#4 Penyesalan (Akbar)

4.7K 279 0
                                    

Rara, orang yang selalu aku ingat sebelum aku memejamkan mata. Dia yang selalu menyemangatiku ketika aku terpuruk, dia yang selalu mengingatkanku ketika aku lupa akan sesuatu, dia juga yang sudah mencuri hatiku. Dan hanya karena kesalah pahaman, dia pergi.

Kesalah pahaman yang langsung meruntuhkan hubungan aku dengannya, hubungan yang selama ini selalu kami jaga tidak pernah sekali pun aku memikirkan berakhirnya hubunganku dengannya.

Maka, lihat aku semenjak berakhirnya hubunganku dengan Rara. Aku tidak punya pegangan untuk menopang bagaimana tersiksanya aku. Anggap aku menye, memang itu faktanya.

Aku tahu aku salah karena menjanjikan sesuatu yang menentang hatiku. Aku hanya sekedar menolong, dan karena ke-sok pahlawananku pula, aku membuat orang yang aku sayangi pergi meninggalkanku hilang entah kemana.

Dua tahun aku mencari informasi tentang Rara, akhirnya aku bisa menemukannya. Tanpa pikir dua kali aku memutuskan pindah ke sekolah Rara yang sekarang.

Awalnya memang susah, tapi karena bantuan teman orang tuaku. Aku berhasil pindah ke sekolah itu. SMA Garuda.

Hari ini adalah awal aku untuk belajar di sekolah baruku, untungnya aku bisa sekolah dipertengahan semester jadi aku tidak usah menunggu lama.

Setelah bel pulang sekolah, aku memutuskan berkeliling sekolah sebentar untuk mengetahui seluk beluk lokasi yang ada di sekolah baruku ini, karena hari ini tidak bawa kendaraan, aku bertujuan pulang menaiki busway, dan sebelum pintu busway menutup aku sudah mendului untuk masuk. Tidak menyangka, ternyata aku satu busway dengan Rara. Tidak lama, ia turun di Halte aku pun mengikutinya agar tahu di mana rumahnya. Mungkin dia tahu kalau diikuti maka itu dia berjalan dengan cepat.

Aku memanggilnya, dia berhenti berjalan. Ternyata salah, dia berhenti berjalan untuk berlari.

Dari dulu dia tidak berubah, apa yang dia pikirkan tidak selalu sama dengan apa yang aku pikirkan. Intinya, pemikiran kami selalu berbeda.

Dengan berlari, aku memintanya agar mendengarkan penjelasanku. Walaupun ia berhenti berjalan tapi ia sudah tidak mau mendengarkan penjelasanku, mungkin ia sudah sangat kecewa.

Terkejut, aku melihat air mata yang sudah menetes membanjiri pipinya. Aku berusaha meminta maaf kepadanya, tapi ia masih kekeuh untuk tidak mendengarkan penjelasanku.

Rara berlari meninggalkanku dengan Rasa bersalah yang menggerogoti diriku, harus bagaimana lagi agar dia percaya kepadaku lagi.

Segitu kecewakah dia kepadaku, aku tahu aku memang bodoh. Sudah menyia-nyiakan kepercayaan orang yang aku sayang, dan akhirnya seperti ini. Ia pergi dan tidak tahu akan kembali kapan atau tidak akan kembali.

*
*
*
*
*
*
*
*
*
*





Rara [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang