#2 Kembali

7.1K 361 0
                                    

Di kelas 11 IPA 2, tidak hanya Rara yang merasa bosan dengan mata pelajaran yang sedang dijelaskan oleh guru yang ada di depan sana, tapi teman-temannya juga demikian. Lima menit lagi bel akan berbunyi dan jam membosankan ini akan segera selesai.

Sepulang sekolah ini, Rara dan Aldi berjanji untuk ke toko buku berasama menggunakan mobil Aldi. Seperti yang kalian tahu, dengan itu membuktikan bahwa hubungan mereka semakin dekat, semua karena insident pulang bersama itu dan kebetulannya, mereka mempunyai hobi yang sama, yaitu membaca. Apapun buku itu mereka baca.

"Aku ke tempat novel ya, Di," izin Rara kepadanya, karena Aldi kesini untuk membeli buku pelajaran.

 "Iya," jawabnya singkat, matanya kembali lagi ke arah buku yang dibacanya.

Setelahnya Rara menuju rak meja yang berisi novel bergenre kesukaannya, yaitu romantice. Ketika ia ingin menuju rak itu, ada tubuh besar yang menghalangi jalannya.

"Misi, Mas," panggil Rara.

"Eh... iya Mbak silahkan," dengan refleks lak-laki yang merasa dipanggil Rara pun menoleh.

Ketika menoleh, ternyata itu. "Akbar."

"Rara," dengan ekspresi terkejut, mereka memanggil diwaktu yang bersamaan.

Rara segera memutar badan untuk kembali ke tempat Aldi berada, segera saja ia menarik lengan Aldi dengan sedikit memaksa untuk keluar dari toko buku itu. Tempat yang ingin ia tuju adalah parkiran setelah itu rumahnya.

"Rara, ada apa?" terkejut, Aldi hanya mengikuti arah Rara berjalan, ia tidak melepaskan genggaman tangan Rara.

Dia senang-sanang saja, Rara menggenggam lengannya seperti ini, tapi dengan ekspresi Rara yang aneh dia hanya bisa diam, cukup mengerti dengan keadaan Rara.

"Aku mau pulang Di," okay, Aldi bingung harus melakukan apa untuk Rara karena cewek yang ada di depannya ini—yang sedang menarik-nariknya—sudah mulai bersuara parau. Tidak usah menunggu lama untuk membuat genangan air di kedua pipinya.

"Pulang? Emang ada apa? Kamu kenapa?" tanya Aldi lagi dengan cemas.

"Pokoknya aku mau pulang," tanpa disadari, air mata yang ditahan Rara sedari tadi menetes. Aldi semakin bingung, dia takut dituduh telah melakukan sesuatu terhadap Rara. Karena ini di Mall, tempat umum yang selalu ramai pengunjung, siapa saja dapat melihat mereka.

Bingung, Aldi tetap menuruti keinginan Rara. Di mobil pun suasana hening, karena salah satu di antara mereka tidak ada yang ingin memulai pembicaraan.

Aldi cukup mengerti bahwa Rara tidak ingin berbicara apapun tentang insiden di Mall tadi dan Rara cukup berterima kasih kepada Aldi yang tidak membordir Rara dengan pertanyaan apapun, karena dia memang butuh ketenangan dan memikirkan bagaimana bisa orang dari masalalu dia kembali lagi.

Rara yang sekarang sudah tidak menangis tetapi masih terkejut. Sedangkan Aldi yang masih saja bertanya-tanya dihati. Kenapa Rara tadi? Apa yang membuatnya seperti itu?

Keheningan yang diciptakan mereka akhirnya selesai.

Sekarang mereka sudah sampai di depan rumah Rara, ia hanya mengucapkan terimakasih. Biasanya ia akan mengajak Aldi untuk mampir ke rumahnya. Sekedar berbincang dengan Bundanya Rara, tapi kali ini Rara tidak menawarkan itu, ia butuh waktu untuk sendiri dan Aldi mengerti akan hal itu.

Mobil Aldi sudah berlalu, Rara segera masuk ke dalam rumah.

Setelah mengucapkan salam dan mencium punggung tangan Bundanya yang sedang memasak untuk makan malam. Rara segera menuju kamar dan  menguncinya. Sedikit menciptakan suara mengentak dari pintu kamar Rara.

Bundanya yang bingung dengan kelakuan Rara, segera menyusul ke kamar Rara dan benar saja, suara tangisan Rara terdengar ke telinga Bundanya.

"Rara sayang, ada apa?" tanya sang Bunda dengan nada khawatir.

"Ga ada apa apa, Bun," suaranya benar-benar berbohong.

"Buka dong pintunya, Bunda mau masuk," pinta bundanya dan sesekali mengetok pintu kamar Rara.

"Ga ada apa-apa, Bun, Rara cuma cape aja."

"Kamu nggak usah bohong sama Bunda, kamu nggak mau cerita sama Bunda udah nggak percaya lagi sama Bunda?" jawab bundanya lagi dengan nada membujuk.

Terpaksa, Rara membuka pintu kamarnya dan segera memeluk bundanya dengan erat. Menurutnya, Tidak ada tempat yang lebih nyaman dari pelukan sang Bunda.

"Akbar Bun, tadi aku ketemu dia," hanya menyebut nama itu. Dan Bundanya sudah mengerti semuanya.

Akbar adalah sahabat Rara, entah apa yang mereka alami ternyata mereka mempunyai perasaan yang sama yang akhirnya membuat mereka menjalankan suatu hubungan lebih dekat dan karena suatu kesalah pahaman akhirnya hubungan mereka tidak lagi sama.

Kepercayaan adalah landasan suatu hubungan, dan Rara merasa bahwa Akbar sudah merusak kepercayaan yang telah Rara beri, itu mengartikan bahwa hubungan mereka sedari awal sudah salah. Tidak ada kepercayaan, untuk apa dilanjutkan?

*
*
*
*
*
*
*
*
*
*







Rara [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang