➡Chapter 23

1K 117 4
                                    

•───────•°•❀•°•───────•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•───────•°•❀•°•───────•

Di Leaky Cauldron, kamar nomor dua puluh enam adalah kamar milik Ginny dan Rayna. Di atas ranjang terlihat Ginny yang tertidur sangat pulas, sementara tidak dengan Rayna. Matanya masih terbuka lebar menatap langit-langit kamar. Dia sudah memaksakan matanya tertutup agar bisa tidur, tapi tetap juga tidak bisa, pikirannya dipenuhi dengan kejadian yang terjadi beberapa jam yang lalu.

Rayna melihat sinar matahari mulai masuk melalui gorden yang sedikit terbuka, menandakan pagi hari telah tiba. Dia menghela napas pelan sambil mendudukkan diri, bahkan dia merasa segar, tidak sama sekali ada rasa kantuk. Rayna mengacak-acak rambutnya untuk menghilangkan pikirannya tentang Edmund.

Beranjak dari ranjang menuju toilet, Rayna memilih segera bersiap-siap dulu, setelah itu dia akan menuju ruang tamu untuk sarapan. Memasuki toilet dan berdiri didepan wastafel yang terdapat cermin menempel disana. Dia memperhatikan pantulan wajahnya, terlihat sedikit lingkaran hitam dibawah matanya.

Tidak sengaja pandangannya turun ke leher, disana terdapat seperti memar berwarna merah sedikit keunguan. Mendadak matanya terbelalak, segera saja Rayna menyibakkan rambut panjangnya kebelakang agar dapat melihat lebih jelas memar itu. Disentuh lehernya dengan sedikit menekannya, tapi dia tidak merasa sakit.

"A-apa ini? Kenapa bisa merah begini?!" kata Rayna, yang paniknya bukan main.

Seketika didalam kepalanya muncul memori ketika dia berada di ruang tamu bersama Edmund. Suara kecupan dari Edmund ketika menciumi lehernya kini memenuhi kepala Rayna. Seketika wajahnya berubah menjadi merah padam.

"Tidak mungkin..." kata Rayna lemas. "Ini hickey?!" lanjutnya sangat terkejut.

Tangan Rayna dengan cepat menyalakan keran air. Dia menggosok lehernya menggunakan air bertujuan untuk menghilangkan tanda itu, tetapi yang ada tanda itu masih tetap terpampang jelas dilehernya.

"Apa yang harus kulakukan?" kata Rayna panik. "Jika Mum melihatnya, mungkin dia akan membunuhku" lanjutnya hampir mau menangis.

Melihat usahanya menggosok menggunakan air berujung sia-sia, Rayna segera keluar dari toilet guna mencari sesuatu yang dapat menutupi tanda hickey dilehernya. Koper kayu besar yang tadinya tertutup rapi, kini terbuka lebar dengan Rayna yang membongkar seluruh isinya dengan panik. Rasa takut memenuhi dirinya jika seseorang melihat tanda hickey dilehernya.

Akhirnya Rayna menemukan sesuatu yang berguna untuk menutupi tanda dilehernya, yaitu plester. Dia segera memasukkan kembali barang-barangnya kedalam koper dengan asal-asalan, setelah itu dia bergegas kembali menuju toilet. Didepan wastafel, dengan perlahan-lahan dia menempelkan plester dilehernya, untungnya tanda itu dapat sepenuhnya ditutupi plester.

Another Weasley [ᴏɴ ɢᴏɪɴɢ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang