"Kamu kalo butuh sesuatu, ambil sendiri, ya. Punya kaki sama tangan, kan?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dih.
"Kok gitu? Perasaan orang-orang kalo butuh sesuatu di rumah orang lain, bakalan langsung di ambilin"
Ekspresi muka dia masih sama kayak tadi, "saya kan bukan orang, saya ini raja"
"Raja?!"
Pekik gue kaget.
"Iya, rakyat kecil ku? Ada apa?"
Apaaaaan sih.
Prik abis.
"Lagian, bank aja mandiri, masa kamu kalah sama abank-abank?"
Gue yang lagi duduk dilantai sembari masukin baju ke lemari, ngedumel, sambil :3 (monyong)
"Prik bener, kek kqtqk"
Kata gue.
"Saya janji, saya akan ubah typing mulut kamu menjadi desahan"
Muka gue syok pt.2. Tapi kali ini gak ngeluarin suara apapun.
"Kenapa? Kamu pasti mikir aneh-aneh, kan?"
"G-ga lah"
Bantah gue yang gak natap wajah dia.
"Masa? Emang ngedesah itu kayak gimana?"
Gue kicep bae.
Gak tau mau ngibul apaaan, akhirnya gue jawab gini, "ngedesa tuh lawan katanya ngekota"
"Jangan kayak mas aris yang suka manipulatif, ya. Saya yakin kamu pasti paham soal ngedesah"
"Saya kan masih bocil, jadi mana paham urusan—ah!"
Tangannya secara mendadak menyusup ke dalam baju belakang gue, dan menyentuh punggung gue.
"Jadi gimana bocil? Udah paham tentang ngedesah?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mau lanjut nanti malam?"
"Jangan ngadi-ngadi deh, saya itu keponakan—"
TAK
Jidat gue dijitak.
"Jangan mikir kotor terus mangkanya. Pertanyaan saya itu berhubungan tentang beresin baju, bukan perihal desah-mendesah. Tapi kalau kamu mau, boleh di coba"