Berbicara Empat Mata

2.8K 382 20
                                    


"Next meeting di sana yuk. Sambil makan siang. Bagaimana?" tanyanya sesaat setelah tawa kami mereda. Belum sempat gue bersuara, "Nggak ada yang marah 'kan, kalau saya ajak kamu makan siang bareng?" Dia sudah kembali bertanya dan secara refleks, gue mengiakannya dengan anggukkan.

"Alhamdulillah..."

"Kenapa sampai mengucap syukur begitu, Pak?" tanya gue yang memang sudah berjanji untuk tidak menumbuhkan satu kata tanya pun di dalam kepala.

"Kata Hidayat, Bu Bosnya yang merupakan kembang Benhil ini sedang dikejar-kejar banyak kumbang."

"Masa, iya, Hidayat bilang begitu?" Sungguh, gue tidak percaya kalau staf yang satu itu bisa berkata-kata aneh seperti itu.

"Hidayat memang tidak menobatkan kamu sebagai kembang Benhil." Tuh, kan! Apa gue bilang? "Tapi dia mengiakan saat saya tanya 'banyak nggak yang sering titip salam buat ."

Jika saja ponsel gue tidak berdering dan menampilkan My Bunda sebagai ID sang penelepon, tentu saja gue akan mencari tahu maksud dari perkataan itu. "Saya izin angkat telepon dulu, Pak," ucap gue sebelum mengangkat telepon dan menggeser tubuh hingga posisinya agak menyamping.

"Dek? Kamu sekarang ada di mana, Dek?" Siapa pun yang mendengarnya, pasti yakin kalau Bunda sedang panik.

"Aku masih di daerah Benhil sih, Bun. Kenapa?"

Hai! Hai! Cerita ini sudah naik cetak!
Untuk pemesanan silakan lakukan dua cara ini

Cara 1 : DM instagram Kak Rurs di [at] rurs.thelapislazuli
Cara 2 : Via WA ke adminnya Kak Rurs di 0877-3199-0869

Benefitny, kamu bisa dpt TTD Kak Rurs + Quote yang tertulis tangankuu!!

So, tunggu apalagi!
Yuk, peluk Mbak Shapire ❤❤❤
.
.
.
Kak Rurs with💎

It's (Not) Only Me✔️ (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang