Besoknya Damar sempat berpapasan dengan Ghina di koridor. Tak lupa sapaan ramah Damar paparkan pada Ghina. Sesuatu perlu di catat, Damar hanya ramah pada Ghina seorang, yang lain silahkan minggir.
"Hai Naaa." Sapa Damar, berjalan santai di samping Ghina, dengan berjarak 30 centimeter.
"Wa'alaikumsalam. " Kata Ghina dengan senyuman tipis. Itu membuat Damar malu sebenarnya karna lupa memberi salam. Ia terlalu bahagia pagi ini.
"Assalamualaikum, Naa." Damar memberi salam dengan sesuai kembali.
"Wa'alaikumsalam." Jawab Ghina.
"Memberi salam itu Sunnah, dan menjawab salam itu wajib, tapi alangkah baiknya kalau menyapa itu sambil memberi salam, apalagi kamu muslim kan?"
Kata Ghina, dengan mengintro Damar singkat."Islam Naa, sejak lahir." Kata Damar, terkekeh mendengar pertanyaan Ghina.
"Iya deh, nanti kalau ketemu lagi, aku kasih salam aja ke kamu." Kata Damar memandang ke depan.
Mereja berdua berjalan beriring. Damar mengeratkan tali tasnya, ia hendak menanyakan sesuatu pada Ghina, tapi seseorang datang dari belakang dan menyerobotnya. Ia hampir tersingkir, beruntung ia memiliki bobot yang kokoh."Ghinaaa, akhirnya datang juga." Ternyata Allisiya yang datang langsung memeluk Ghina. Allisiya mengisi jarak antara Ghina dan Damar.
"Dena kok nggak Ada?" Ghina tak melihat Dena yang biasanya selalu bersama Allisiya
"Lagi ada acara katanya." Kata Allisiya yang sedang merapikan rambutnya yang sudah rapi.
"Aku duluan ya Na." Akhirnya Damar pamit pada Ghina seolah Allisiya tak dianggap. Allisiya pun tampaknta tak peduli karena ada yang lebih genting dari itu.
Sesampai di kelas Allisiya semakin heboh. " Ghin aku lagi happy banget nih. "
"Happy kenapa, ultah?" Tebak Ghina.
"Bukan." Mata Allisiya yang bulat dan selalu berbinar itu menularkan rasa bahagia pada orang sekitarnya, termasuk Ghina.
"Kenapa juga?" Ghina tak tahu harus menebak apalagi.
"Ituloh, akuuu nemuin ig kak Hardi semalam, followers nya nantangin selebgram, apalagi kebanyakan cewek, sampe aku cemburu Ghin." All seolah mengakui menaruh rasa, pada bang Hardi yang jadi idaman cewek, bukan hanya di dunia nyata tapi juga maya.
"Sabar, kalau jodoh enggak akan kemana." Ghina memberi penyabaran.
"Tapi Ghin, gimana kalau kak Hardi nya udah punya seseorang yang melekat di hati, makanya aku gak dilirik sama sekali." Rasa insecure Allisiya muncul. Tak pantas untuk dicintai.
"Belum saatnya Allisiya, butuh proses juga." Ghina memandang All, jengah, disaat seseorang jatuh cinta, bahasannya cuma tentang yang dia cintainya. Tak di lirik, tarik ulur.
"Tapi prosesnya bagaimana Ghin?" Tanya Allisiya frustasi.
"Nggak tahu, aku nggak pengen tuh dilirik kayak kamu." Terang Ghina.
"Siapa bilang, Damar ngapain kalau bukan lirik-lirik kamu!" Ajian ampuh Allisiya membalikkan keadaan.
"Nggak ada Allisiya, kamu sepet kali." Dalih Ghina.
"Ayoo ngakuuu." Allisiya gemes dengan Ghina yang tak mengerti sikap Damar saat kerap kali mereka berdua dekat.
©©©©
Hari ini mami menjemput Ghina selepas sekolah. Mami yang notabene perempuan mandiri, tentu bisa kalau hanya mengemudi mobil tanpa sopir, its oke.
Setelah shalat magrib mami dan Ghina sedang membereskan meja makan untuk makan malam. Bel berbunyi, mami mengira ayah pulang ternyata mereka kedatangan tamu, dan itu adalah Salma dan oma ratih.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET AFTER PARTINGE
Ficțiune adolescențiAda yang terusik tanpa suara Ada yang menghembus tapi bukan angin Ada juga sayatan tanpa terlihat Dan luka tanpa darah Dan sakit tanpa penyebab Juga pergi lalu datang lagi Semua terkumpul dalam satu titik semu yang tak tertemukan Dengan masing-mas...