3.

363 47 3
                                    

《DONG YOON》

Wajah itu kalem.
Matanya terpejam, hembusan napasnya bergerak halus naik turun. Muka pucatnya berangsur menghilang.

Yeon Seok memberinya obat tidur, dan aku bisa menatapnya berlama-lama. Mengisi kembali bagian yang kosong di hati ini selama lima tahun belakangan.

"Kau menggemaskan." Gumamku lirih, menyentuh pipinya pelan.

Kubenarkan anakan rambutnya yang menutupi kening. Melihatnya lebih dekat, merasakan aromanya yang tak akan pernah aku lupakan. Dan sampai sekarang tetap sama.

"Aku tak tahu apa yang kau miliki." Seruku, tak bosan mata ini menatap wajah manisnya.

Cup!
Kukecup kening itu lamat, merasakan mendadak hati ini menghangat dengan semua detak jantung yang bertalu tak karuan.

Glup!
Aku menelan ludah saat mata ini berakhir pada bibir tipisnya yang seingatku begitu manis dan pas saat kucium dulu. Seperti candu, tak membuatku bosan.

"Aku merindukanmu." Bisikku pelan.

Detik berikutnya, kucium bibir itu, melumatnya kecil, membuatnya sedikit bergerak tak nyaman namun tak cukup membuatnya terbangun.

"Manis." Gumamku lirih setelah melepaskan ciuman.

"Kau terlihat mesum sekali!"

Aku menoleh, masih dengan sikap tenang. Menemukan Yeon Seok berdiri di depan pintu dengan membawa sekotak bekal makan siang.

"Beri dia makan setelah bangun." Terangnya sembari meletakkan kotak bekal dan sebotol air minum di atas meja.

"Hem." Angguk ku.

Dan mata ini kembali menatap Angin yang masih terlelap bersama mimpinya. Membuat diri ini tak bisa mendengarkan suaranya, desahannya dan teriakannya saat ia menikmati setiap sentuhanku.

Arrrggg!
Aku menggeleng.
Otakku mendadak memikirkan hal gila yang seharusnya tak aku pikirkan saat ini.

Lima tahun.
Aku tak bisa melakukan hubungan seks dengan siapapun. Milikku tak lagi bisa berdiri meski aku berusaha sekeras apapun.

Tapi sialnya.
Aku bisa bernafsu hanya saat sedang memikirkan wajah itu dan membuatku merana dengan melakukan permanan solo dikamar mandi.

Sekarang tidak.
Angin ada di depanku.
Aku hanya perlu membuatnya jatuh padaku entah dengan cara apa. Semuanya akan kulakukan.

"Apa kau bahagia sekarang?"

Suara itu memecah sepi.
Yeon Seok duduk di kursi tunggal tak jauh dari tempatku yang duduk di atas lengan kursi. Mendekatkan jarak dengan Angin.

"Hem. Dia membuat duniaku berubah." Jawabku seadanya.

Aku tersenyum.
Teringat dengan mata lebarnya yang melotot ketika ia menyentuh milikku. Terkejut dengan ukurannya.

"Kau seperti orang gila." Geleng Yeon Seok.

"Kuharap bocah ini tidak pernah menjajahkan tubuhnya pada siapapun kecuali aku." Seruku pelan.

"Kita tidak bisa menjamin." Timpal Yeon Seok.

"Hem, kau benar. Aku hanya mengharapkan sesuatu yang mustahil." Kekehku sedikit kecewa.

Atau marah?
Entahlah.
Aku hanya tak suka saat membayangkan tubuh itu disentuh laki-laki lain selain diriku.

"Aku pergi dulu. Saat dia sabar jangan lupa mengajaknya ke pesta penyambutan." Yeon Seok menepuk bahuku.

"Bisa tidak jika aku tidak menghadirinya?" Tanyaku malas.

"Itu terserah padamu." Jawabnya.

Kuhela napas panjang.
Itu tidak mungkin.
Aku harus menunjukkan sikap profesional. Meski aku bisa bersikap sesukaku.

SOULMATEWhere stories live. Discover now