Kamis, 15 Juli 2021
"AAAA!" teriakan melengking itu menarik perhatian orang-orang sekitar menatap seorang gadis berseragam putih abu-abu yang kini sedang bersedekap dada di depan pagar menjulang sekolah swasta Jakarta, SMA PRADA.
"Gimana dong? Ini hari pertama gue!" serunya kesal lalu menendang pagar tak bersalah itu dengan keras.
Masih dengan wajah kesalnya, gadis itu menoleh saat suara deruman motor terdengar dari belakangnya. Cowok yang mengendarai motor itu turun masih dengan helm yang terpasang di kepalanya lalu berdiri disamping gadis tadi. Sementara itu, gadis tadi sudah kembali menatap pagar, tidak peduli dengan kehadiran cowok di sampingnya.
"Perasaan gue baru telat 30 menit deh" gumam cowok itu lalu menoleh menatap gadis di sampingnya.
"Lo telat juga?" tanya cowok itu.
"Lo nanya gue?" tanya gadis itu balik sambil menunjuk dirinya.
Cowok itu melirik sebentar nametag lalu kembali menatap wajah cewek lemot di depannya ini.
"Iya, Paris. Gue nanya lo" mata gadis itu melebar mendengar panggilan cowok itu.
"Nama gue Reyna Parisya Willa. Lo bisa manggil gue Reyna, Isya, atau Willa, asal jangan Paris!" kesal gadis bernama Reyna itu.
"Bagusan Paris daripada Reyna, Isya, atau Willa"
"Kok lo ubah-ubah nama gue sih?!"
"Gak ngubah kok. Reyna Parisya Willa. Nama lo ada unsur Paris nya, gue manggil lo Paris bukan Putri, Ica, Caca, atau Lea. Gak ngubah kan?"
Reyna terdiam sebentar. Ada benarnya juga perkataan cowok menyebalkan di depannya ini.
"Y-ya tetap aja kan. Gue, yang punya nama, gak suka dipanggil Paris" ucap Reyna geram, mendongak ke atas menatap cowok yang lebih tinggi darinya.
"Terserah gue dong"
Reyna mendesis kesal lalu menatap nametag cowok itu. Sion Yudhita Natala, senyum miring tercipta di bibir Reyna.
"Yaudah. Terserah Dhita aja deh" kini giliran cowok itu, Sion, yang melebarkan mata.
"Apaan dah Dhita kek nama cewek" batin Sion.
"Heh lo! Lo masih kelas 10 kan? Gue nih kakak kelas lo! Yang sopan dong kalau ke yang lebih tua!"
"Tua kok bangga!"
"LO-"
"HEH! Kalian berdua yang didepan pagar! Kesini CEPAT!"
"Mampus dah. Bu Hana" gumam Sion meringis.
Reyna dan Sion pun berjalan pelan sambil berdempetan menuju tempat Bu Hana, salah satu guru killer SMA PRADA.
"Oi Dhita! Tuh guru galak atau galak banget?" bisik Reyna.
"Galak double banget. Jadi, lo mending diam aja, Paris"
Setelah sampai di depan Bu Hana, keduanya dimarahi habis-habisan. Bagaimana tidak, mereka terlambat masuk kelas selama 1 jam. 30 menit karena memang terlambat dan 30 menit sisanya karena membuang waktu untuk beradu mulut. Karena ini hari pertama di tahun ajaran baru, mereka berdua pun bisa selamat dari hukuman Bu Hana. Kini keduanya sudah berpisah di pertigaan koridor sekolah karena perbedaan kelas.
Reyna berlari kencang menuju kelasnya, X MIPA 1. Untungnya, ia sudah mengetahui kelasnya dari kegiatan Pengenalan Lingkungan Sekolah(PLS) tiga hari lalu. Fyi, X MIPA 1 merupakan kelas unggulan.
Setelah sampai di depan kelas, Reyna mengintip sedikit dari jendela lalu menghela napas lega setelahnya. Gurunya belum datang jadi ia bisa dengan bebas memasuki kelas, tetapi tidak dengan bebas dari tatapan orang-orang kelas. Reyna hanya bisa tersenyum canggung lalu mempercepat langkahnya menuju satu-satunya bangku yang masih kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYNA (Revisi)
Novela JuvenilSetelah pertemuan terakhir kami kemarin, dia tiba-tiba menjauhiku. Dia selalu terlihat seperti menghindari ku. Apakah aku melakukan kesalahan? Apakah aku harus minta maaf padanya? Tapi, apa salahku? Kenapa dia menjauhiku?