9.

157 23 3
                                    

《DONG YOON

Ramai.
Mall diakhir pekan penuh dengan orang. Berbelanja dan menikmati kebersamaan dengan keluarga atau pasangan.

Aku?
Tidak berencana bersenang-senang. Rapat diadakan di sebuah restoran dekat mall. Dan sekarang harus makan bersama dengan keluarga besar.

Membosankan.
Aku lebih suka menghabiskan waktu akhir pekan dengan Angin. Melihat senyumnya, menatap matanya yang belok menyala-nyala saat bicara dan kesal karena semua argumentasi yang keluar dari mulutnya.

"Oppa, kau baik-baik saja?" Pertanyaan itu membuyarkan lamunan.

"Hem?" Seruku sembari menatap wajah cantik yang duduk di kursi depan ku.

Wajah tirus dengan mata lebar karena operasi, berhitung mancung dengan paduan bibir tipis merah muda serta alis sedang. Menatap penuh selidik pada ku.

"Tubuh mu di sini tapi tidak dengan pikiran dan jiwa mu." Serunya tajam.

"Mungkin." Jawaban ini tak jelas.

"Apa ada yang menarik di kantor cabang?" Selidiknya.

Aku diam.
Menatap Geum Mi lekat, mencari informasi dari mata itu yang menatap serius. Menghela napas diakhir.

"Sepertinya kakek tahu jika aku meninggalkan kantor pusat." Gumam ku lirih.

Bibir itu tersenyum.
Menyeruput jus jeruk dengan anggun. Matanya beralih menatap sekitar, melihat lalu lalang koridor mall.

"Tapi siapa yang berani melarang mu?" Serunya tepat sasaran.

"Wajar saja tadi kakek hanya menatap ku dalam diam." Seru ku sembari meraih piring untuk mendekat, meraih kudapan. Memakannya dalam diam.

"Ruang CEO kosong bahkan keberadaan orang terpercaya nomer dua menghilang. Bukan kah itu sangat terang-terangan?" Jelasnya.

"Yeon Seok tidak akan mengikuti mu jika kau tidak sedang melakukan sesuatu yang gila atau merencanakan hal yang tidak masuk akal." Lanjutnya.

Sialan!
Harusnya aku bisa menebak itu. Yeon Seok memang tidak bisa benar-benar di percaya. Bocah itu bisa menghancurkan semua rencana ku.

"Katakan pada kakek, tidak perlu khawatir." Ucap ku.

"Kau bilang saja sendiri. Aku tidak ingin kena imbas kemarahan kakek." Tolaknya cepat.

Aku diam.
Mata ini menatap tajam kearah koridor tak jauh dari eskalator, mendapati sosok yang seharusnya tidak berada di sini.

"Bukannya aku menyuruhnya menikmati akhir pekan?" Tanyaku dalam hati menatap punggung itu yang menaiki eskalator menuju lantai atas.

"Apa yang dia lakukan di sini?" Gumam ku masih memastikan pandangan.

"Oppa?! Kau mendengarkan ku tidak?" Kesal Geum Mi.

Aku beranjak, meraih ponsel dan kunci mobil, mendorong kursi mundur sembari menghabiskan jus jeruk dengan buru-buru. Sedikit manis bisa mengembalikan konsentrasi.

"Aku pergi sebentar." Pamit ku.

"Oppa?!"

Aku mengabaikan teriakan itu, melangkah cepat meninggalkan restoran, melambaikan tangan pada kakek yang baru saja hendak masuk ke dalam.

Nanti saja.
Urusan dengan Angin lebih penting. Melihatnya berkeliaran sendirian membuat otak ini bergerak kemana-mana.

Atau mungkin tidak sendirian?
Janjian dengan seseorang?
Entahlah, aku hanya merasa tidak baik-baik saja memikirkan semua itu.

SOULMATEWhere stories live. Discover now