!
Sialan!
Yeon Seok membuat semua lamunan ku tentang Angin hancur berantakan. Dia benar-benar sahabat yang menyebalkan.

Dan sekarang aku tak punya waktu lagi untuk melamun karena waktu memaksa diri ini segera menyelesaikan semua pekerjaan dengan baik sebelum acara nanti malam.

"Jun, siapkan semuanya untuk malam ini." Perintah ku dari balik telpon pada salah satu orang kepercayaan ku.

"Baik tuan." Jawabnya yang detik berikutnya langsung aku matikan.

Aku beranjak.
Menyelesaikan berkas sebelum menghadiri acara yang dalam segi apapun itu sangat penting.

-
-

SOULMATEWhere stories live. Discover now