✨bonus✨

969 137 4
                                    

"Kau benar tidak akan merasa tidak nyaman? Aku hanya takut jika kau tiba-tiba akan merasa sedih." Jisung menggenggam tangan Chenle yang tergeletak di atas meja makan dan mengusapnya lembut.

Kedua manik Chenle menatap Jisung penuh keseriusan dan dia mengangguk. "Tidak akan."

"Baiklah. Tapi jika kau merasa muram atau semacamnya, katakan kepadaku dan kita akan segera pulang, oke?"

Chenle mengangguk. "Hm."

Senyum Chenle terulas kecil. Berkebalikan dengan senyum yang diulasnya, hatinya dihiasi kelabu. Tiga tahun sudah pernikahan mereka berjalan, tetapi mereka belum dikaruniai seorang anak karena dia tidak subur. Dokter bilang akan sulit untuk memiliki anak jika kondisinya masih seperti itu.

Mulanya meskipun sedih, dia tidak begitu terganggu. Namun, ketika melihat anak Jaemin dan Jeno, hatinya menjadi kelabu begitu saja. Ditambah lagi ketika dia bertemu dengan Mark dan anaknya.

Itu adalah masa-masa yang berat bagi Chenle serta Jisung. Chenle jadi begitu diam dan Jisung muram melihat Chenle bersedih. Namun, perlahan-lahan Chenle belajar merelakan. Tidak subur bukan berarti tidak bisa memiliki anak, hanya saja butuh waktu hingga tubuhnya stabil.

Sebenarnya itu adalah bagian yang membuat Jisung semakin sedih. Mungkin yang membuat Chenle stres adalah dirinya. Mungkin masalah yang dia perbuat saat itu adalah penyebab efek buruk jangka panjang bagi Chenle.

"Kau juga. Jangan berpikir yang macam-macam." Chenle yang memandang Jisung yang terdiam berucap.

Lamunan Jisung terpecah dan dengan kikuk pria itu mengulas senyumnya. "Tidak. Aku tidak berpikir macam-macam."

***

"Terima kasih sudah berkenan hadir."

"Tentu saja." Chenle mengulas senyumnya tipis. Tangannya menjabat uluran tangan Moon Daepyo untuk sesaat.

Moon Daepyo mengulas senyumnya hangat. "Saya harap Zhong Hoejang tidak merasa tidak nyaman."

"Oh, jangan khawatir." Chenle menggeleng kecil. "Sama sekali tidak ada masalah dengan panti asuhan. Saya bukan orang yang seperti itu, Moon Daepyo." Mata Chenle memicing kecil, membuat Moon Daepyo salah tingkah. "A-ah, bukan begitu maksud saya."

Chenle terkekeh pelan. "Hanya bercanda. Di mana anak Anda?" Chenle menunjukkan bungkusan di tangannya. "Saya harap dia menyukai hadiahnya."

"Oh, di sana. Junho—"

"Tidak perlu, akan kuberikan langsung kepadanya." Chenle menyela, kemudian melangkah pergi.

Jisung, yang ditinggal Chenle pergi untuk memberikan hadiah, menggantikan suaminya menjadi teman bicara Moon Daepyo. Pria jangkung itu tersenyum dan menjabat tangan direktur rumah sakit tersebut. "Hyung."

"Apa Zhong Hoejang tidak apa-apa kemari?"

"Dia bilang tidak apa. Ei, Hyung, kau masih memanggilnya begitu? Kita semua sudah berteman bukan?" Jisung mengibaskan tangannya.

"Sungkan. Keluarga Zhong adalah salah satu alasan mengapa rumah sakitku bisa berdiri sampai sekarang." Moon Daepyo menghela nafasnya. "Juga, aku sudah mengecewakan Zhong Hoejang."

Tahu Moon Daepyo membahas masalah... anak. Jisung bungkam. Dia mengerti perasaan itu.

***

Sailing [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang