13.

73 9 3
                                    

《JEONG HA》

Plak!
Shit!
Muka ini panas, dan kesabaran ku juga ada batasnya. Tuh tangan benar-benar luar biasa.

Grab!
Aku menangkis.
Mencengkram erat tangan Yeon Seok yang begitu ringan tangan saat sedang mabuk berat.

"Saat sadar mulut mu yang sangat tajam dan saat mabuk tangan cantik mu itu sangat pandai melakukan kejahatan." Seru ku tajam sembari membantunya melepaskan jas dan dasi.

"Panas." Gumamnya, tangan itu bergerak cepat membuka kancing kemeja dan sekarang tak lagi berbaju.

Aku menggeleng.
Bangkit berdiri, berjalan menuju lemari dan mencoba mendapatkan baju bersih untuknya berganti.

"Semuanya?" Pikir ku saat mata ini beralih pada tumpukan celana dalam dan boxer.

Sialan!
Aku harus bersabar saat menggantikan baju untuknya. Memujanya sejak tiga tahun yang lalu buka berarti mencari kesempatan dalam kesempitan.

"Sebaiknya kau ber......"

Bangke!
Aku diam terpaku, menatap tak berkedip Yeon Seok dengan mulut terbuka karena terkejut. Menggeleng dimenit berikutnya setelah meraih kesadaran dengan susah payah.

"Sialan! Jangan mengujiku, bodoh!"

Bruk!
Yeon Seok menjatuhkan diri di atas kasur, duduk dengan tubuh sedikit oleng. Mencoba melepaskan celana dalam yang masih melekat.

"Hentikan! Apa kau mencoba menggoda ku, hah?!" Seru ku cepat, meraih tangan itu untuk tidak melanjutkan aksinya.

Yeon Seok cemberut, sikapnya mendadak manja. Benar-benar berbeda dengan dirinya saat waras. Sangat  menggemaskan saat ia tidak mencoba untuk menjadi orang yang sempurna.

"Kepala ku pusing." Keluhnya, menyandarkan kepala pada dada.

Aku kembali menghela napas, membantunya untuk bersandar pada kepala kasur. Meninggalkannya untuk mengambil air hangat dan handuk kecil.

"Semoga saja dia tidak mengacau!" Keluh ku sembari masuk ke dalam kamar mandi setelah mengambil baskom.

Argk!
Kepala ku mendadak sakit, menghela napas berat adalah pilihan terbaik saat mendapati kenyataan jika kamar ku sudah seperti kapal pecah.

"Hanya tujuh menit aku menghilang bocah!" Kesal ku, meletakkan baskom berisi air hangat dan handuk di atas nakas.

"Mereka mengganggu ku. Menyebalkan!" Marahnya dengan mulut cemberut.

"Tapi bukan berarti kau harus menghancurkan kamar ku, tupai kecil!" Gemas ku mencoba untuk bersabar.

"Oh! Park menyebalkan? Apa yang kau lakukan di sini?" Wajah itu berubah semakin marah dan kesal.

"Hem, kau benar-benar mabuk. Mungkin melempar mu ke bath up adalah pilihan yang sangat baik. Siapa tahu kau akan segera sadar setelah berendam air dingin." Seruku dengan mata menyipit, tak lupa melipat kedua tangan di depan dada.

Ia berjalan mendekat, bergerak sewajarnya orang mabuk, dan mata ini hanya memperhatikan dalam diam. Menunggu apa lagi yang akan ia lakukan.

Puk!
Aku berkedip, membiarkan dua tangan itu menyentuh pipi ini, menekan dengan sangat kuat.

"Kau benar-benar si Park sialan!" Dumel nya berakhir mencubiti pipi.

Sabar bro!
Nih bocah sialan sedang mabuk.
Dan aku tidak harus terpancing dengan sikap astral dan tak masuk akalnya.

"Apa lagi sekarang?" Keluh ku saat jemari itu berpindah menyentuh bibir.

Cup!
Aku terpaku.
Terdiam tak berkedip saat mendapat ciuman tak terduga darinya yang mabuk berat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 13 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SOULMATEWhere stories live. Discover now