Kue Tart

90 27 0
                                    


Mark Anthony Nicholas

Sekumpulan awan yang murung, dan sang surya yang bersembunyi di baliknya, disertai rintik hujan yang menetes pada genangan air pinggir jalan membuat suara gemericik. Hawa dingin menusuk kulit membuat sekujur tubuhku bergemetar, dan masih terlihat lalu lalang kendaraan yang menerobos rintik hujan saat itu. Jalanan yang licin, becek, dan  penuh lumpur menjadi suatu rintangan bagi pengendara.

Saat ini aku sedang berteduh di sebuah kedai, yang terletak di antara perbatasan desa dan kota. Ditemani dengan segelas teh hangat yang telah kupesan, yang setiap teguknya memberikan kehangatan, kenikmatan, dan ketenangan di tengah kondisi cuaca saat ini.

Kue yang telah kubeli masih utuh bentuknya, masih tidak berubah sama sekali. Ini bukan sembarang kue, ini adalah kue istimewa untuk istriku tercinta Lilis Indah Pramadaya. Wanita kelahiran 1982 Oktober itu akan selalu menjadi wanita yang sangat ku sayangi, dan semoga kisah cinta kita abadi, aamiin.

Gambaran cinta terkiaskan, ingin kurasa untuk selamanya

Membangun cinta yang abadi, agar dunia kagum pada kita

~ Mark Anthony Nicholas


Toko Roti

"Silahkan pak dipilih!"

"Iya Mbak."

Aku memandangi kumpulan roti yang indah lagi cantik yang sudah dipajang dan tertata rapih. Ini adalah hari yang sangat istimewa, maka dari itu aku tak boleh salah pilih, aku juga harus memilih roti yang super duper istimewa!

"Emm yang itu aja deh Mbak, yang agak besaran." Jariku menunjuk ke sebuah kue tart.

"Baik Pak, sebentar ya saya ambilkan dulu." Dengan senyum ramahnya.

"Iya Mbak."

Tak lama kemudian kue pesananku datang, dan langsung saja aku membayarnya. Meski harga kue itu sedikit mahal, namun bukan menjadi masalah untukku karena kebahagiaan Lilis dan Antonius merupakan hal yang sangat penting bagiku. Mereka pasti menyukainya!

"Terima kasih Pak atas  kunjungannya!" Masih dengan senyum ramahnya.

"Iya Mbak, sama sama...," kubalas juga dengan senyuman.

Ya Tuhan, cuaca tidak begitu baik saat ini. Gerombolan awan gelap yang begitu menyeramkan. Semoga saja aku tidak kehujanan, dan semoga saja kue ini tidak rusak dan tetap utuh hingga aku sampai di rumah nanti. 

Aku langsung memacu motorku dengan cepat dan berharap sampai rumah sebelum kehujanan, namun sayangnya hal itu tidak terjadi.

Kedai

ditemani teh hangat yang telah kupesan, dan aku mulai perlahan menyeruputnya. Badanku yang awalnya bergemetar karena kedinginan, kini sudah mulai membaik. Sedangkan hujan pun masih tetap sama, ia masih belum mau berhenti. Di sisi lain aku memiliki janji dengan Antonius di sebuah tempat guna mempersiapkan kejutan untuk istriku, yang merupakan seseorang yang sangat kami cintai. Mau tidak mau aku harus menerobos hujan yang sedikikit deras ini.

"Hmm terobos aja laah!" Ucapku dalam hati dengan penuh keyakinan.

"Semoga saja di daerah sana tidak hujan."

"Permisi Pak! boleh saya minta kantong kresek yang agak besaran?" Sambil menunjuk kotak kue.

"Bentar ya pak masih saya carikan," ucap penjaga warung. "Ini pak ada!" Sambungnya.

"Terimakasih ya pak."

"Iya pak..., Sama-sama."

Setelah semuanya siap, dan aku rasa kue itu aman langsung saja aku memacu motorku menuju tempat yang telah aku sepakati dengan Antonius. Hanya aku dan Antonius saja yang mengetahuinya.

Jalanan yang licin tak menyurutkan semangatku untuk terus memacu motor dengan sangat kencang. Kaca helmku yang sudah mulai buram terkena tetesan air hujan sehingga sangat mengganggu pandanganku. Hanya terlihat remang-remang cahaya lampu kendaraan lain dari depan. Sungguh suasana yang sangat mencekam bagiku.

Tiiin! Tiiiiin! Tiiin! 
( Suara klakson)

"Eeh siapa siih ini yang mainan klakson? lagi dijalan juga." Gerutuku dalam hati.

Tiiin! Tiiiiin! Tiiin!

"Sepertinya dari arah belakang deh." Aku melihat kaca spionku.

Terlihat dari kaca spionku, sebuah mobil sedan yang sedang hilang kendali. Mobil sedan yang tak jelas kemana arahnya, dia bergerak ke kanan dan kiri seperti orang yang sedang mabuk, dan sialnya mobil itu semakin mendekatiku.

"wah bisa gawat niih! aku bisa diseruduk dari belakang kalau gini caranya!"

Aku pun memacu motorku lebih kencang lagi, dan menjauh dari mobil sedan itu dengan tujuan jaga jarak aman. Akan tetapi mobil itu malah menyamai kecepatanku, entah apa yang dipikirkan oleh si pengemudi itu sehingga dia melakukan hal ini.

"Sial! dia membuatku makin mendekati pinggiran jalan!"

Tiin! Tiin!  suara klaksonku memperingatkannya.

"Menjauhlah dariku!" Tegasku, "cara berkendaramu sangat membahayakan orang lain!!"

Nciiiiiiit Duummzz!! Bruuaak!!!!!

".........."

Tik...tik... tritik...tritik.... suara tetesan air hujan.

Yang kuingat saat itu hanyalah suara rintik air hujan yang terdengar di telingaku. Pandanganku mulai kabur, dan beberapa bagian tubuhku terasa sakit dan perih terutama pada bagian kepala. Helm yang pada awalnya berada di kepala saat itu, entah hilang kemana.

Kini aku terbangun disebuah tempat yang sama sekali tidak aku ketahui. Aku terbangun dengan keadaan badan yang kaku dan tidak bisa gerak. Aku terbangun dalam keadaaan yang linglung, dan aku terbangun kudapati seorang bidadari sedang menangis disampingku. Lilis Indah Pramadaya.

"Antonius...," ucapku dengan lirih.


Tak sesuai dengan apa yang diharapkan, Mark telah mengalami kejadian naas tersebut. Rencana yang telah dipersiapkan dengan matang kini hancur lebur, tak jauh beda dengan kue tart yang entah kemana larinya disaat kejadian naas itu terjadi. Tentu saja kue tart yang lembut itu pasti akan hancur diantara puing-puing kendaraan yang telah hancur. 

Puing-puing kendaraan yang hancur dan disertai dengan dentuman keras itu.

Lantas apakah Antonius telah mengetahui kejadian ini? dan bagaimana reaksi Antonius jika telah mengetahui bahwa saat ini ayahnya sedang tergeletak lemas dirumah sakit?

Simak chapter berikutnya! jangan lupa vote ya!



Gadis Kecil BelandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang