Sebuah Nama

103 32 4
                                    


Gadis itu bernama...

"Bundaa, aku pergi dulu yaa!"

"Iyaa, hati-hati di jalan, dan ingat pesan bunda." Tegasnya

"iya bundaku yang cantiiik, assalamu'alaikum."

"Ish bisa aja kamu ini, waalaikumsalam." Balasnya.

Selepas ashar aku langsung menuju tempat favoritku yang sebelumnya sudah pernah ku ceritakan pada kalian bukan? Yaa! tentunya kalian sudah mengetahuinya. Tempat itu tak lain ialah pohon beringin belakang lapangan. Yang mana jika kau berada disitu seolah-olah dia hidup, blaa..bla..blaaa. Hahaha, aku tidak akan menjelaskannya lag karena aku rasa kalian sudah mengetahuinya, namun yang terpenting untuk saat ini, aku berharap dapat bertemu lagi dengannya, ya! gadis kecil itu. Akan tetapi jika memang hal itu tidak terjadi mungkin ini sudah menjadi takdir Tuhan.

Se-jam lebih setengah menit telah berlalu, dan beberapa halaman buku yang telah habis kubaca. Akan tetapi tak satupun ilmu yang menyangkut di pikiranku, dari buku yang telah kubaca tadi, karena pikiranku kini telah dipenuhi olehnya. Aku berharap kejadian itu terulang lagi, dan aku berharap ada yang menepuk pundakku lagi sama halnya yang terjadi waktu itu.

"Hmm hari sudah mulai gelap, aku harus cepat pulang."

"Ku rasa dia nggak bakal datang lagi, mungkin dia marah karena aku telah mengingkari janjiku padanya saat itu," aku pun menyesali perbuatanku itu.

Tak lama kemudian...

"Heyy! sepertinya kau sedang menunggu seseorang," suara itu mengagetkanku dari belakang.
Dan saat ku toleh, terdapat sesosok yang tak lain adalah sosok gadis yang ku tunggu-tunggu selama ini.

"Emm, eeh enggak kok, siapa juga yang nung-"

"ssttt..., tak usah banyak alasan pasti kau sedang menungguku bukan?" potongnya dengan wajah khasnya yang menjengkelkan.

"Idihh ini anak pede banget yaa!, orang juga mau pulang kok." Tegasku.

"lihat tuh, lagi pula hari juga sudah mulai gelap."

"Owwh..., okey aku juga akan pulang, daaah...." Jawabnya datar.

Haa! dia benar-benar gila. Aku telah menunggunya selama ini, sementara itu dengan begitu gampangnya dia pergi. Hmm sial! sepertinya kali ini aku harus mengalah lagi deh.

"Eeh tunggu!" aku memanggilnya dan berharap dia merespon.
Dia menoleh, tapi tak menjawab.

"Aku hanya...," aku tak melanjutkan kalimatku

Dia berbalik lagi, dan meninggalkanku begitu saja. Hufft dia sungguh menyebalkan.

"Hey tunggu! maafkan aku, iyaa aku memang sedang menunggumu, aku juga ingin bertemu denganmu!" Jelasku.

Dia pun menoleh, kali ini dia tersenyum dengan senyuman konyolnya. Argh! aku merasa telah di bodohi, pandai juga dia dalam bersandiwara.

"Tuh kan, pasti kau sedang menungguku, " ketusnya, "seharusnya kau bilang sejak awal dasar ribet!" Nampak wajah kesalnya Yang membuatnya makin terlihat cantik.

"Iyaa iyaa maaf, aku terlalu canggung untuk mengatakannya." Balasku.

"Hmm okey, hal itu memang wajar, karena kebanyakan lelaki gugup jika berada di dekat wanita yang disukainya." Ujarnya.

"Hah! Apa kau bilang! kau jangan mengada-ada, aku canggung hanya karena kita belum saling kenal, bukan karena aku suka padamu!" ketusku, sambil memalingkan wajahku karena kesal. 

"Iya deh kok malah jadi marah-marah ginii, aku kan hanya bercanda." Katanya.
"Tuh kan, apa kubilang, wajahmu lucu jugaa jika sedang marah hahaha!" Sambungnya.

Gadis Kecil BelandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang