#11 Awal Ramadhan

2.8K 162 1
                                    

Tidak terasa tiga bulan sudah mereka menjadi siswa kelas 12, hari ini adalah hari dimana UAS akan dilaksanakan. Dan sayangnya Rara tidak seruangan dengan Dita, jadi ia hanya mengobrol dengan teman yang lumayan dekat dengannya itu juga harus orang itu yang menanyakan terlebih dahulu jika tidak, Rara hanya melihat teman-temannya yang mencari contekan kesana kemari. Tidak ada yang berani bertanya kepada Rara, karena pasti ia akan pura-pura tuli. Bukan karena pelit, tapi karena ia tidak suka yang namanya contek menyontek.

Kurang lebih satu setengah jam akhirnya ulangan yang jam pertama berakhir. Rara langsung mengumpulkan ulangannya buru-buru dan pergi keruangan teman-temannya itu. Ali, Aldi, Akbar, dan Dita sangat beruntung karena bisa seruangan pikir Rara.

"Gimana nih ulangannya ada yang susah nggak?" Tanya Akbar kepada teman-temannya. Sekarang mereka sedang menuju kantin.

"Yang nomor 32 susah banget ya, aku nggak ketemu," sahut Rara karena ia sedikit fruatasi dengan soal yang tidak bisa dijawabnya.

"Ih ada tau isinya, itu isinya yang B," jawab Dita sambil jalan di samping Rara yang cowok hanya mengikutimereka berdua dari belakang.

"Lain kali kamu teliti ya," ingat Akbar kepada Rara.

"Rara doanggg" ledek Dita.

"Udahlah nggak usah bahas-bahas ulangan lagi. Kalian nggak cape apa? Di kelas udah ulangan sekarang malah dibahas lagi. Panas nih kuping," inilah kebiasaan Aldi, jika membahas ulangan yang tidak ia bisa, moodnya langsung turun dan maunya marah-marah kepada siapa saja.

"Lo kenapa Di? Pms?" tanya Ali yang berjalan disamping Aldi.

"Ye kali gue Pms. Lucu lo boss," mereka yang mendengar Aldi marah-marah tidak jelas, hanya geleng-geleng kepala.

Setelah sampai di kantin, mereka pun mencari tempat kosong setelah mendapatkannya. Dita, orang yang selalu memesankan makanan segera pergi ketempat penjual bakso yaitu Bang Udin.

* * *

Malam ini adalah malam pertama dilaksanakan tarawih, Rara dan keluarga sudah siap-siap untuk pergi ke masjid terdekat. Rara sangat bahagia untuk tahun ini, pasalnya tahun-tahun sebelumnya pasti ada saja anggota keluarganya yang tidak bisa tarawih bersama.

"Bun, ayok cepet, keburu nggak dapet tempat nih," ajak Rara tidak sabaran. Karena tarawih pertama pasti sangat-sangat ramai. Selalu seperti itu.

"Sabar Ra, Bunda lagi kunci pintu dulu," setelah mengunji, akhirnya keluarga besar Rara pergi ke Masjid untuk menunaikan sholat sunnah awal ramadhan ini.

Malam sepulang Tarawih, Rara dan keempat sahabatnya sudah ramai di line membicarana masalah puasa pertama.

Aldi : Woi nanti bukber nyok

Akbar : Puasa aja belom udeh mw bukber aje lo di

Diawali oleh Aldi yang meminta bukber, (baca : buka bersama) akhirnya grup line mereka sangat ramai. Rara tidak pernah menyangka akan mendapatkan sahabat seperti mereka. Padahal ia adalah orang yang sulit untuk beradaptasi, tapi sekarang ia malah mendapatkan sahabat yang sangat-sangat seru, menurutnya.

"Ra, bangun yuk," sambil menepuk-nepuk bahu Rara, Bundanya membangunkan. Karena terganggu oleh tepukan sang Bunda, akhirnya Rara bangun dari tidurnya.

Setelah berada di meja makan mereka segera makan dengan khusyu. Setelah kurang lebih setengah jam untuk sahur, mereka bercengkrama sebentar. Masalah sekolah Rara yang libur tiga hari karena awal Ramdhan. Sampai Adzan subuh berkumandang, akhirnya mereka sholat berjamaah.

"RARA MAEN YUK!!!" teriak seseorang dari depan kamar Rara. Karena masih mengantuk ia pun kembali tidur.

"WOI BANGUN WOI!!!" sekarang suara laki-laki.

"SIAPA SIH?! AKU MASIH NGANTUK!!!" teriaknya dari balik selimut.

"INI KITA RA!! MAEN YUK!!!" Rara baru ingat, itu suara Akbar ia merasa malu.

Nanti sangka dia aku kayak kebo lagi, gara-gara susah dibangunin, eh--tapi siapa peduli.

"SEBENTAR YA," sekarang ia sudah pergi ke kamar mandi untuk sekedar cuci muka.

Setelah cuci muka ia langsung pergi ke ruang tamu untuk bertemu teman-temannya yang datang ke sini tanpa diundang.

"Widih sist mantep amat tidurnya, dibangunin malah marah-marah," sindir Dita dengan bercanda pastinya.

"Tadi baru tidur tau, jadinya kayak gitu deh," jawab dia asal.

"Oh tidur abis subuh itu baru ya Bar?" tanya Aldi kepada Akbar. Yang di tanya hanya mengangkat bahu.

"Ih apaan sih. Aku tidurnya nggak abis subuh tau," bela Rara kepada dirinya.

Ali yang melihat akhirnya menengahi pertengkaran dari mereka. Ia tidak habis pikir, padahal ia termasuk orang yang pendiam tapi mendapatkan sahabat seperti yang sekarang ini. Walaupun begitu ia tidak menyesal mendapatkan sahabat yang sangat ia cintai.

Apalagi salah satu dari sahabatnya ada yang telah mengisi hatinya yang selama ini sudah hampa dimakan waktu. Ia tahu kalau mencintai Rara sangat beresiko, tapi bukan salah dia kalau akhir ia jatuh kepesona seorang Rara. Hanya Rara yang bisa membuat ia tersenyum, senyum yang selama ini sudah tidak diperlihatkan ia kepada orang lain.

Cinta segitiga memang sakit, ada saatnya satu orang dari mereka harus mengalah demi orang yang mereka cintai. Di posisi sekarang ini, entah Akbar atau Ali sendiri yang akan mengalah. Ia tahu Akbar dan Rara sempat dekat, tapi ia tidak mau pesimis dengan masalah itu. Ia akan membuktikan kepada Rara kalau ia bisa mendapatkan hati Rara tanpa pemaksaan.

Cinta memang rumit, orang yang sangat jenius bisa saja seperti orang bodoh karena cinta. Tapi cinta juga yang mengajarkan kita untuk merelakan yang bukan hak kita. Banyak hal positif dan negatif jika kita merasakan jatuh cinta dan itu bagaimana kita menyikapinya.

Sekarang mereka sudah ada di meja makan rumah Rara untuk buka puasa bersama. Bunda dan Ayah Rara tentu saja menyambut mereka dengan suka cita. Karena rumah mereka hanya diisi oleh tiga orang dan Rara itu anak tunggal.

Adzan pun berkumandang akhirnya mereka berbuka puasa dengan khusyu.

"Aldi makannya pelan-pelan kek, jangan rakus kayak gitu deh." Dita dan Aldi memang selalu cekcok kalau bertemu, contohnya sekarang.

"Bawel, yang penting makan enak." Aldi menyahut dengan cuek.

Yang lain hanya geleng-geleng kepala melihat Dita dan Aldi.

Setelah berbuka mereka pun sholat berjama'ah yang diImami oleh Ayah Rara.

Mereka tidak menyesal bisa berkenalan satu sama lain, persahabatan yang mengajarkan banyak arti, semoga saja walaupun ada cinta di antara mereka—cinta yang lebih dari sahabat—tidak akan merusak persahabatan mereka yang baru saja di mulai.

*
*
*
*
*
*
*
*
*
*









Rara [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang