05

2.3K 178 3
                                    

Aliana berjalan pulang menuju rumahnya. Kata-kata Medy masih terngiang-ngiang di kepalanya. Seharusnya dia senang, sahabatnya sudah menemukan orang yang bisa dicintai olehnya. Tapi entah kenapa, hatinya terasa sakit ketika mendengar pengakuan itu.

Aliana mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Kenapa hatinya terasa sakit begini? Padahal Aliana menganggap Revo cuma cowok tengil yang hanya bisa narik perhatiannya sekilas. Enggak lebih. Ditambah sifatnya yang jauh dari kata pangeran.

Aliana membuka pintu pagar dan masuk ke dalam. Dia membuka pintu rumah sedikit dan melihat papanya yang sedang meremas kertas sampai buku-buku tangannya memutih.

Aliana mengetok pintu. "Aliana pulang, Papa" ucapnya dengan suara pelan.

Papanya menoleh dan segera memasukkan kertas itu di sakunya cepat-cepat. Aliana mengernyitkan dahi tanda bingung. Papanya yang sadar langsung mendekati Aliana.

"Eh, putriku sudah pulang. Ayo masuk, ganti bajumu dan papa tunggu di meja makan"

#######
Aliana masuk ke kamarnya. Dibantingnya tas di kursi dan menghempaskan badannya di kasur. Dia melihat langit-langit kamarnya. Memejamkan matanya sebentar dan menikmati momen-momen menyenangkan bersama Revo. Dia cuma teman kok. Enggak lebih, batin Aliana. Aliana bangkit dan mengganti bajunya dan segera turun dari kamar.
#####
Papa melihatnya sambil tersenyum. Aliana pun juga ikut tersenyum dan duduk di dekat papanya. Semenjak Mamanya meninggal, Papa lebih banyak diam. Bicara juga seperlunya saja, seperti menanyakan Aliana bagaimana di sekolah.

Aliana mengambil makanan. Berdoa, lalu makan. "Papa jangan diam saja, ayo makan"

Papa hanya mengangguk. Dia mengambil makan, berdoa, dan mulai makan.

Aliana melihat Papanya makan. Dia bingung akan sikap Papanya di ruang tamu tadi. Dia tidak pernah melihat Papanya berekspresi tegang seperti tadi. Aliana ingin bertanya, tapi dia urungkan dan melanjutkan makannya.

Papa-nya berdeham. Aliana pun menoleh. "Al, besok Papa akan keluar negeri selama 2 hari. Urusan pekerjaan. Papa tidak bisa menemanimu merayakan pesta ulang tahunmu. Maafkan, Papa"

"Nggak apa-apa, Pa" ujar Aliana. Dia baru ingat bahwa lusa adalah ulang tahunnya. "Ada Medy yang lainnya juga kok. Papa fokus ke pekerjaan saja"

Aliana memegang tangan Papa dan Papa menyambut uluran tangannya. "Maaf, ya, Aliana"

#######

"Happy Birthday, Aliana Tanuwijaya!"

Aliana menoleh pelan. Disana Deva dan Medy membawakan hadiah kecil yang dibungkus kertas kado warna-warni. Deva dan Medy menempatkannya di meja Aliana. Aliana menatapnya sebentar dan berpaling menatap dua sahabatnya itu.

Aliana mengambil salah satu kado dan mengamatinya. "Lho, ulang tahun gue kan masih besok. Kenapa ngasih sekarang?"

Medy mengacak-ngacak rambut Aliana. Aliana mendengus pelan lalu merapikan kembali rambutnya. "Ya, enggak apa-apa, dong. Biar gak keduluan sama orang lain. Pas di hari H pasti kolong lo bakal penuh sama hadiah"

Aliana tersenyum. "Makasih ya, boleh gue buka?" ujar Aliana hampir menarik pita di atasnya.

Deva mengcekal tangan Aliana. "Gak boleh. Tunggu aja sampe rumah. Kan jadi ga suprise. Oiya, mau ngadain perayaan di mana, nih?" ujar cowok itu sambil duduk berhadapan dengan Aliana.

Aliana menopang dagu sambil mengetuk-ngetukkan kadonya. "Biasa, di rumah gue aja."

Deva bertepuk tangan senang. "Asyik. Enak, nih, perayaan setahun yang lalu juga di rumah elo, kan"

Aliana hanya mengangguk. "Bawa kado lagi ye" ujar Aliana sambil nyengir.

The Devil PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang