Mereka adalah teman yang beranggap-anggapan, walau masih di bekali labilisasi.-Farash Damari -
Seorang anak laki-laki dengan posisi santai sedang duduk dengan punggung bersandar pada pohon tanjung yang teduh, mungkin untuk berlindung dari teriknya sengatan matahari di siang hari.
Ia masih menggunakan seragam putih abu-abunya tapi dengan rambut sedikit acak-acakan.
Mungkin ini sudah saatnya kesan kerapian di tinggalkan, karena jam pelajaran hampir usai.Namanya Farash Damari.
Entahlah Ia tidak tahu apa sebab orangtuanya menamakan diri nya dengan nama pohon.
Sehingga teman-temannya saja lebih suka memanggil dirinya dengan nama Damar ketimbang Farash.Tapi bukan Damar namanya kalau itu saja harus dipedulikan.
Terserahlah bagaimana mereka mau yang penting enak di dengar.Ya. Itulah Damar, remaja dengan sikap tidak pedulian yang tidak terusik dengan apapun.
Seperti salah satu kebiasaan adalah jika anak-anak lain mungkin akan lebih memilih rooftoop di saat jam kos berlangsung untuk beristirahat atau menepi dari pengapnya ruang kelas.
Lain lagi dengan Damar, yang tidak suka dengan rooftoop, di banding rooftoop Damar akan lebih memilih pohon yang menurutnya lebih nyaman dan damai.
Seperti yang tengah di rasakannya saat ini.
"Aelah santai bener hidup lo Mar. Hhuh huh hah".
Kata teman Damar yang tengah terengah-engah akibat berlari menyusul Damar yang tiba-tiba hilang saat jamkos tadi.Teman yang ini namanya Tamara si bacot.
Ini adalah julukan paling estetis menurut sohibnya si Tamara, Gumiza.Rupanya tak ketinggalan dua orang teman lainnya ikut menyusul jejak Tamara.
Gumiza dan Cika.Gumiza yang lebih akrab di sapa Gurami oleh teman-temannya, membangsai dirinya dengan bangsa ikan gurami.
Gumiza keturunan Jepang-Indonesia, ayahnya Jepang dan ibunya Indonesia.
Gumiza sebetulnya agak risih saat namanya yang keren diubah dalam sekejap menjadi nama ikan.
Tapi apa boleh buat mereka nyamannya begitu.Cika, cewek satu-satunya dalam persahabatan Damar dan teman-teman.
Cika orangnya cantik, pinter, tapi agak bar-bar.
Tapi itu tidak mengurangi cantiknya Cika. dan membuatnya di kenal banyak remaja perempuan apalagi laki-laki di sekolah.Tapi nyatanya Cika sendiri lebih memilih bergabung dengan cowok-cowok sengklek seperti Tamara, Damar dan Gumiza.
Yang sudah Cika anggap seperti,
walaupun bersahabat dengan para cowok tapi Cika masih tahu batasannya.Alasan Cika memilih bersahabat dengan mereka adalah karena Cika benar-benar menemukan arti sahabat sebenarnya.
Yakni saling merangkul walau silatan menebaskan keeratan persahabatan.Terlepas dari banyaknya hal-hal menyebalkan yang mereka miliki."Woi lo Gurami gue kan udah bilangin jangan ngikutin gue. Gue mau ngomong sesuatu sama Damar." Tamara membuka pembicaraan di damainya kesendirian Damar, dan menghilang seketika saat Tamara berbicara.
"Emang kita nggak boleh tahu." Sahut Cika ikut membela Gumiza.
"Omongan lo mah nggak bermutu Tam.
Kita mau ikut santai juga, sama si cunguk nih."
Sambung Gumiza sambil menunjuk ke Damar.Rupanya sahutan Gumiza tak di gubrisi Tamara.
"Eh Mar lo tahu nggak anak sebelah katanya menang di balapan kemarin. Kata si Yugo itu mau ngajak lo tanding sama dia."
Tamara melanjutkan omongannya yang tadi."Lo dengar dari mana itu Tam?" Damar bertanya ikut berbicara yang dari tadi diam.
"Sama Yugo, dia juga yang ngasih tawaran sama lo. Malam lusa. Gimana lo mau nggak?" Tawar Tamara.
"Lo ambil aja lah." Tegah Damar.
"Gila lo Mar. Gimana kalo bokap lo tahu nanti?" Cika menyela tegahan Damar.
"Lagi di luar kota." Jawab Damar.
"Wiih kita bakal semangatin lo deh Mar. Ya nggak Cik." Gumiza ikut girang.
"Iyain aja deh biar mangut." Lanjut Cika.
"Jadi nanti kita kumpul di jam biasa ya. Gue gak mau di suruh tunggu orang lo, kayak waktu itu lagi."
Tamara mewanti-wanti teman-temannya agar datang pada waktu yang telah disepakati."Lo sih datangnya kecepatan pake nggak nunggu orang kita lagi. Itukan jadi derita lo." Gumiza menyahut Tamara dengan sedikit ledekan.
"Enak aja ya lo Gurami nggak tahu diri. Gue kan udah ajak lo waktu itu lo mau ikut." Ternyata omongan Tamara belum selesai.
"Ngapain coba ikut sama orang sesat kayak lo, yang ada gue tambah sesat ntar." Gumiza rupanya dengan senang hati memancing omongan unfaedah Tamara, yang mengalami kesialan karena datang sendirian dan terlalu cepat yakni satu jam sebelum balapan di mulai. Semoga kedepannya Tamara lebih bersabar.
Sedangkan Damar dan Cika hanya menyaksikan bacotan Tamara dan Gumiza, karena ini sudah sering terjadi diantara mereka.
Tanpa mereka sadari bahwa mereka akan merindukan hal-hal sederhana yang telah terjadi hari ini, saat hal itu telah melebur menjadi kenangan. Mungkin akan tetap tecantum dalam memori bahwa ini takkan terlupa. Bisa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET AFTER PARTINGE
Teen FictionAda yang terusik tanpa suara Ada yang menghembus tapi bukan angin Ada juga sayatan tanpa terlihat Dan luka tanpa darah Dan sakit tanpa penyebab Juga pergi lalu datang lagi Semua terkumpul dalam satu titik semu yang tak tertemukan Dengan masing-mas...