33-lengkap

6 2 0
                                    

33-lengkap

6 bulan berlalu begitu cepat dan juga kehamilan alifia yang sudah memasuki bukan ke 6.

Jika dilihat sekarang rian jauh lebih overprotektif apalagi perut alifia yang kian makin membesar.

Seperti sekarang rian sudah tidak mengizinkan alifia untuk naik-turun tangga, dan alhasil kamar mereka berdua di pindahkan ke lantai bawah.

Rian lakukan semua itu untuk buah hatinya dan juga alifia.

"Sayang kamu ngapain?!"ujar rian dengan panik saat melihat alifia sedang bermain air di pinggir kolam.

"Nanti kalo jatuh gimana, sini-sini di dalem aja ya"lanjut rian lalu menarik tangan alifia untuk masuk kedalam.

Alifia yang melihat itu hanya bisa nurut,rian terlalu overprotektif padanya.

"Sini aja ya,duduk yang cantik"ucap rian lalu mendudukkan dirinya di samping alifia.

Sekarang mereka berdua berada di ruang tamu mereka yang di desain minimalis dan nyaman.

"Rian,aku bosen kalo di dalam rumah terus"ujar alifia dengan nada ngambek.

"Jangan ngambek dong,ini kan demi anak kita juga"jawab rian sambil mengusap usap kepala alifia.

"Aku yakin kok kalo bayi kita itu kuat, buktinya waktu itu pas aku kepleset di kamar mandi gak kenapa-kenapa"

"Gak kenapa-kenapa gimana,kita hampir kehilangan mereka lif"

Alifia terdiam ia menatap rian dengan perasaan campur aduk,ia ingat persis kejadian waktu itu.

Kejadian dimana ia jatuh di kamar mandi,untung saja tidak ada luka serius tapi tetap saja mereka hampir kehilangan buah hati mereka karena benturan yang cukup keras.

Tapi untungnya tuhan masih menyelamatkan buah hati alifia dan rian,bahkan dokter juga bilang itu sebuah keajaiban.

"Maaf"ucap alifia lirih ia memutuskan pandangan nya pada rian lalu beranjak pergi dari ruang tamu tersebut.

Rian yang tidak sempat menahan alifia hanya bisa menghela nafas panjang.

"Seharusnya gua gak usah ungkit-ungkit masalah itu lagi"ucapnya pelan.

Rian pun memutuskan buat menyusul alifia ke kamar,ia membuka pintu kamar tersebut dengan perlahan dan mendapati alifia yang sedang menatap langit sore dari jendela.

"Sayang,maaf ya seharusnya aku gak ungkit masalah itu"ujar rian sambil memeluk alifia dari belakang.

"Gapapa, lagian juga aku yang duluan ungkit masalah itu"jawab alifia dengan pandangan yang masih sama.

Rian melirik ke arah alifia ia menaruh dagunya di atas pundak alifia sambil sesekali mencium pipi alifia yang lembut.

Keduanya terhanyut dalam pikirannya masing-masing,tidak ada obrolan yang terdengar di antara keduanya.

Sampai suara telpon masuk membuat keduanya saling bertatapan,pasalnya yang bunyi itu telpon rumah bukan telpon dari handphone mereka.

Rian berjalan ke arah nakas dan mengangkat telpon tersebut.

Rian: "halo dengan rumah rian alamsyah,ada yang bisa kita bantu?"

Arsen: ".................."

Rian: "hah?terus sekarang luh dimana bang"

Alifia yang mendengar rian menyebutkan kata "bang" langsung menghampiri rian dengan wajah binggung.

Arsen: "..................."

friendzone [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang