Mbak Maya menjauh.
Mas Hamka juga menjauh.
Dua orang yang selama ini dekat denganku mendadak menjauh seolah kami tidak saling mengenal.Semenjak hari di mana aku menanyakan pada Mbak Maya dengan siapa dia pergi ke outlet perhiasan, Mbak Maya seketika berubah. Hubunganku dengan Mbak Maya memang tidak terlalu dekat layaknya Kakak adik lainnya, tapi seingatku tidak pernah kami sejauh sekarang.
Nyaris tidak pernah bertegur sapa, bahkan aku merasa Mbak Maya tengah menghindariku. Di saat jam sarapan di mana seharusnya kami duduk bersama di meja makan untuk berangkat ke kantor, maka Mbak Maya akan terburu-buru melewatiku begitu saja seolah tidak melihatku, atau lebih parahnya saat aku mengajaknya ngobrol di kala ada Ayah dan Bunda, maka Mbak Maya akan melipir pergi dengan dalih sibuk dengan teleponnya.
Bukan aku tidak berupaya menanyakan kenapa Mbak Maya seolah menghindariku, tapi Mbak Maya yang tidak memberiku kesempatan untuk bertanya kepadanya, pintu kamarnya selalu terkunci rapat tidak mengizinkan orang lain untuk masuk.
Mbak Maya benar-benar menjaga jarak dariku.
Bukan hanya Mbak Maya yang menjauh dariku, tapi juga Mas Hamka, dia memang sudah kembali dari cutinya, tapi saat aku ingin bertanya padanya tentang apa yang di lihat Dewi tempo hari, aku tidak pernah ada kesempatan untuk bertanya kepada Mas Hamka.
Telinganya yang selalu tersumpal earpod, dan juga mulutnya yang membisu sudah mengisyaratkan jika dia tidak mau berbicara denganku selain hal yang berkaitan antara putri Komandan dengan ajudan dari orangtuanya.
Percayalah, perubahan yang terjadi pada Mas Hamka ini sangat menyebalkan, dia menjadi jauh menyebalkan dari pada ajudan Ayah lainnya yang aku kira sudah paling mentok nyebelinnya.
Seperti sekarang, di saat perjalanan menuju kantor setelah berhari-hari aku di acuhkan oleh Mas Hamka tanpa ada obrolan sama sekali saat mengantar dan menjemputku, aku sudah tidak bisa menahan diri lagi dengan situasi yang tidak menyenangkan ini.
Biasanya perjalanan berangkat dan pulang kantorku akan terasa menyenangkan dengan banyak obrolan yang di cetuskan oleh Mas Hamka, tapi sekarang hanya suara radio yang terdengar. Rasa nyaman yang biasanya aku rasakan saat bersama Mas Hamka yang selalu pintar dalam mencairkan suasana dengan hal-hal ringan yang tidak pedang bosan untuk di bahas kini tidak ada lagi.
Jangankan mengobrol apalagi bertanya tentang tempo hari kenapa dia menemani Mbak Maya ke toko perhiasan, bahkan Mas Hamka sama sekali tidak melihat ke arahku yang ada di sampingnya, pria tampan dengan hidungnya yang tinggi tersebut menatap lurus ke depan sengaja menghindariku.
Rasanya sangat sesak mendapatkan perlakuan Mas Hamka yang berbeda 180° dalam sekejap ini, aku benar-benar kehilangan sosoknya yang hangat dan begitu manis terhadapku.
Pemikiran tentang Mas Hamka dan Mbak Maya yang melakukan prank sebelum memberikan kejutan padaku seperti yang di cetuskan oleh Dewi semakin lama semakin sirna, dua orang ini tidak berpura-pura menjauh, tapi benar-benar menjauh.
Mengabaikan harga diri dan juga perasaanku yang tercabik karena di abaikan begitu saja tanpa alasan, aku memberanikan diri untuk bertanya lebih dahulu, entah apa reaksi Mas Hamka nanti yang akan aku terima nantinya aku sudah tidak bisa diam dan bertanya-tanya sendiri lagi.
"Mas Hamka!" Aku menyentuh lengan yang terbalut seragam tersebut pelan, membuat Mas Hamka tampak gelagapan karena terkejut, dia sepertinya tidak menyangka jika aku akan menegurnya lebih dahulu.
