Author POV
Di tengah suasana malam yang menyelimuti seluruh kota. Lisa sedang terduduk lelah, di atas atap dari sebuah gedung tempat ayahnya bekerja.
Beberapa menit yang lalu, pipi kanan Lisa baru saja mendapatkan tamparan pedas dari telapak tangan kekar sang ayah. Dan kini, gadis tinggi itu sengaja tidak ingin pulang. Memilih untuk menikmati tiap hembusan angin yang menerpa wajahnya.
Lisa memeluk kedua lutut. Menumpukan dagu dengan helaan nafas yang terdengar berat. Sudah hampir setengah jam, ia terdiam dalam keheningan.
Kepala Lisa terasa berdenyut, memikirkan mengapa lagi-lagi nilainya di semester tahun ini malah menurun.
Angka 25 dengan coretan tinta merah itu tercetak jelas di lembar kertas ujian yang sedang Lisa genggam. Padahal Lisa sudah belajar, nyaris menghabiskan seluruh waktu bermainnya hanya agar bisa membuat angka itu naik barang satu tingkat saja, tapi hasilnya tetaplah nihil.
"Konyol ga sih kalo gue tiba-tiba pengen bunuh diri cuma karna nilai gue di bawah kkm gini?"
Segala rasa kecewanya bercampur aduk tidak karuan. Ingin menyalahkan sang guru, namun kenyataan memiliki fakta bahwa itu murni memang kesalahan Lisa.
Kerongkongan Lisa terasa mengering. Satu tangannya kemudian merogoh saku seragam, mengambil satu bungkus rokok yang isinya hanya tinggal sisa setengah dari yang ada.
Lisa mulai mengapitkan satu batang nikotin itu ke sela jari-jarinya. Dengan dibantu pemantik api, ujung batang rokok itu pun perlahan menyala. Lisa menghisap, lalu menghembuskannya. Membuat asap itu mengebul pecah ke atas udara.
Gadis yang usianya baru memasuki delapan belas tahun ini sudah terbiasa merokok. Istilah kasarnya, sengaja membakar jantung dengan lembaran uang.
Bagi Lisa hal itu menyenangkan. Ketika ia menghembuskan nafas, maka akan ada asap yang keluar. Warna abu-abunya seolah sedang menggambarkan, betapa kacaunya perasaan yang tengah Lisa rasakan.
"Bener kata ayah, gue tuh goblok banget." Lisa terkekeh miris.
Ia menghisap lagi batang rokoknya. Hingga saat gadis tinggi itu kembali menghembuskan nafas, asap yang kian banyak pun terlihat makin mengebul.
Lisa tak merasa sesak sama sekali, bahkan ketika dirinya mulai bersusah payah untuk meneguk ludah. Lisa tetap melanjutkan hisapannya pada gulungan tembakau itu.
Perlahan-lahan pandangan Lisa menunduk, menatap kertas ujian yang sedari tadi masih ia genggam.
"Kapan sih lo mau berkembang? Masa cuma ngestuck di angka dua puluh lima terus?"
"Lo tuh jelek banget, sumpah." Lanjut Lisa.
Ia kemudian menaruh batang rokoknya yang masih menyala. Beralih kini kedua tangannya mulai menyobek kertas ujian itu dengan perasaan yang luar biasa kesal.
"Gue udah stres banget anjing, asal lo tau. Pipi gue sampe kena tampar mulu, gara-gara nilai sialan kaya lo." Geram Lisa.
Setelah itu Lisa membuangnya dengan sekuat tenaga. Berharap kertas itu pergi jauh-jauh dan Lisa tidak akan lagi melihatnya.
Mengecek jam digital yang ada di layar ponsel, lalu menyalakan data seluler. Kini jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam.
Lisa masih memakai seragam sekolahnya. Sejak awal pulang dari tadi siang, gadis tinggi itu memang sengaja tidak ingin mengganti pakaian.
Lisa terlanjur kecewa, apalagi ketika ia melihat binar raut wajah bahagia dari teman-temannya ketika mereka mendapatkan nilai yang lebih bagus dari pada Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BODACIOUS - JENLISA ✔
Fanfiction❝ Orang-orang sering bilang, jangan pernah suka sama Lisa. Dia itu perokok. ❞