Chenle memandang Jisung yang menggendong Dohyon dengan nyaman. Suaminya terlihat seperti sudah berpengalaman menggendong ratusan bayi, sama sekali tidak kaku. Sementara Chenle masih belum berani.
Mereka sedang menjemput Dohyon, tetapi memutuskan untuk singgah sedikit lama di panti sampai Chenle bisa merasa tenang dan tidak panik ketika berada di sekitar Dohyon. Sudah hampir dua setengah jam mereka di sana, waktu yang cukup lama, tetapi setidaknya menghasilkan progres. Chenle yang sebelumnya membeku ketika Dohyon menghampirinya, kini mulai biasa saja.
"Aku tahu menggendong bayi rasanya menyenangkan, tapi jangan sampai terus-terusan digendong. Dohyon harus belajar berjalan sendiri. Dia sudah bisa merangkak dan berdiri juga berjalan dengan berpegangan pada benda, hanya perlu lebih banyak latihan lagi." Seungwan berucap.
Chenle mengulang apa yang Seungwan katakan di kepalanya berkali-kali agar melekat rekat dalam ingatannya.
"Nngg! Uh, uh, mmaaaa."
"Wow, wow, wow..." Jisung sedikit kewalahan ketika Dohyon bergerak-gerak sedikit liar.
Seungwan menunjuk Dohyon. "Dia ingin turun."
Walau sedikit kecewa, Jisung tetap menurunkan Dohyon dan membiarkan anak itu merangkak menjauh darinya. Toh, kejadian berikutnya membuatnya sangat bahagia.
Dohyon merangkak menghampiri Chenle. Bayi itu terdiam beberapa saat sebelum mengeluarkan kekehan khas bayi dan maju hingga berada di atas pangkuan Chenle. Yang memangku menyentuh lengan gembul si bayi karena sudah merasa tidak panik lagi. Chenle tersenyum merasakan betapa halusnya kulit Dohyon.
Seungwan menepuk kedua tangannya hingga bunyi yang cukup keras pun tercipta. "Cha! Karena sudah tidak panik lagi, sekarang cobalah untuk menggendong, Chenle-ssi." Wanita itu tampak begitu bersemangat.
Chenle memandang Dohyon dan memberanikan diri untuk merengkuh bayinya dengan hati-hati. Lengan mungil Dohyon bergerak melingkari leher Chenle dan meletakkan kepalanya dengan nyaman di bahu lelaki tersebut.
"Awawawawa." Bayi itu berceloteh tepat di depan telinga Chenle seraya memainkan anting yang Chenle kenakan dan Chenle tidak bisa menahan diri untuk mengeratkan rengkuhannya.
"Ah! Lucu sekali~" Seungwan bertepuk tangan dengan gembira. "Oh ya, Dohyon sudah mulai banyak berceloteh dan sudah bisa menyebutkan beberapa kata. Jangan lupa untuk sering mengajaknya bicara."
Semesta kali ini tidak berpihak kepadanya? Tidak apa. Dia sudah bangkit dan siap berjalan tanpa bantuan semesta. Chenle mengangguk paham. Akan dia tanamkan semua yang Seungwan katakan agar dia bisa merawat Dohyon dengan baik.
***
Jisung berlari mendahului Chenle dengan semangat. Pria itu berdiri di depan pintu utama rumah mereka kemudian berbalik. Matanya memandang Dohyon yang berada dalam gendongan Chenle dengan binaran.
"Dohyon-ah," Jisung berbalik kembali dan membuka pintu. "Selamat datang 'nak!"
"Tang!"
Senyum Chenle terulas dengan sendirinya mendengar suara nyaring khas bayi yang mengulangi perkataan Jisung sebisanya. Punggung Dohyon dia usap dengan lembut. "Pintar."
Jisung terkekeh pelan melihat Dohyon yang tampak sedikit kebingungan dengan lingkungan asing di sekitarnya. Chenle sendiri menurunkan bayi berusia satu tahun itu turun dari gendongannya, membiarkan si kecil merangkak dengan ragu-ragu.
"Lucu sekaliii~" Jisung menarik suaminya dan memeluknya erat dari samping. Chenle yang memiliki kontrol diri yang lebih baik hanya tersenyum menahan kegemasannya.
"Ah, panggilan... kau ingin dipanggil apa?" Jisung meletakkan dagunya di bahu Chenle, memperhatikan suaminya dengan seksama. Yang ditanya diam sembari memperhatikan anaknya yang terdiam di ruang tamu. Selama ini Dohyon sering mengatakan "Mma" ketika bersamanya. Mungkin si mungil ingin memanggilnya mama? Atau eomma?
Chenle bergumam. "Mungkin... mama?"
"Kalau begitu aku papa." Jisung mengecup pipi Chenle. "Halo mama." Pria itu terkekeh. Sementara yang digoda berdeham kecil untuk menepis malu yang menyergapnya.
"Mma. Mamamam." Dohyon yang sebelumnya berada beberapa langkah di depan Chenle dan Jisung, kini berputar dan menghampiri kedua orang tuanya. "Mammm." Anak itu berhenti di depan kaki Chenle. Tangan mungilnya meraih dan meremat celana bahan yang Chenle kenakan dan berdiri dengan mudah. "Mmaa. Nyamm." Tangannya dilepaskan dari celana Chenle. Jari-jari kecilnya bergerak terbuka dan tertutup di depan perut buncitnya.
"Hm?" Chenle melepaskan tangan Jisung yang melingkar di pinggangnya dan berjongkok untuk menyetarakan dirinya dengan Dohyon. "Nyam?... apa maksudnya lapar? Hyon-ie lapar?"
Dohyon kembali meremat celana Chenle dan menggoyangkannya. "Hngg, nyam."
Chenle tersenyum lebar dan mengangguk. "Ayo kita makan." Tangannya dia ulurkan kepada Dohyon dan disambut dengan riang gembira oleh si kecil. Suami Jisung itu memapah Dohyon perlahan-lahan dengan senyum lebar di wajahnya. Jisung tidak perlu bertanya-tanya atau ragu, dia yakin Chenle akan menjadi orang tua yang baik. Jika semesta meragukannya, akan Jisung berikan buktinya langsung kepada semesta.
Tamat
--
Hehe gantung ya?(Edit)
Baru sadar kepotong. Hm -_-Makasih banyak udah menyempatkan waktu kalian untuk baca cerita Z! See you di cerita lainnya 💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Sailing [JiChen | ChenJi] ✓
Fanfic✨A Story By Z✨ [Book 2 of Ran] "Terima kasih karena sudah bertahan denganku." -- "Kau belakangan ini lengket sekali denganku." "Begitukah? Bukankah aku selalu lengket denganmu?" -- "Haha... aku pikir aku cerdas, Hyung. Aku pikir aku mampu membedakan...