Sisi Lain Bunda

232 42 2
                                    


"Iyaa sampai jumpa besok." Balas gadis kecil itu.

Masih terngiang di kepalaku, itulah kalimat terakhir yang kudengar darinya sebelum kita berpisah sore itu, dan aku pun tak tahu jika akan berakhir seperti ini.
Bunda memberiku hukuman tidak boleh keluar rumah selama tiga hari, sedangkan aku berjanji padanya untuk bertemu lagi besok sore. Arrghh!! Yang benar saja, aku membuat janji dan mengingkarinya begitu saja, bahkan dengan orang yang baru saja ku kenal. Ayolah! semoga dia mau menerima alasanku jika kita sempat bertemu lagi nanti, semoga saja.

Hunian baru

Saat ini aku berada di kamar, dengan ukuran yang cukup besar untuk seorang Antonius. Membaca dan menulis merupakan caraku untuk menghabiskan waktu. Kadang aku jenuh dengan rutinitas ini. Jika jenuh biasanya aku pergi ke pohon beringin belakang lapangan desaku untuk menyendiri di sana. Karena hukuman bunda masih berlaku, apa daya sementara ini aku hanya bisa melakukan hobi kecilku itu di kamar.

"Emmm..., bosen juga  ya lama-lama!" dengan wajah murung. 

"Lebih baik aku menjelajahi kamar baruku ini, siapa tahu ada ruangan rahasianya hehe," khayalku.

Baru seminggu aku tinggal di sini, dan tentunya aku belum mengenal pasti tentang seluk beluk rumah ini. Lagi pula baru kemarin kami semua selesai menata seluruh barang pindahan di rumah ini. Di saat aku sedang menjelajahi kamarku, aku melihat sebuah buku diary di sana tertulis nama bundaku di buku itu Lilis indah pramadaya

"wahh  sepertinya bunda salah naruh niih, kok bisa ada di sini ya?" aku keheranan."

"Sepertinya aku harus membacanya hehe," tawa jahilku.

Setelah membaca beberapa tulisan di buku itu, aku dapat menyimpulkan. Meskipun bunda galak, ternyata bunda juga jago bikin puisi juga loh hehe. Apalagi banyak puisi romantis yang terdapat di dalamnya. Tetapi aku tidak begitu tertarik dengan kumpulan puisi romantis karya bundaku. Dan lama s tak lama setelah itu mataku terpaku pada satu halaman yang terdapat pada sebuah karangan bunda di situ. Terdapat sebuah karya yang diberi judul dengan nama yang tak asing lagi bagiku, dan tak lain adalah namaku sendiri.


       Antonius Jaka Samudro

Ini adalah saat terindah, ketika sang mentari datang menyapa

seolah menyambut senyummu yang begitu hangat berseri

Sekumpulan burung gereja yang datang terbawa angin

lalu berbaris di depan teras menjadi saksi tangisan pertamamu.

Ini adalah saat terindah  

ketika aku dengannya menentukan sebuah nama untukmu

Antonius Jaka Samudro, itulah bunyi paling merdu bagiku

Tak banyak berharap dan juga menuntut

karena hadirmu ini sudah lebih dari cukup

Lilis Indah Pramadaya, 13 September 1991

Setelah membaca isinya, ternyata banyak sekali ungkapan rasa sayang bunda kepadaku.
Bak terkena sihir, hatiku terketuk untuk menjadi anak yang baik, menjadi anak yang diharapkan oleh kedua orang tuaku. Entah kenapa seolah-olah tulisan itu seperti sebuah mantra yang ampuh. Sebuah mantra yang dapat menyihir anak yang bandel sepertiku ini.

Teruntuk bundaku
Sekali lagi maafkan aku bunda, aku janji ini bakal menjadi yang terakhir, dan ku ucapkan banyak terimakasih untukmu, aku tahu kau sangat menyayangiku begitupun aku sebaliknya.


Sudah menjadi hal biasa jika seseorang berbuat salah lalu meminta maaf. Akan tetapi,
jika seseorang itu benar-benar menyadari kesalahannya dan berusaha untuk berubah menjadi lebih baik lagi. Itulah baru yang disebut luar biasa.

Seorang Antonius kecil begitu cepatnya tersihir oleh tulisan Lilis Indah Pramadaya, yaa! yang pastinya ibundanya sendiri. Setiap goresan penanya seakan-akan terdapat kekuatan magis yang bisa saja menyihir pembacanya.

Oh iya! Apakah kalian penasaran dengan isi diary bunda lainnya? Atau masih penasaran dengan gadis kecil misterius itu?

Baiklah simak saja chapter berikutnya! jangan lupa kasih vote ya!

Gadis Kecil BelandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang