CHAPTER 17

41 18 2
                                    

Chapter 17

"Ada yang bisa saya bantu lagi pak?"

"Kelihatannya hari ini istri dan anakku akan membesuk ku"

"tolong berikan ini saat dia selesai membesukku." Pinta pria itu sambil memberikan sepucuk surat.

**

"Uhhuuk...uhhuuk."

"Sudahlah sayang jangan terlalu mengkhawatirkanku."

"Aku akan mencari pertolongan Mark!"

"Ayah..., bertahanlah." Sahut Antonius

"Sayangku, sebentar lagi dia datang, pulanglah aku akan baik-baik saja."

"Tidak Mark! kami akan tetap disini bersamamu."

Tatapan kosong pria itu menuju kearah pintu keluar. Sedikit gemetar di tubuhnya, namun pria itu mencoba tetap tenang. Akan tetapi tatapan kosong itu masih tertuju kearah yang sama. Yang membuat istri dan anaknya agak sedikit kebingungan. Mungkin mereka sedang bertanya-tanya, apa yang sedang dilihat pria itu?"

"Sayang dia sudah datang, pulanglah, aku akan baik-baik saja."

"Apa yang kau bicarakan Mark?"

"Dia siapa ayah...?" Sahut mereka

"Dia sudah masuk, sekarang dia di belakangmu."

Mereka pun menoleh dengan kebingungan, karena tidak ada seorangpun yang dilihatnya.

Tiit..tit..tit..tit..tiiiiiit....tiiiiiit...

"Mark!"

"Ayaah!"

"Jangan hiraukan alat rusak ini,"

"Kumohon minggirlah sayang, kau menghalanginya." Ucap pria itu.

"Aku tak tahu apa yang kau bicarakan Mark."

Tiit...tiiit...tiiit...tiiit....

Alat itu Kembali normal, yang setidaknya dapat menenangkan mereka. Dan tak lama setelah itu mereka dengan berat hati mulai pergi meninggalkan Mark seorang diri.

"Lis..., jaga anton baik-baik ya."

"Pasti sayang...."

Bidadari itu sesekali menoleh kearah pria itu. Sedikit erangan kesakitan yang coba ditutup tutupi seolah dia tak terjadi apa-apa padanya. Akan tetapi Bidadari itu sudah mengetahuinya. Pria itu berusaha untuk tidak membuatnya khawatir. Tetapi nyatanya setelah bidadari itu membalikkan badan, sedikit air mata menetes di pipinya.

**

Lilis

Langkah demi Langkah yang begitu berat, disertai Air mata yang mengalir lembut. Kini aku dan Antonius telah sampai di ujung pintu kamar melati nomor 17. Perlahan pergi meninggalkan Mark. masih terdengar erangan kesakitan yang coba disembunyikannya. Aku tak sanggup, air mataku jatuh, apakah aku sedang berada di ujung perpisahan?

Terakhir memandangnya tuk pastikan dia baik-baik saja, aku melangkah keluar dan.

Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit. Terdengar suara, alat rusak itu berbunyi panjang.

**

Antonius

"Ayaah.. banguun!!"

"MARK!! bangunlah sayang! Katakan bahwa alat ini rusak!"

"MARK!!!" Teriak bunda."

"Bangunlah ayah..., ayah banguun...." Aku menggoyangkan badannya.

Kami masih tak percaya, ayah tak bergerak sedikitpun. kami sudah berusaha untuk membangunkannya, tetapi ayah tak kunjung bangun. Mata yang saling bertemu, tatapan penuh arti, seakan tak rela jika dirinya pergi.

Gadis Kecil BelandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang