13.MULAI MENERIMA

61 14 6
                                    

"Hidupmu akan terasa lebih tenang, ketika kamu sudah berdamai dengan hal, yang sebenarnya sulit untuk kamu terima"

.

Seperti biasanya, khandra futsal ketika sore hari dan akan pulang ketika pukul 19.45, dia mengendarai motornya. setelah 15 menit dia menyusuri jalan raya, tiba-tiba saja hujan turun cukup deras yang membuat khandra harus segera mencari tempat untuk dia berteduh

ketika menemukan tempat yang tepat untuk berteduh, dia berhenti dan segera turun dari motornya seraya melepas helm miliknya. saat sedang duduk santai dan pikirannya yang sedang kosong, di ujung jalan khandra melihat ada seorang anak kecil bersama ibunya yang berjalan dengan payung, dibawah rintik hujan, penuh dengan kegembiraan. tiba-tiba saja dia teringat masa kecilnya bersama sang bunda

"bunda, bisa gak sih andra balik ke masa kecil andra? ngulang semuanya. andra kangen gimana rasanya di peluk sama bunda, udah hampir 7 tahun andra gak ngerasain itu, bahkan menatap bunda secara langsung aja andra belum bisa, bunda kerja kenapa gak pulang²? andra gak butuh uang, andra cuma butuh kasih sayang bunda" batin khandra

masih dengan mata yang menatap langkah anak kecil bersama ibunya yang berjalan semakin menjauh, tanpa sadar ia meneteskan air mata, sebenernya dia jarang sekali menangis seperti ini bahkan hampir tidak pernah. mungkin karena rasa rindu terhadap bundanya yang memang sudah tidak bisa di tahan lagi, dia menumpahkan semua rasa yang dia simpan selama ini.

Deg....

Dengan napas memburu, laki-laki itu terbangun dari tidurnya, Iya benar, itu semua hanyalah mimpi semata, mungkin dia terlalu merindukan sosok ibu yang selalu memberikan kasih sayang sangat besar kepadanya.

Dalam mimpi itu, dia masih beranggapan bahwa sosok wanita yang telah melahirkannya di dunia, masih hidup dan sedang bekerja di luar negeri.

Tanpa dia sadari, ternyata pipinya sudah basah, mimpi itu terasa begitu menyakitkan baginya, dia harus mengingat kembali, bagaimana usahanya untuk menemukan sang bunda, namun tetap saja sia-sia, karena dia telah menemukannya dalam keadaan tak bernyawa, dan yang lebih menyakitkan lagi, sudah tertutup tanah, dia tak bisa melihat paras cantik sang bunda yang selalu dia rindukan untuk terakhir kalinya

"Haha cengeng banget gue" gumamnya sambil mengusap kasar air matanya

Kemudian laki-laki itu beranjak dari kasurnya dan segera mandi untuk berangkat ke sekolah

Setelah beberapa menit, laki-laki itu turun kebawah sudah dengan seragam rapinya. Saat tiba di lantai bawah dan melewati ruang makan, dia sedikit bingung, bagaimana bisa ada makanan sebanyak itu di meja? Bukankah dia sudah selalu bilang pada bi ella untuk tak membuatkannya sarapan? Bahkan bi ella harusnya sudah hafal

Baru saja akan memanggil bi ella, Khandra sudah melihat kehadiran ibu tirinya, dengan membawa sepiring makanan kesukaannya

"Ehhh, udah mau berangkat sayang?" Tegur Irma saat melihat keberadaan anak tirinya

Khandra hanya diam, tak berniat untuk menjawab

"Duduk dulu, kita sarapan" Irma menarik salah satu kursi untuk Khandra duduk

"Tante nggak pulang?" Tanya laki-laki itu, masih dengan posisi berdiri

"Enggak, mulai sekarang, tante bakal tinggal disini bareng kamu, tante mau rawat kamu"

"Bi ella?" Bukannya menanyakan bagaimana dengan ayahnya, Khandra justru menanyakan bagaimana bi ella? Dia takut jika orang yang telah lama membatunya dan juga Ratna dari dulu di pecat oleh Irma

KHANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang