Chapter 1 : Cokelat Kala Itu

220 26 33
                                    

Jepang, 14 Februari 2007.

Seorang perempuan bersurai coklat, memakai rok sekolah tepat selutut dan membawa tas punggung berwarna abu abu. Surainya yang panjang nan indah dan matanya yang teduh. Dia hanya seorang siswi dari salah satu sekolah menengah ke atas di Tokyo. Sebut saja dia Masami-lengkapnya Masami Yamauchi.

Petang yang indah. Hari ini Masami dan teman masa kecilnya memutuskan mampir ke cafe setelah pulang sekolah.

Daisuke Ishikawa, dia adalah orang yang Masami maksud. Pemuda bersurai hitam serta kulitnya yang berwarna kuning langsat. Ketampanan dari laki-laki keturunan Jepang-Amerika ini juga sudah tidak diragukan lagi. Bahkan disaat masa remajanya, tak sedikit dia menerima surat pernyataan cinta yang dikirim oleh perempuan seusianya. Dikirim dengan nama ataupun anonymous.

Sejak kecil, Masami selalu memanggilnya dengan sebutan Dai. Panggilan tersebut sudah sering ia dengar dari orang-orang yang memanggil pemuda itu.

Mereka memang sudah saling mengenal sejak lama. Keduanya bertemu tepat di hari pertama mereka masuk ke sekolah dasar. Sejak dulu, Masami selalu berkata bahwa di kemudian hari dia sangat ingin untuk bisa mencapai impiannya menjadi seorang petugas medis, khususnya dokter. Begitu pula Dai yang juga memiliki impian menjadi seorang polisi yang menangani banyak kasus. Di balik semua impian itu menyimpan sebuah alasan bagi keduanya untuk saling melindungi satu sama lain.

"Suatu saat nanti, aku ingin bergabung di Departement Kepolisian. Aku ingin melindungi negeri ini," ujar Dai tepat setelah dia meneguk segelas air putih dingin.

Masami yang tengah mengetik sesuatu di keyboard laptopnya, seketika mengalihkan pandangan ke arah Daisuke. "Ketika aku dewasa nanti, aku ingin menjadi seorang dokter. Aku ingin merawatmu jika kau terluka saat bertugas, Dai."

Daisuke telah kehilangan figur seorang ayah sejak dia masih menempuh pendidikan di sekolah dasar. Ayahnya tewas dikarenakan suatu insiden yang menimpanya beberapa tahun lalu. Beliau merupakan seorang detektif polisi di Departement Kepolisian Metropolitan Tokyo. Sejak saat itu, Dai tinggal bersama ibu dan adik perempuannya.

Begitu pula Masami, yang bisa dibilang bahwa hidupnya lebih menyedihkan daripada Daisuke. Dia hanya hidup sendirian setelah kecelakaan lalu lintas menewaskan kedua orang tuanya 3 tahun yang lalu. Hingga saat ini, Masami masih memilih untuk tinggal sendirian di rumah peninggalan ayah dan ibunya. Namun nasib baik masih menyertainya. Saudara laki-laki sang ayah bersama istrinya memutuskan untuk membiayai kehidupan sekaligus pendidikan Masami hingga ia bekerja.


"Sudah ku katakan, jika sulit mengerjakannya lebih baik hentikan saja. Kita masih punya banyak waktu untuk mengerjakan soal itu, lagi pula deadline-nya masih lama," kata Dai lalu menyeruput Cappucino milik Masami.

"Bisa-bisanya kau mengelabuiku, Dai. Selama ini aku tidak bisa bertahan di peringkat pertama hanya karena dirimu," ucap Masami dengan rautnya yang jengkel, namun masih sibuk menatapi soal-soal di laptop itu. "Dan kau, berhentilah meneguk minumanku. Saranku kau tidak perlu pura-pura hemat pada diri sendiri, Dai." Matanya melirik tajam ke arah Daisuke.

Pemuda itu terkekeh ringan, matanya yang sipit ikut tenggelam bersama tawanya. Tak lama setelahnya, Dai merogoh saku celananya untuk meraih sesuatu. Sebuah makanan bercita rasa manis berbentuk persegi panjang yang panjangnya setara dengan satu jengkal telapan tangan Daisuke sendiri. Hal yang manis namun tak disukai oleh Masami.

"Hari ini adalah hari dimana semua gadis seperti mu sibuk menyiapkan cokelat. Apa kau tidak melakukannya juga?" Dai bertanya ketika tangannya mulai bergerak melepas kertas emas yang menyelimuti cokelatnya.

Behind The Case : Lost A DetectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang