Hamka dan Maya

9.2K 833 80
                                    

"Aku manfaatin adikmu?"

Perkataan yang berulangkali di tuduhkan kepadanya kini membuat Hamka tidak terima. Benar Hamka mencari tahu segala hal tentang Maya melalui Julia, tapi tidak ada niat sedikitpun di diri Hamka untuk menyakiti Julia.

Bagaimana bisa Hamka menyakiti seorang gadis manis yang selalu mewarnai harinya dengan keriangan, satu pertengkaran yang pernah terjadi di antara Hamka dengan Julia pun karena Hamka menuruti permintaan Maya untuk membuat batas jelas antara dirinya dan Julia agar Julia paham bahwa bukan Julia yang Hamka cintai, tapi Maya, hal yang membuat niat Hamka untuk menjelaskan secara pelan-pelan pada gadis yang di anggapnya adik tersebut pupus.

Hamka mencintai Maya, sangat mencintainya. Tapi jika Maya bersikap jahat dengan menyakiti adiknya yang sudah terluka karena kecewa, Hamka tidak akan membiarkannya. Hamka tidak ingin istrinya yang dia tahu pasti berhati baik menjadi seorang yang buruk.

"Justru aku yang merasa kamu manfaatin aku, Maya. Aku merasa kamu nerima lamaranku dan pernikahan ini hanya untuk menyakiti Julia. Please jawab tidak, May."

Hamka berharap Maya akan mengatakan tidak dan berkata jika Maya menerima dirinya memang karena mencintainya, tapi Maya bergeming tidak menjawab dan justru membuang muka.

Tidak bisa di deskripsikan bagaimana perasaan Hamka yang campur aduk sekarang melihat diamnya Maya sekarang, hampir saja kemarahan Hamka meledak jika saja suara lirih Maya tidak terdengar di sertai isakan kecil penuh keputusasaan.

"Iya, Mas! Memang iya aku nerima lamaranmu karena aku benci sama Julia! Aku nerima lamaranmu biar Julia juga ngerasain sakitnya nggak bisa milikin sesuatu yang aku inginkan! Selama ini Julia selalu punya yang aku inginkan, setiap apa yang aku miliki aku di paksa berbagi dengannya, aku benci menjadi bayangan adikku, Mas. Aku benci! Aku selalu di perlakukan nggak adil karena kehadiran Julia!"

Seluruh hal terpendam yang tidak bisa di utarakan Maya terhadap orangtuanya kini Maya sampaikan pada Hamka. Merasakan semua hal yang tidak adil selama bertahun-tahun tanpa ada tempat berbagi benar-benar membuat Maya frustasi.

Maya ingin mengatakan tidak setiap kali miliknya harus di bagi dengan Julia, tapi kedua orangtuanya tidak akan pernah mendengar protes Maya.

Maya di paksa mengalah, dan membuat Maya lambat laun menempatkan Julia sebagai orang paling di bencinya.
Air mata yang bercucuran di wajah Maya sekarang menunjukkan betapa Maya muak dan benci kepada keadaan yang di hadapinya selama ini.

"Cuma kamu yang bisa aku miliki tanpa Julia bisa merebutnya, Mas. Setelah semua milikku di rebut olehnya, kenapa aku nggak boleh berbahagia menunjukkan hal ini ke Julia! Sebentar saja, aku juga mau dia merasakan sakitnya apa yang kita miliki di miliki orang lain, Mas!"

Istrinya menangis. Dan mendapati hal itu membuat kemarahan dan kejengkelan Hamka menguap saat itu juga. Mengabaikan jika mungkin saja Maya memang tidak mencintainya, Hamka beranjak mendekat untuk membawa tubuh istrinya ke dalam dekapannya menenangkan tangis Maya yang semakin menjadi.

Tubuh kecil itu terguncang karena tangis yang begitu tergugu, tanpa harus menjelaskan Hamka bisa merasakan betapa hati Maya yang terluka. Rasa bersalah menyelimuti Hamka melihat air mata menuruni pipi Maya, sekarang Hamka merasa begitu brengsek sudah menyakiti hati Maya seperti ini. Dan parahnya beberapa saat lalu Hamka merasa perasaannya telah terbagi.

"Sorry, May! Maafin aku, aku nggak bermaksud bentak kamu atau nyalahin kamu. Aku nggak tahu keadaan melukaimu sedalam ini. Percayalah, aku cuma nggak mau istriku yang baik hati ini menjadi jahat. Aku tahu dengan benar kamu adalah Maya yang baik."

Kedua tangan Maya tergerak, membalas pelukan dari Hamka sama eratnya. Maya juga tidak ingin berlaku jahat seperti ini, tapi setiap kali ingat namanya selalu bersanding buruk dengan Julia, sakit hati itu tidak bisa di hindarkan.

"Buang semua rasa iri dan sakit hati yang kamu rasakan di rumah ini, May. Bersamaku kamu nggak akan perlu berbagi apapun dengan siapapun lagi. Aku cuma milikmu, dan membahagiakanmu adalah tujuanku sekarang."

Hamka merenggangkan pelukannya, perlahan Hamka menangkup wajah cantik Maya dan mengusap air mata yang membasahi pipinya. Dalam hatinya Hamka berjanji tidak akan membiarkan air mata kesedihan menggenang lagi di wajah cantik wanita yang di cintainya.

"Kamu percaya sama aku, kan?" Tanya Hamka penuh keseriusan.

Dan saat mata Hamka menatap tepat ke dalam mata Maya dan menunjukkan tekadnya, Maya menyadari kenapa adiknya yang di dekati banyak pria akhirnya menjatuhkan hati pada Hamka.

Cara Hamka mengistimewakan seseorang berhasil menyentuh hati Maya walaupun Hamka mengetahui jika Maya tidak sepenuhnya menerimanya karena cinta, tatapannya yang pengertian dan sikapnya yang hangat membuat Maya merasa nyaman, dari tatapan teduh Hamka seolah menunjukkan jika Maya tidak perlu khawatir apapun lagi.

Emosi yang sebelumnya memenuhi dada dan hati Maya perlahan mengendur. Seluruh sakit hati yang Maya pendam kini perlahan berusaha dia lepaskan, Hamka benar, Maya bukan orang yang jahat seburuk apapun keadaan memperlakukannya dengan tidak adil.

Usapan penuh sayang di sertai ciuman lembut kini Maya dapatkan di puncak kepalanya, membuat Maya memejamkan mata merasakan betapa Hamka mencintai dan menyayanginya, hal manis seperti ini yang Maya inginkan dari Ayah dan Bundanya tapi tidak pernah Maya dapatkan lagu semenjak kehadiran adiknya, dan sekarang Maya mendapatkan semua yang dia inginkan dari Hamka.

Sekarang Maya memang belum mencintai Hamka seperti Maya mencintai cinta pertamanya, tapi satu hal yang pasti, Maya tidak menyesal sudah menerima lamaran dari Hamka. Dengan semua cinta dan kasih sayang yang di tawarkan Hamka, bukan hal sulit untuk Maya mencintai pria yang ada di hadapannya.

Kali ini tanpa di minta Maya menghambur memeluk Hamka dengan erat, menenggelamkan wajahnya ke dalam dada pria yang menjadi suaminya ini dan meyakinkan dirinya sendiri jika seorang yang tengah dia peluk sekarang hanya akan menjadi miliknya.

Tapi sebenarnya di dalam lubuk hati Maya yang paling dalam, ada satu kekhawatiran yang tidak berani Maya katakan pada Hamka maupun dunia.

Maya khawatir, tanpa Hamka sadari hatinya sudah terbagi dengan Julia, dari cara Hamka khawatir pada adiknya, Maya sasar akan hal itu. Dan Maya berharap, Hamka tidak akan pernah menyadari perasaan yang sudah terbagi tersebut.

Belahan Hati Julia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang