Terjebak Halusinasi

119 36 9
                                    


Tak terasa masa penebusan telah berlalu. Merupakan hal baik bagi Antonius karena di hari inilah hukuman dari bunda berkahir, dan mulai sekarang dirinya akan terbebas lagi. Bak burung yang dilepas dari sangkar, menyenangkan sekali bukan? Dengan bebas ia terbang di angkasa tanpa suatu halangan yang mengkhawatirkan. 

Akan tetapi ini semua belum berakhir. Apakah dia masih bisa bertemu dengan gadis misterius itu lagi? dan di tempat yang sama pula? semoga saja bisa, aku yakin itulah yang diharapkan Antonius saat ini.

"Antonius, banguun!" suara ayah dari lantai bawah.

"Antonius, kalau nggak bangun bakal ayah guyur pakai air!"

"Eeh... Iya yaaah! Sebentar." Aku pun tergesa-gesa.

Dengan secepat kilat langsung saja aku menuruni anak tangga yang tak sedikit itu. Menuju ke kamar mandi untuk membasuh wajahku. Setelah itu kita semua sarapan pagi bersama. Aku, ayah dan bundaku. Dilihat dari baunya saja sudah sangat meyakinkan bahwa masakan bunda sangatlah enak, sehingga tak butuh waktu lama untuk menghabiskannya. hmm yummy, sungguh lezat sekali!

Setelah perut sudah cukup terisi masakan ala bundaku. Ayah pun mengajakku berjalan-jalan keliling desa. yaa yaa yaa, lumayanlah refresing melihat pemandangan desa yang tentunya belum pernah kutemui sebelumnya.

Dia di situ

Seperti pada umumnya, daerah perdesaan identik dengan hamparan sawah yang luas. Bukan hanya itu, ditambah juga dengan suasana tradisional yang begitu mengental di sekitarnya. Di sisi lain, di pagi yang tak begitu cerah, dan sekumpulan awan menutupi sinar sang surya yang perkasa. Tak menyurutkan semangat para petani dalam mengais rezeki. Mereka terlihat begitu piawai dalam bidangnya yang kira-kira telah dilakukannya sejak lama, sehingga menjadi suatu kebiasaan.

"Coba lihatlah mereka," seru ayahku sambil menunjuk ke arah para petani.

"Kenapa yah?" 

"Lihatlah, mereka nampak bersemangat."

"Oh iya, tentu saja," jawabku, "akupun telah memperhatikannya sejak awal."

"Lalu?" tanya ayahku.

"Lalu apanya yah?" aku kebingungan, "aku tidak paham maksud ayah."

"Lalu setidaknya itu bisa menjadi suatu pelajaran bagimu." Jawabnya.

"Suatu pelajaran yah?" aku masih bingung.

Ayahku berkata, "Setidaknya sifat pekerja keras mereka bisa menjadi suatu pelajaran bagimu,"  

"asal kau tahu, di pagi yang buta selepas shubuh mereka sudah berada di sini untuk melakukan pekerjaannya," sambungnya, "Karena mereka berprinsip, bahwa rezeki tidak akan datang pada orang-orang yang malas." Jelasnya.

Aku pun terdiam..

"Jadi sekarang, apakah kau paham maksud ayah?" Tanya ayahku.

"Iya yah, aku paham sekarang." Jawabku.

"Jadiii...?" ayahku bertanya lagi.

"Jadii mulai besok, aku akan jadi petani..., itu kan maksud ayah?" jawabku dengan jahil.

"ANTONIUUS! BUKAN ITU MAKSUD AYAAH!!."

"iya iyaa, aku cuman  bercanda kok yah, hehehe." Balasku sambil tertawa karena melihat ekspresi ayahku.

Di sela-sela pembicaraan, tak sengaja aku memalingkan wajahku ke arah gubuk dekat sawah. Terlihat sosok yang tak asing lagi bagiku. Ya! dia! gadis itu!

"Heii! kau yang di sana!" seruku sambil melambaikan tangan.

Dia pun menoleh dengan senyuman khasnya nan menjengkelkan itu.

Ayahku bingung, "Hey Antonius, kamu kenapa sih pakai teriak-teriak segala, gak enak dilihat sama orang tuh!"

Aku menoleh ke arah ayahku serta menjelaskan, "emm itu yah, dia teman baruku."

"Hah?, kamu udah punya teman?" ucap ayahku tak percaya, "coba tunjukkin mana teman barumu itu?"

"Itt... ittu yah." Jawabku lemas.

Seketika gadis itu hilang bak lenyap ditelan bumi.


"Ha? mana?, waah waah ngelantur niih kamu." Ujarnya.

"Ta...tadii... ada di dekat gubuk itu yah." Aku menunjuk ke arah gubuk itu.

"Aah mana ada, sudahlah masih banyak anak di desa ini untuk dijadikan teman," 
"ya masa kamu punya teman khayalan, hahaha kamu itu aneh." Ayahku menertawaiku.

"Ayo kita pulang! Sepertinya sudah cukup jalan-jalannya." Sambungnya.

Dan akhirnya kita pun pulang, akan tetapi aku masih tidak mengerti dengan kejadian yang baru saja terjadi. Hmm apakah aku sedang berhalusinasi?.

berakhir sudah masa penebusan, dan kini hukuman bunda sudah tidak berlaku lagi bagi Antonius. Tentunya dengan kesepakatan yang telah dibuat, yakni tidak mengulangi kesalahan yang sama. Beda cerita jika Antonius masih terus berulah, bisa jadi hukuman yang diberikan bunda makin berat. Bisa saja Anton dikurung  selama satu abad, bahkan lebih. Haha, sepertinya bunda nggak sekejam itu siih hehe.

Mengenai gadis itu, apakah Antonius dapat bertemu kembali dengannya? Sepertinya Antonius terlalu memikirkannya hingga wajahnya selalu membayang di benaknya. Namun tak menutup kemungkinan kejadian tadi memang nyata, dan apakah gadis itu memang sengaja membuntuti Antonius? jika memang benar lantas untuk apa?

Jangan lupa simak chapter berikutnya! jangan lupa kasih vote ya!

Gadis Kecil BelandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang