#9 Semua Karena Kamu 1

3.1K 179 0
                                    

Sekarang mereka berempat sedang berkumpul di rumah Rara, dulu semasa SMP, mereka selalu seperti ini. Berkumpul di rumah Rara untuk movie marathon atau apapun, karena bagi mereka, kebersamaanlah yang terpenting. Sayangnya, kebersamaan itu sekarang hanya jadi ilusi karena kesalah pahaman semua menjadi rusak. Rara hanya menggelengkan kepalanya untuk kembali ke realita. Stop mikirin masa lalu.

Rara sebenarnya ingin sekali mendengar penjelasan Akbar, tapi ia takut untuk itu dan Rara itu tipikal orang yang susah mempercayai orang. Jadi, jika ia sudah mempercayai orang lain dan orang itu merusak kepercayaan Rara, sulit untuk kembali mendapatkan kepercayaannya. Akbar berada di tempat yang cukup jauh dari Rara hanya memandangi gadis itu. Ia tidak tahu kapan terakhir bisa memandang Rara yang seperti sekarang ini.

Aku kangen kamu, Ra.

Rara yang merasa ada yang memerhatikan, menolehkan kepalanya dan ternyata itu Akbar, Akbar segera menciptakan senyum indah yang dibalas dengan melengoskan wajah ke arah depan dan mendengarkan kembali curhatan Alif dan lagi-lagi hanya helaan nafas yang bisa Akbar lakukan.

Cukup lama mereka berkumpul sebelum maghrib Akbar pamit ke Rara dan Bundanya. Dengan enggan, Rara mengantar Akbar sampai pagar rumahnya. Karena Rangga dan Alif sudah siap-siap untuk sholat Maghrib dan Rara kebetulan sedang berhalangan. Sedangkan Akbar, ia mengatakan bahwa ia akan sholat maghrib di rumahnya.

"Ra." Akbar tidak membuang kesempatan yang datang, ia sudah mantap untuk menjelaskan semua kesalah pahaman diantara mereka.

"Hm?" dehem Rara, ia merasa perasaannya sudah tidak enak.

"Maafin Aku ya buat semuanya." Akbar menatap mata Rara yang indah itu. Iris mata coklat terang yang sering ia pandang jika Rara bercerita banyak tentang keluh kesahnya. Tapi itu dulu. Dulu.

"Buat apa?" Rara pun mengangkat sebelah alisnya pura-pura bingung.

"Kamu tau ini maaf buat apa," sahut Akbar. Rara hanya memandang Akbar dengan malas.

"Akbar, sebenernya Aku udah capek ngedenger kamu ngungkit-ngungkit masalah ini terus. Coba aja kamu minta maafnya dari dulu, aku nggak akan sekecewa ini, Bar. Aku tau emang dia lebih penting tapi kamu nggak bisa dong maenin aku gitu aja," mata Rara sudah berkaca-kaca. Ia paling malas jika masa lalunya dengan Akbar kembali diungkit. Ia masih ingat ketika menunggu Akbar berjam-jam tetapi yang ditunggu tidak datang-datang sebut saja mengingkar janji dan penyebabnya ia lebih mementingkan diri orang lain, orang yang sudah merusak hubungan mereka. Dan Rara bisa apa? Selain hanya kecewa?

"Bukanya kayak gitu Ra, pas aku mau temuin kamu aku dapet telpon dari mama Zahra kalo penyakit dia kambuh lagi dan dia mau ketemu Aku. Aku juga bingung, mau temuin kamu apa Zahra yang sekarat. Karena Mama Zahra mohon mohon ke aku, akhirnya Aku nemuin Zahra kerumah sakit aku tunggu dia sampe sadar," jelas Akbar memasang wajah frustasinya.

"Kamu juga nggak tau kan, Bar Aku nungguin kamu sampe 3 jam, Bar 3 JAM!!!! tapi kamu nggak dateng-dateng aku bela-belain hujan-hujanan demi nunggu kamu Bar dan dengan enaknya kamu lebih mentingin orang lain, itu juga aku tau dari orang kalau kamu nemuin Zahra."

Hari ini adalah hari yang spesial untuk Rara. Bagaimana tidak, ia diajak kencan oleh Cowok yang ia taksir dan sekaligus sahabatnya itu. Akbar. Hanya menyebut namanya saja ia sudah senyum-senyum sendiri.

Berdiri didepan cermibn sambil melihat kembali penampilannya. Dress selutut berwarna pastel dan Rambut panjang yang tergerai indah menjuntai sampai punggungnya ia rapihkan kembali. Demi Akbar.

Ia sudah menunggu di taman dekat rumahnya, ia berjanji dengan Akbar di sini ia tidak mau dijemput Akbar di rumahnya ia takut akan diintrogasi oleh sang Ayah.

Rara [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang