"Lo... masih curiga sama Kak Jay?" Tanya Jihan hati-hati.
Jeongwoo mengangguk, "Dari segi ekonomi, cuman Kak Jeno yang mampu disalahin dan gak bakal bisa ngelawan banyak."
Jihan mengangguk.
Mungkin alasan kenapa Jay bersedia menampung Jihan adalah karena pemuda itu ingin melindunginya. Jay selalu bersikap baik padanya. Jay tidak memberikannya uang, seperti yang dilakukan Haruto, Jay hanya selalu ada untuknya. Pantas saja Jungwon suka bukan main pada Jay.
Atau mungkin juga Jay berpikiran bahwa Jihan lebih mudah diatur jika berada di bawah kendalinya. Tentunya, Jihan tidak punya siapa-siapa. Posisi Jihan jauh di bawah Jeno dalam segalanya.
Apa pun alasannya, Jihan berharap kalau perasaannya tentang Jay benar; bahwa Jay tidak salah.
Sepanjang perjalanan membelah laut, yang diganti jadi perjalanan udara karena Jeongwoo mau mati di tengah jalan, Jihan selalu memikirkan apakah ini adalah keputusan yang benar untuk diambil.
Jihan tidak begitu mengenal Jeongwoo.
Dia hanya merasa ketakutan pada malam itu, dan entah kenapa firasatnya berkata untuk lari kepada Jeongwoo, yang membawanya jauh dari zona nyaman.
Mereka mengetahui berita kematian Haruto sehari setelahnya. Seharian mereka hanya diam di tempat tinggal kecil yang Jeongwoo sewa.
Seminggu mereka habiskan bersama dalam ketakutan. Seluruh sanak saudara dan kerabat berusaha menghubungi mereka.
Jeongwoo mengambil keputusan kalau Woojin bisa dipercaya.