Aku memberikan isyarat padanya untuk melepaskan earpod yang terpasang di telinganya saat dia menatapku dengan pandangan bertanya.Sebelum dia bertanya lebih dahulu padaku dan kembali menghindari pembicaraan aku segera bertanya. "Mas Hamka semenjak kembali dari cuti kemarin kayak menghindar dariku. Aku ada salah apa sama Mas sampai Mas Hamka menghindar kayak gini."
Mas Hamka melihatku sekilas, dari matanya yang tidak berani menatapku seperti biasanya, aku tahu jika Mas Hamka merasa terganggu dengan pertanyaan yang membuatnya gelisah ini. "Saya mana berani menghindar dari Mbak Julia. Memangnya kenapa bisa berpikir kayak gitu?"
Aku berdesis pelan mendengar jawabannya yang sangat mengecewakanku tersebut, aku bukan anak kecil yang tidak bisa membaca gelagat orang yang sedang tidak jujur, dan dari sikap Mas Hamka, aku tahu jika dia menyembunyikan sesuatu dariku yang menjadi alasan kenapa dia tiba-tiba menjauh dan berubah menjadi dingin seperti sekarang.
Sungguh aku kecewa dengan sikapnya ini, tapi bagaimana lagi, aku tidak bisa memaksa seseorang seperti yang aku inginkan.
"Pembohong! Tapi sudahlah, toh cepat atau lambat aku akan tahu dengan sendirinya kenapa tiba-tiba Mas Hamka dan Mbak Maya menjauh dariku."
Mas Hamka menoleh kepadaku sejenak, aku berharap ucapanku barusan akan membuatnya membuka mulutnya yang terkunci rapat, tapi nyatanya Mas Hamka sama sekali tidak bersuara, tatapan matanya yang biasanya hangat kini melihatku dengan pandangan bersalah yang semakin meyakinkanku jika memang ada yang dia dan Mbak Maya sembunyikan sebelum akhirnya dia kembali fokus ke depan.
"Mungkin apa yang Mas Hamka sembunyikan terlalu menyakitkan ya, sampai nggak berani buat jawab pertanyaanku barusan. Aku ngerasa kayak di mainin."
Aku membuang pandanganku keluar jendela, memilih melihat lalu lintas kota yang padat dari pada melihat ke arah pria yang menghindariku tanpa mau berkata apa alasannya.
Aku belum sempat bertanya kenapa Mas Hamka, yang sebelumnya enggan berbicara denganku, tiba-tiba menepikan mobilnya, dia sudah lebih dahulu berbicara.
"Mbak Julia, saya boleh minta sesuatu dari Mbak?"
Aku menelan ludah dengan susah payah, dari nada suara Mas Hamka yang berat dan tersirat rasa bersalah, aku tahu apapun kalimat kedepannya bukan sesuatu yang baik untuk kudengar.
Tidak perlu jawaban dariku, Mas Hamka kembali berbicara. "Saya mohon jangan salah pengertian atas perhatian yang saya berikan ke Mbak selama ini." Duuuuaaarrr, seketika ada bom yang meledak di dalam kepalaku dan menghancurkan semuanya dengan menyakitkan. Ini yang aku takutkan semenjak dadaku berdesir karena semua sikap manis Mas Hamka, hal seperti ini yang aku khawatirkan saat aku mulai merasa nyaman dengannya. Apa yang di ucapkan Mas Hamka barusan menjadi penyempurna hatiku yang mulai retak perlahan semenjak dia menjauh beberapa hari, seperti ingin menyempurnakan kehancuran perasaanku, Mas Hamka kembali berucap, "Saya baik ke Mbak Julia karena Mbak Julia adalah Putri dari Wakasad yang harus saya jaga, dengan tugas saya yang salah satunya adalah menjaga Mbak, saya harus memastikan jika Mbak Julia nyaman dengan kehadiran saya di samping Mbak."
Aku menatap kecut pria yang ada di sampingku ini dengan perasaan kecewa dan malu yang tidak terbendung, aku di tolak bahkan sebelum aku berkata apapun terhadap dirinya tentang perasaanku.
"Jadi saya minta tolong, jangan salah artikan perhatian saya sampai Mbak merasa berhak bertanya hal pribadi saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Belahan Hati Julia
AdventureJika ada dua orang yang di benci oleh Julia, orang itu adalah Maya dan juga Hamka, Kakak dan juga Kakak Iparnya. Julia membenci Hamka karena Letnan Satu anggota Ayahnya tersebut memanfaatkannya untuk mendekati Maya. Hamka mendekatinya dengan penuh...