Tiga

12.4K 1.9K 231
                                    

Author POV

Hujan deras mengguyur seluruh kota tanpa permisi di siang ini. Membuat jalanan menjadi basah. Suasana yang semakin dingin, dan kilat dari petir-petir pun terlihat selalu bermunculan dari jauh-jauh sana.

Rosé menghela nafas. Setelah merasa cukup puas menatapi hujan itu dari kaca jendela, ia lalu duduk kembali ke tempatnya, bersebelahan dengan Jennie.

"Kayanya nih ujan bakal awet deh."

Tatapan Jennie yang sedari tadi masih fokus pada buku itu pun terhenti. Ia mengangkat pandangan.

"Lo udah mau pulang ya?" Tanyanya dengan nada halus.

Kepribadiannya yang dominan anggun itu menjadikan Jennie jarang sekali berbicara dengan nada yang kasar, atau sinis sekalipun. Sangat jelas berbeda dengan teman-temannya.

"Iya, mami gue balik dari luar kota hari ini. Katanya bakal ngebawain oleh-oleh. Aaaa~ kapan ujannya berhenti sih~" Rosé lalu merebahkan kepalanya ke atas meja.

Mereka semua masih terjebak di dalam kelas.

Dalam hawa dingin yang menyelimuti. Lampu-lampu kelas pun sudah lama dinyalakan, sebab ruangan itu kini terasa semakin gelap di setiap kali hujan yang turun semakin deras.

Irene dan Nayeon duduk tepat di depan tempat Jennie.

Jadi ketika kedua gadis itu mendengar suara Rosé yang melirih manja, keduanya pun lantas bersama-sama membalikkan badannya.

"Gue bawa mobil nih, lo mau ikut ngga? Bareng Nayeon." Irene menyahut dengan kedua bahu yang sudah menggendong tas, siap untuk pulang.

Nayeon mengangguk. Sesekali ia memainkan kedua alisnya, seolah-olah sedang mengisyaratkan sesuatu kepada Rosé.

Sedangkan Jennie hanya diam, fokusnya sudah kembali terpusat kepada buku lagi.

"Jennie gimana?" Ucap Rosé.

"Gapapa, kalian duluan aja. Gue tadi pagi di anter kok, jadi kayanya pulang ini bakal dijemput juga." Balas Jennie sambil tersenyum ke arah mereka.

Begitulah kepribadiannya. Sangat sopan dalam bertutur kata.

Lalu juga bukan tanpa alasan jika sedang hujan seperti ini, Jennie memang jarang sekali mau diajak untuk pulang bersama.

Tentu ada sesuatu hal yang sedang diharapkannya. Dan, siapa lagi jika itu bukan Lisa?

Mereka paham. Mereka kemudian melempar senyum dan berlalu keluar kelas terlebih dahulu.

Jennie masih sempat mengatakan hati-hati dan jangan ngebut sebab jalanan masih licin. Irene lantas mengacungkan jempol, membalas iya dengan setengah berteriak dari arah pintu.

Setelah itu, kini yang tersisa di kelas hanya tinggal beberapa orang saja.

Jennie lalu melirik ke bangku Lisa. Sudut bibirnya tersenyum dengan samar, ketika tatapan teduhnya masih dapat melihat gadis tinggi itu yang sedang terdiam di bangku sana, sambil melamun.

Sedangkan Taeyong terus saja bergumam di sampingnya.

Pemuda itu sedang bernyanyi-nyanyi dengan santai, menciptakan nada suara yang lumayan nyaman untuk didengar.

Jennie lalu menunduk, menatap ke bawah dan menghela nafas. Entah mengapa, hanya karena melihat Lisa, detak jantungnya sudah berani berdetak tak sesuai irama.

Sejenak, terlintas perkataan Rosé tadi pagi saat mereka masih di kantin.

"Gue denger-denger, dia itu perokok."

BODACIOUS - JENLISA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang