#7

8 2 0
                                    

Senin, 18 Oktober 2021

Langit dihari senin ini tampak cerah. Tapi tidak dengan hati murid-murid SMA PRADA yang sedang melaksanakan upacara. Amanat dari pembina upacara membuat mereka harus menahan pegal di kaki mereka. Tak lama kemudian, upacara pun selesai membuat helaan napas lega terdengar dimana-mana.

Bukannya masuk ke kelas, sebagian murid memilih mampir ke kantin untuk membeli minuman, termasuk Reyna dkk. Namun, apa salahnya? Mereka kan hanya kehausan.

"Bagi siswa bernama Melviano Mirza Arayan kelas X IPS 2 agar segera bertemu pak Anton selaku guru olahraga di lapangan sepak bola"

Pemberitahuan itu terdengar di seluruh penjuru sekolah. Tak ada yang tak mendengarnya, kecuali seseorang yang menggunakan earphone dan memasang volume keras seperti Delia dan Nata saat ini. Entah apa yang mereka lakukan dengan ponsel mereka hingga terlihat serius sambil sesekali tertawa kecil. Reyna dan Clara pun tak memusingkan hal itu. Toh, nantinya bukan mereka yang dipanggil gila.

"Napa tuh doi lo dipanggil?" tanya Clara sambil menyesap minuman yang tadi ia beli. Mereka kini sedang dalam perjalanan menuju kelas.

"Mana gue tahu. Emang gue siapa nya?" acuh Reyna. Sampai suara seseorang mengagetkannya.

"Kode nih?" ejek Melvin sambil menaik turunkan satu alisnya.

"Kode apaan. Emang gue bukan siapa-siapa kan" sungut Reyna kesal.

"Kalau lo lupa..." jeda Melvin lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Reyna. Reyna tak memundurkan wajahnya. Emangnya Melvin berani melakukan hal yang tidak-tidak didepan umum seperti ini?. Namun, tak dapat ia elak bahwa jantungnya kini sudah marathon.

"Lo kan emang bukan siapa-siapa" ucap Melvin lalu segera berlari menuju lapangan sepak bola meninggalkan Reyna yang kesal akibat ulahnya.

~~~

"Saya panggil kamu kesini karena mau memberi tahu kamu sesuatu" ucap pak Anton setelah Melvin sudah datang.

"Dua minggu lagi akan diadakan pertandingan sepak bola antarsekolah. Dan pemain kami kekurangan satu orang. Jadi saya memilih kamu karena nilai olahraga kamu yang bagus. Kamu mau kan?" tanya pak Anton. Melvin mengangguk dengan semangat. Ini adalah kesempatan untuk menunjukkan bakatnya. Dan lagi, ini adalah pertandingan pertamanya sejak masuk sekolah ini.

"Ohiya! Kamu kenal dengan Elfan? Anak pemilik sekolah" tanya pak Anton. Melvin membulatkan matanya terkejut akan informasi ini. Elfan anak pemilik sekolah???.

Pada akhirnya Melvin hanya menganggukkan kepalanya.

"Tolong sampaikan kalau dia direkrut untuk menjadi kapten basket. Dan ini juga sudah di konfirmasi kan dengan anak basket lainnya" ucap pak Anton. Lagi - lagi, Melvin hanya mengangguk.

"Jangan lupa latihan dimulai besok" lanjut pak Anton.

"Baik pak. Kalau begitu saya kekelas dulu" pamit Melvin lalu beranjak dari sana.

~~~

"Fan, lo direkrut jadi kapten basket" ucap Melvin selagi menunggu pesanan mereka datang. Ya, kini mereka sedang berada dikantin karena bel istirahat yang baru saja berbunyi.

"Lah, kok jadi gue?" tanya Elfan heran. Ia saja tak ada niat untuk masuk ekskul basket.

"Mana gue tahu. Kata pak Anton, anak basket lainnya udah setuju" Jawab Melvin.

"Eh iya, lo kok gak bilang-bilang kalau lo anak pemilik sekolah?" pertanyaan Melvin itu sontak membuat Bara dan Rion bereaksi sama sepertinya saat pertama kali mendengar hal itu.

"Gilaaa!! Lo jadi kapten basket tanpa seleksi. Emang yah kalau anak pemilik sekolah beda" takjub Bara lalu merangkul pundak Elfan.

"Iya dong. Jadi kalian harus bersyukur punya teman kayak gue. Dan gue harus banyak-banyak istigfar karena punya teman kayak kalian" canda Elfan mendapat jitakan dari Rion.

REYNA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang