Enam

12.7K 1.9K 327
                                    

Author POV

Lisa sedang menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang. Sampai tiba-tiba sudut bibir Lisa tidak sengaja tersenyum, ketika benaknya mengingat kembali tentang kelucuan Jennie.

Selama ini Lisa selalu menyimpulkan bahwa gadis berpipi mandu itu pasti selalu anggun dan sopan.

Tidak sedikit pun terpikir, Jennie ternyata memiliki sisi menggemaskannya sendiri. Lisa sungguh menyukainya, hampir tidak bisa melupakan tentang bagaimana raut wajah Jennie yang tiba-tiba menunduk, atau memerah seketika.

"Anjir, gue bakal gila kalo gini terus."

Lisa menggigit bibir bawahnya, ia pun langsung memukul-mukuli bantal. Masih merasa begitu gemas.

"Lo kenapa sih? Dari tadi ga jelas banget."

Suara Taeyong barusan menyahut. Namun fokusnya masih terarah pada layar laptop. Pemuda itu sedang duduk pada bangku, sambil memainkan sebuah game di laptop milik Lisa.

Belah bibirnya kadang bergumam atau kadang menggeram. Taeyong terus saja memusatkan seluruh atensinya pada benda digital itu.

Saat ini, mereka berdua sedang berada di kamar Lisa. Taeyong juga berencana akan menginap.

Lisa kemudian merubah posisinya. Ia beralih duduk pada tepian kasur. Menumpukan kedua tangan pada sisi badan, dan Lisa tersenyum sambil menatap ke arah Taeyong.

"Gue kangen Jennie deh." Ucapnya.

"Hah? Apaan? Ga ada angin, ga ada ujan tiba-tiba lo bilang kangen? Kesambet?"

"Ngga anjir, gue serius."

"Gara-gara kejadian yang tadi?"

Lisa balas mengangguk sambil menjawab iya. Memang Lisa sudah bercerita tentang ia dan Jennie yang sempat bertemu beberapa jam yang lalu.

Tak ada respon lebih yang Taeyong berikan selain hanya sedikit tak percaya, karena sahabatnya itu kini malah berakhir layaknya orang gila.

Lisa terus tersenyum, lalu bergumam-gumam sendiri.

"Lusa bagi raport." Celetuk Taeyong.

"Tau."

"Kali aja lo lupa."

"Ga lo ingetin juga gue udah inget. Tinggal nyiapin diri aja, pasti bakal jadi samsak lagi." Lirih Lisa.

Tak ada tampak kesedihan yang terpancar pada raut wajahnya. Seolah sudah menjadi kebiasaan, bahkan Lisa hafal apa saja yang harus ia siapkan bila hari pembagian raport itu tiba.

Taeyong yang tadinya masih bermain itu pun lantas mempausenya. Taeyong lalu setengah memutar bangku, untuk duduk menghadap Lisa.

"Gue heran deh, kalo bokap lo pengen banget bikin lo jadi pinter, kenapa kalian ngga nyewa guru pribadi aja buat ngajarin lo?" Tanya pemuda itu.

"Bokap gue ngga nuntut gue buat pinter, yong."

"Lah? Terus?"

"Cuma nilai. Gue juga ngga tau kenapa, tapi bokap selalu bilang kaya gitu."

"Kaya gitu? Gimana?" Heran Taeyong.

"Bokap gue sering bilang..."

Lisa sengaja menjeda kalimatnya. Setelah menatap Taeyong kembali, gadis itu pun mulai berbicara sambil mengikuti gaya bicara sang ayah.

"Cuma nilai yang ayah mau, ayah ngga nuntut kamu untuk jadi pinter, tapi cukup kalau nilai kamu naik sedikit saja, ayah pasti akan sangat bangga untuk itu."

BODACIOUS - JENLISA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang