Renjun yang duduk di depan Chenle memerhatikan yang lebih muda dengan seksama. Chenle begitu fokus menatap kertas di depannya dengan tatapan datar. Sulit untuk membaca apa yang ada di pikiran lelaki tersebut untuk sekarang karena kedataran yang begitu datar di wajahnya.
"Makan terlebih dahulu, Chenle-ya."
"Sebentar, Hyung."
"Chen—"
"Sudah." Chenle menutup file yang dipegangnya dan beralih memegang sumpit. Nafsu makannya tidak begitu besar, tetapi dia sudah berjanji kepada Jisung untuk menjaga dirinya sendiri. Ditambah, dia butuh energi yang cukup banyak untuk menjalankan investigasi sembari bekerja.
"Bagaimana restoran rekomendasi temanku ini?"
Chenle mengendikkan bahunya. "Bagus." Jawabnya singkat.
"Makanannya?"
"Enak."
Renjun menghela nafasnya. Chenle sering menjawab dengan singkat, tetapi tidak seperti ini, kali ini berbeda. Namun, Renjun mengerti keadaan Chenle. Dia tidak akan memaksa.
Mata Chenle sesekali melirik file hitam yang ada di sampingnya. Sesuatu berputar di kepalanya. Sesuatu tentang Lee Donghyuck.
Baiklah, lelaki itu berada di Thailand ketika Jisung berada di sama. Jelas sekali mereka berdua... mari lewati bagian itu. Jika itu adalah bayi Jisung, kenapa Lee Donghyuck tidak menunjukkan hasil tes DNA kepada Chenle? Lee Donghyuck memiliki harta yang lebih dari cukup untuk membayar tes DNA.
Chenle juga masih ragu akan kehadiran bayi di dalam perut Lee Donghyuck, tetapi jika benar Lee Donghyuck hamil anak Jisung dan mereka... ekhm, melakukan 'itu' ketika berada di Thailand, janinnya kurang lebih masih berusia tiga bulan lebih beberapa minggu, belum bisa Chenle pastikan hanya dengan melihat perut Lee Donghyuck.
"Hyung,"
"Hm? Kenapa?" Renjun menjawab dengan cepat.
"Kita memiliki orang di rumah sakit ini bukan?"
Renjun terdiam sesaat sebelum mengangguk. "Moon Daepyo. Anak teman ayahmu."
"Bisa hubungi dia?
"Akan aku hubungi setelah makan siang."
Chenle mengangguk kecil. "Terima kasih."
Perhatian Chenle kembali tertuju kepada makanannya. Namun, lagi-lagi sesuatu menghampiri pikirannya. Pernikahannya... haruskah dia undur? Undangan sudah siap untuk disebar, Chenle tidak masalah jika dia harus mengeluarkan uang lagi nantinya, tetapi ini harus dibahas dengan Jisung.
Atau mungkin tidak perlu? Chenle hanya harus menyelesaikan semuanya dengan cepat.
"Hyung, apa jadwalku tiga minggu ke depan padat?"
"Hm..." Renjun mengeluarkan tabletnya dan memeriksa jadwal Chenle.
"Cukup padat."
Chenle mengangguk kecil. Tidak masalah, dia adalah multitasker yang handal.
"Ah, omong-omong, apa yang kau bicarakan terakhir kali kau bertemu dengan Andy? Dia menangis setelah melewatiku."
Tangan Chenle berhenti mengambil makanan dan mulutnya berhenti mengunyah. Jisung menangis? Apa itu karena perpisahan sementara mereka? Atau itu air mata penyesalan karena Chenle menangkapnya berselingkuh?
BRAK!
Renjun tersentak hingga dia terhuyung ke belakang. Chenle yang memukul meja membatu untuk beberapa saat sebelum memijat batang hidungnya dan menghela nafasnya.
"Maaf. Sepertinya aku harus ke kamar mandi."
Nafas Chenle memburu di sepanjang langkahnya. Pikirannya menjadi begitu negatif, membuatnya merasa seperti berada di tempat yang sempit hingga dia sesak dan mual.
Dengan cepat Chenle mendekati wastafel dan membasuh wajahnya. Kepalanya dia pukul sembari berharap pikiran negatif yang ada di otaknya pergi.
"Dengar aku. Tidak, dengar aku!"
Chenle melirik ke belakangnya melalui cermin. Matanya memicing begitu mendapati figur yang familiar di matanya, tetapi wajahnya tidak begitu terlihat karena pria tersebut berdiri di ambang dinding pembatas kamar mandi dengan bagian luar.
"Itu perbuatanku, jadi jangan kau per— Dengar aku, Lee Dong— Halo? Halo?! Aish!"
Dong? Chenle membatin. Bodohkah Chenle jika berpikir itu adalah Donghyuck? Dia terlihat begitu putus asa. Menyedihkan.
Chenle kembali membasuh wajahnya, berpura-pura seolah dia tengah berusaha menghapus noda di wajahnya ketika melihat pergerakan pria tersebut. Akan canggung jika Chenle ketahuan menguping.
"Zhong Chenle?"
Kini Chenle berpura-pura terkejut mendengar namanya dipanggil. Sentakan yang dibuat-buat juga dia paksakan. Setelah itu dia mematikan keran dengan cepat dan menoleh. Chenle memandang pria tersebut dengan sedikit kikuk.
"Ah, Mark Sunbae?"
"Um... apa kau mendengar pembicaraanku?" Mark bertanya dengan cemas.
"Pembicaraan apa? Tadi ada noda di wajahku dan sulit sekali dihilangkan. Apa Sunbae berbicara kepadaku tadi? Jika iya, maaf sekali karena aku tidak mendengarkan."
Mulut Mark membulat kecil sembari mengangguk. Ekspresi pria itu tampak lega setelah mendengar jawaban Chenle. "Ah, bukan."
Chenle pun memberikan senyumnya sebelum mematikan keran. "Apa Sunbae sedang ada urusan?"
"Tadinya, tetapi batal. Kau sendiri?"
"Makan siang bersama Renjun Hyung." Chenle melihat jam tangannya dan mengetuknya dengan telunjuknya. "Aku harus kembali."
Mark hanya mengangguk kecil dengan senyum di wajahnya. Chenle pun pergi. Sebenarnya Chenle sangat penasaran terkait siapa yang dihubungi seniornya itu. Dong? Bukankah jika ditambahkan hurufnya bisa membentuk nama Donghyuck? Namun, Chenle pikir itu sedikit memaksa. Jika memang benar maksudnya Donghyuck atau Lee Donghyuck, Chenle masih belum tentu benar karena ada ratusan orang bernama Donghyuck, dia tidak bisa berasumsi itu adalah Donghyuck yang dia pikirkan.
Namun, firasatnya kuat tentang hal ini. Tidak ada salahnya mencoba.
Renjun yang melihat Chenle kembali menyunggingkan senyumnya begitu lebar. Tangannya menunjuk banana split yang tersaji di atas meja. "Chenle-ya, kau kembali tepat waktu. Makanan penut—"
"Hyung, sepertinya Mark Sunbae ada hubungannya dengan Lee Donghyuck."
"Duduk dan makan dulu, Chenle-ya."
Chenle bisa menuruti perintah Renjun untuk bagian duduk dan makan. Namun, dia tidak bisa berhenti berpikir. Firasatnya terlalu kuat, entah ini hal yang bagus atau bukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sailing [JiChen | ChenJi] ✓
Fanfiction✨A Story By Z✨ [Book 2 of Ran] "Terima kasih karena sudah bertahan denganku." -- "Kau belakangan ini lengket sekali denganku." "Begitukah? Bukankah aku selalu lengket denganmu?" -- "Haha... aku pikir aku cerdas, Hyung. Aku pikir aku mampu membedakan...