EPILOG

4.4K 150 0
                                    

Sore ini Rara menunggu jemputan seseorang, seperti biasa, lima tahun berlalu akhirnya kali ini mereka sudah resmi menjadi tunangan semenjak tiga bulan terakhir ini. Banyak kehidupan yang memberi pembelajaran untuk mereka.

Banyak perubahan diantara hubungan mereka, walaupun ada perselisihan pendapat tapi mereka tetap bisa menyelesaikan dengan kepala dingin.

Sudah setengah jam menunggu tapi belum juga muncul, inilah salah satu sifat yang dibenci oleh Rara, yaitu tidak pernah on time. Tapi kalau sudah bersangkutan dengan masalah pekerjaan nomor satu. Rara tahu itu bagus, tapi apa susahnya sih on time juga kalau mempunyai janji dengan Rara. Jangan seenaknya buat janji tapi akhir-akhirnya diingkar. Sama saja seperti diPHPin dan Rara benci. BENCI. Tapi sebenci apapun Rara kepada dia, benci itu akan lutur juga karena dsiram oleh senyumnya.

Satu jam berlalu, dan sedaritadi ia sudah berusaha menghubungi dan yang menjawab hanya mbak-mbak oprator yang bersuara merdu, padahal sudah berjanji dengan untuk menjemput selanjutnya akan mengantar ke toko buku untuk membeli novel dari penerbit favoritnya. Jangan salahkannya jika ia masih suka membaca novel walaupun umurnya sudah menginjak kepala dua dan sudah tidak bisa disebut remaja labil seperti lima tahun lalu.

Karena sudah terlalu kesal untuk menunggunya. Ia berlalu pergi ke toko buku dengan jasa taksi. Hampir setengah jam diperjalanan, jam sore-sore seperti sekarang ini memang rawan macet. Setelah membayar sesuai argo kepada sang supir, ia segera menuju toko buku dan membeli buku yang sudah tidak sabar dibacanya.

"98 ribu kak." Rara memberikan uang seratus ribuan dan setelah mendapat kembalian dari kasir langsung menuju makanan cepat saji karena kesal dengan seseorang sama saja dengan menguras energi.

* * *

"Assalamualaikum," tidak ada yang menjawab, benar saja fikir Rara. Ternyata tidak ada seorang pun dirumah ini. Kalau ada pasti rumahnya tidak segelap ini. Ia pun menyalakan lampu ruang tamu, dan langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa embuk. Sangat lelah, fikirnya.

Heran, ia melihat boneka beruang dan bunga sangat besar di sofa sebrangnya. Ia tidak merasa mempunyai boneka sebesar itu, lalu itu punya siapa, Mamanya? Yang benar saja mamanya yang sudah berkepala lima mempunyai boneka. Lalu punya siapa, perempuan yang tinggal dirumah ini hanya dia dan sang mama. Keponakan yang ia miliki rata-rata sudah SMP dan SMA.

Karena penasaran, ia pun mengambil boneka dan bunga itu siapa tahu punya anak tetangga yang siang main kesini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena penasaran, ia pun mengambil boneka dan bunga itu siapa tahu punya anak tetangga yang siang main kesini. Siapa tahu. Setelah mengambil boneka dan bunga  besar itu Rara melihat secarik kertas dan mengambil kertas itu untuk dibaca.

TOLONG KE TAMAN BELAKANG RUMAH KAMU, RA.

YOUR 'A'

Rara tahu itu siapa,terlihat dari tulisan tangan yang sangat rapi untuk seorang pria. Seingat dia, hari ini bukan ulang tahun dia, lalu ada apa ini. Hanya karena surat yang ditulisnya saja sudah membuat Rara senyum-senyum sendiri. Padahal ia masih ingat kalau tadi mengatakan benci dihatinya terhadap pria itu.

Rara [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang