#5 Pertemuan

4.2K 259 2
                                    

Rara dan teman-temannya yang berada di kelas XI-2 IPA menunggu bel istirahat berbunyi karena kelas yang membosankan. Bagaimana tidak, dari bel masuk sampai bel istirahat harus diisi dengan pelajaran fisika. Memang ini konsukuesni mereka yang mengambil juruskan IPA, tapi mereka juga pasti akan merasakan titik jenuh mempelajari pelajaran rumit itu.

Bel yang ditunggu-tunggu akhirnya bunyi, murid-murid kelas itu segera duduk tegak dan merapihkan apa saja yang ada di atas meja. Setelahnya, mereka semua berhamburan keluar dari kelas.

"Ra, lama banget sih," keluh Dita yang ada di samping meja Rara.

"Sabar dulu dong, Dit," setelah memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, mereka segera menuju kantin yang ternyata sudah ramai oleh murid-murid lain.

"Yah, kamu kelamaan sih tadi, harus ngantri, kan kita." Dita dengan memasang mupeng (baca: muka pengen) biasalah ia sudah terlalu lapar jadinya seperti ini.

"Maaf deh, yaudah kamu yang nyari bangku kosong aku yang pesen makanan," karena sudah terlalu lapar, Dita pun mengiyakannya.

Rara segera menuju kios Bang Udin—penjual bakso langganan mereka. Setelah mendapatkan bakso dengan mengantri cukup lama, akhirnya Rara mendapatkan baksonya. Ia langsung mencari tempat yang di duduki Dita.

Ketika akan beberapa langkah lagi sampai di tempat Dita, Rara baru menyadari, ternyata Dita tidak duduk sendiri ada cowok juga di sana, Rara tidak tahu siapa karena dia membelakangi posisi Rara sekarang. Gapapalah yang penting dapet tempat.

"Dit, nih baksonya," tanpa melihat si cowok, Rara menaruh dua bakso di meja.

"Lama banget sih Ra, tapi makasih ya."

"Iya," ketika menoleh ke arah cowok itu, ternyata dia Akbar. Ngapain sih ni cowo, nggak cape apa ngintilin aku aja. Rara hanya memasang ekspresi pura-pura tidak kenal dengan Akbar, ia segera duduk di sampingnya karena kebetulan meja di kantin ini berbentuk lingkaran.

"Ra, ini lho, anak baru di sekolah kita yang kata kamu nanggung banget sekolah pas ditengah tahun pelajaran," cerocos Dita.

"Ohhh," dengan cuek Rara tetap melanjutkan makannya. Ia tidak menggubris Akbar yang menatapnya.

"Akbar, maklumin aja ya, Rara emang cuek kalo sama orang baru," dengan tidak enak Dita langsung memberitahu Akbar.

"Iya gapapa, Aku tahu kok. Pas pertama Aku kenal sama dia juga emang kayak gitu." Rara hanya mendengar, tidak menyahut.

Dia sudah malas berbicara dengan Akbar dan sekarang harus duduk satu meja dengan Akbar. Permainan takdir.

"Kamu udah kenal Rara? Kapan?" Dita terkejut, karena Rara tidak cerita apapun tentang Akbar, yang notabenenya anak baru ditempatnya sekolah—SMA Garuda.

"Dari Smp, iyakan, Ra?" tanya Akbar untuk memastikan.

"Hm? Nggak tahu deh, Aku lupa," dijawab seperti itu, Akbar hanya tersenyum hambar. Susah juga untuk meminta maaf ke Rara.

"Rara, kamu nggak sopan banget sih, ada orang ngomong itu harus diladenin kamu malah repot sama makanan, padahal yang laper banget itu aku," karena kesal dengan sifat Rara yang tidak sopan itu, Dita menegurnya.

"Yang penting aku ngejawab kalo dia nanya," jawab Rara mulai kesal, kenapa Dita malah marah-marah kepadanya? Salahkan Akbar yang mengganggunya makan.

"Tapi 'kan kamu--," belum selesai berbicara, Akbar segera menengahi. Ia tidak mau hanya karena dirinya, Dita dan Rara beradu argument. Ia tahu Rara, kalau sudah menyangkut dirinya akan mudah emosi.

"Yaudah gapapa, Dit, Aku ke kelas dulu ya," setelah pamit, ia segera pergi dari hadapan Rara dan Rara tidak memperdulikan hal itu, ia tetap serius dengan makananya.

Dita hanya menghela nafas, tidak tahu mengapa Rara tiba-tiba seperti ini.

"Kok kamu kayak gitu sih, ke Akbar? Ada masalah, Ra?" tanya Dita dengan santai juga melanjutkan makan bakso yang sempat tertunda.

"Nggak, Aku cuma males aja," jawabnya cuek.

"Kalau ada apa apa cerita ke aku Ra, siapa tau aku bisa bantu kamu."

"Iya nanti kalo udah pas waktunya Aku bakal cerita ke kamu kok Dit, tenang aja."

*
*
*
*
*
*
*
*
*
*









Rara [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang