Chapter 9 : Kehilangan

70 17 17
                                    

Satu minggu berlalu.

Pukul tujuh malam ini, Dai berjanji pada Kyoko untuk mengajaknya berkencan di salah satu restoran terbaik di Tokyo. Penantian yang sudah lama mereka ingin wujudkan. Seringkali terhalang oleh kasus-kasus yang berdatangan tak tahu waktu sehingga membuat keduanya tidak mempunyai waktu untuk hal seperti ini.

Kyoko datang lebih awal. Dai berkata dia masih punya urusan lain dan kemungkinan akan datang terlambat.

Sementara Dai, laki-laki bersurai hitam itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Untuk bisa tiba di restoran tempatnya berkencan malam ini, Dai harus melewati rumah sakit tempat Masami bekerja. Matanya menoleh ke arah jalur keluar rumah sakit, berharap ia bisa melihat Masami disana. Apalagi mengingat pukul setengah sembilan malam-bisanyanya Masami pulang, meninggalkan area rumah sakit.

Dugaan Dai benar. Tepat saat itu, mobil berwarna putih milik Masami keluar dari area rumah sakit, ikut melebur di antara kendaraan lain di jalan raya distrik Tokyo.

"Masami ..." Dai bergumam pelan, mengulas senyum tipis.

Kini mobil mereka hanya berjarak sekitar seratus meter sehingga Dai yang berada di posisi belakang dapat melihat mobil Masami yang tak terlalu jauh.

Bagaikan kilat menyambar-salah satu mobil memdahului sangat cepat dari arah belakang. Pandangan Dai tidak salah lihat bahwa mobil itu hendak mendekatkan posisinya dengan mobil milik Masami.

Dai menginjak pedal gas lebih dalam, membuatnya melaju lebih cepat. Berhasil mengambil posisi di belakang mobil itu. Ia hendak memastikan bahwa mobil tetsebut tidak ada kaitannya dengan Masami.

Pemuda itu tersenyum getir, "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa-kenapa mobil itu terus mengikuti Masami?"

Dai meraih ponsel miliknya yang diletakkan di sebelah kemudi, kemudian mencari nomor Masami di phone book ponselnya.

"Aku mohon, angkat teleponnya, Masami."

Tiga puluh detik berlalu. Akhirnya Masami mengangkat panggilan dari Dai setelah ia menemukan nama laki-laki itu di layar ponselnya yang menyala.

"Ya, halo Dai. Ada apa menghubungi ku?" tanya Masami di telepon.

"Dibelakang mobil mu, lihatlah!" sahut Dai, masih mencoba untuk tetap tenang.

Masami pun melihat arah belakangnya dengan spion.

"Ya aku melihatnya, mobil sport hitam itu kan?" Lagi, Masami bertanya. Tampaknya perempuan itu masih menebak-nebak apa tujuan Dai memberitahunya.

"Tepat sekali." Dai mengernyitkan dahi, mempercepat laju mobilnya. "Mobil ku hanya berjarak tiga mobil di belakang mobil mu. Mobil sport hitam itu tampaknha terus mengikuti mu, Masami. Kau paham maksudku?"

Masami mengganguk walau tahu Dai tak bisa melihatnya. "Ya, aku paham, Dai."

Dai memberikan perintah pada Masami untuk mengecoh lawan. Satu demi satu rencana, ia lontarkan pada Masami di telepon. Tanpa berpikir lagi, juga karena tingkat kepercayaannya yang tinggi pada Dai-Masami dengan cepat menjalankan semua yang Dai perintahkan padanya.

Sejauh ini Masami berhasil melakukannya persis seperti yang Dai minta. Semuanya tampak berjalan lancar.

"Siapa sebenarnya orang itu? Apa yang dia inginkan dari Masami?" batin Dai.

Sudah lewat satu jam dari yang di janjikan, Kyoko masih menunggu dai yang tak kunjung datang menemuinya di restoran.

Rautnya mulai kelihatan kesal dan kecewa.

"Semuanya di luar ekspetasi ku. Untuk pertama kalinya berkencan dia malah tidak datang. Aku kecewa, Dai." Kyoko bangkit dari tempat duduk, meninggalkan meja.

Behind The Case : Lost A DetectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang