"Kamu nggak ngucapin selamat ke Kakakmu ini, Li?"
Mbak Maya mengangkat gelas minumannya tanpa memutuskan kontak mata denganku, alisnya yang kini terukir indah kini terlihat naik, ciri khasnya saat mengejek seseorang.
Aku bersedekap, menatap Kakakku ini dengan keheranan, selama ini aku merasakan hubungan persaudaraan antara aku dan dirinya baik-baik saja, tidak ada alasan untukku dan dia bertengkar.
Tapi sekarang, aku justru merasa jika antara aku dan Mbak Maya tidak ubahnya seperti musuh yang sedang berlomba menyakiti satu sama lain, sesuatu hal yang sebenarnya tidak aku inginkan, bahkan jika dari awal Mbak Maya mengatakan sejujurnya padaku jika yang di dekati Hamka sebenarnya adalah dia, mungkin aku tidak akan merasa di bodohi atau di manfaatkan seperti sekarang.
Sayangnya aku sudah terlanjur sakit hati dengan sikap Mbak Maya yang berpura-pura menyemangatiku mengejar Hamka saat berada di depanku, sementara di belakangku dia menertawakan kebodohanku tersebut.
"Selamat ya Mbakku yang cantik atas pertunangannya, semoga setelah ini jalan menuju pernikahan lancar tanpa ada halangan apapun, dan semoga setelah menikah kalian berdua selalu bahagia." Senyuman penuh kemenangan terlihat di wajah Mbak Maya mendengar rentetan doaku, sungguh aku tidak paham dengan jalan pikiran Mbak Maya ini, bagaimana bisa dia menganggap adiknya sendiri sebagai seorang rival? Dia puas sekali sepertinya bisa bersama Hamka dan membuatku kecewa. "Kurang-kurangin ya Mbak ngedrama sama munafiknya! Nggak baik Mbak jadi orang yang punya dua muka, satu muka saja sudah boros perawatannya, apalagi dua!"
Senyum yang sebelumnya tersungging di bibir Mbak Maya kini sepenuhnya menghilang, sama sepertiku yang tidak bisa menyembunyikan perasaanku dan akan langsung meledak saat ada yang mengusik, dia pun tidak jauh berbeda walaupun kesehariannya dia adalah orang yang jarang berbicara.
"Jaga bicaramu, Li! Seharusnya kamu yang berhenti ngedrama, Hamka bukan milikmu, dari awal dia sudah menyukaiku. Kamunya saja yang kegeeran merasa seluruh dunia pasti akan menyukaimu, dasar perempuan naif memuakkan."
Aku menatap Mbak Maya tidak percaya, sungguh tidak pernah terpikir di otakku jika Mbak Maya bisa mengatakan hal sejahat itu kepadaku. Sisi lain Kakakku yang tidak pernah aku lihat kini muncul semuanya di hadapanku. Wanita yang ada di depanku benar-benar tidak seperti Mbak Maya yang aku kenal.
Mbak Maya mencengkram daguku dengan kencang memaksaku untuk melihatnya yang kini tengah di landa emosi, Mbak Maya benar-benar menakutkan sekarang ini.
"Kenapa melotot? Kaget lihat aku bisa melawanmu seperti sekarang? Selama ini aku di paksa untuk berbagi segalanya yang aku miliki denganmu! Selama ini aku harus diam di saat semua orang membandingkanmu denganku! Tapi kali ini aku tidak mau berbagi Hamka denganmu, kali ini kamu harus ngerasain apa yang selama ini aku rasakan karena kehadiranmu ini."
".........."
"Kamu tahu Li, betapa bencinya aku mendengar kalimat Julia ini, Julia itu. Lihat Julia, May. Dia lebih muda tapi lebih supel dan pintar di bandingkan denganmu. Aku bener-benar muak dengan semua perbandingan itu. Aku benar-benar benci saat harus membagi semua yang aku miliki denganmu, kamu pikir aku senang saat milikku harus aku berikan kepadamu. Aku benci hal itu, Julia! Aku benci denganmu."
Cengkeraman di daguku semakin menguat, bahkan aku mulai merasa jika kuku Mbak Maya mulai melukaiku. Andaikan aku tidak ingat jika kami tengah berada di tengah acara mungkin aku akan berteriak keras memanggil Ayah atau bahkan melawan balik Kakakku yang ternyata gila ini, sayangnya membuat keributan hanya akan membuat Ayah dan Bunda malu, dan membuat orangtuaku menjadi gunjingan jajaran para perwira tinggi, aku memilih mengalah.
"Rasanya sangat puas saat mendengarmu menyukai Hamka sementara aku tahu kenyataannya kamu hanya di manfaatkan Hamka menjadi batu loncatannya untuk di mendekatimu!" Mbak Maya menyentakku kuat, tidak berhenti hanya sampai di situ dia semakin menekanku, fix, Kakakku ini benar-benar psikopat. Alih-alih sakit hati aku justru lebih merasa kasihan terhadapnya. "Di mata Hamka kamu sama sekali nggak lebih dari seorang Julia yang manja dan merepotkannya, sama sekali nggak berharga dan nggak dia inginkan. Hanya demi mendapatkan aku, dia bertahan dengan semua sikapmu yang memuakkan."
"........... "
"Camkan itu! Hanya demi mendapatkanku Hamka mendekatimu! Si Tolol Naif yang merasa semua orang mencintaimu!"
Ucapan yang keluar dari bibir Mbak Maya membuatku bergidik. Sebegitu bencinya dia terhadapku dengan alasan yang bahkan menurutku begitu konyol. Selama ini aku tidak pernah ambil pusing semua ucapan orang, setiap pujian yang terlontar dari orang lain bagiku hanyalah sebuah basa basi yang tidak perlu membuat dadaku kembang kempis.
Aku pikir Mbak Maya sepertiku dalam menyikapi semua ucapan yang kita dengar, tapi ternyata aku salah. Semua pujian yang di tujukan padaku, dan setiap perbandingan antara aku dan dirinya membuat Mbak Maya membenciku begitu dalam. Aku tidak pernah meminta semua orang memujiku, aku juga tidak menginginkannya, tapi bagaimana caraku mencegahnya?
Andaikan ada cara untuk kembali ke masalalu mungkin aku akan menghentikan semua orang yang memujiku agar Mbak Maya tidak sakit hati. Rasa sakit mendapati Mbak Maya memperlakukanku seperti musuh terasa lebih sakit dari pada cintaku yang tidak berbalas.
Sayangnya nasi sudah menjadi bubur, semua hal yang terjadi membuat Mbak Maya membenciku hingga bersikap sejahat ini. Tapi apapun alasannya semua perbuatan Mbak Maya ini tidak bisa aku terima, aku tidak akan diam saja jika dia sudah keterlaluan seperti sekarang. Aku sudah diam dengan sikap munafiknya, dan dia malah menyulut perang yang bahkan tidak ingin aku mulai. Ikatan persaudaraan di antara kami benar-benar tidak berarti untuk Mbak Maya.
Mbak Maya semakin melukaiku karena kebenciannya.
"Bukan cuma kamu yang benci karena harus berbagi Mbak Maya. Menurutmu aku senang mendapatkan semua barang bekasmu?"
Aku tersenyum kecil, lebih tepatnya berbalik mengejeknya yang kini sedang di gulung emosi yang dia sembunyikan dengan apik.
"Jangan terlalu percaya diri Hamka mencintaimu sepenuhnya, Mbak Maya. Takdir selalu bisa membolak-balikan perasaan, mungkin awalnya memang Hamka menyukaimu, tapi ada banyak ratusan jam dia habiskan denganku dengan banyak hal manis yang mewarnai, berbeda denganmu yang sangat membosankan, aku orang yang sangat mudah di cintai seperti yang barusan kamu katakan, Mbak Maya."
Aku mendekat kepada Kakakku ini, berbisik pelan di telinganya memastikan jika dia mendengar apa yang aku ucapkan.
"Bukan tidak mungkin jika sebenarnya hatinya sudah berubah. Awas Mbak Maya, menikah dengan pria yang sebagian hatinya di miliki orang lain itu menyiksa, loh!"
"........ "
"Good luck ya pernikahan kalian nantinya, semoga saja yang aku ucapin barusan cuma omongan sok tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Belahan Hati Julia
AdventureJika ada dua orang yang di benci oleh Julia, orang itu adalah Maya dan juga Hamka, Kakak dan juga Kakak Iparnya. Julia membenci Hamka karena Letnan Satu anggota Ayahnya tersebut memanfaatkannya untuk mendekati Maya. Hamka mendekatinya dengan penuh...