10

2.1K 164 13
                                    

Medy duduk terdiam di balkon kamar tidurnya. Dia menikmati hembusan angin malam yang menyentuh wajahnya. Ia menopangkan dagu di lutut kakinya.

Aliana menyukai Revo?

Kata-kata tersebut terngiang-ngiang di kepalanya. Dugaan bahwa sahabatnya menyukai lelaki itu mungkin bukan lagi sebuah dugaan. Medy menyadari itu ketika ia melihat mereka berdua mengobrol sangat asyik sekali. Lebih dari itu Medy mengamati cara pandang yang dibalas antara satu sama lain.

Medy menghela napas. Mungkin satu-satunya cara adalah dengan mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu untuk memastikan bagaimana perasaan Revo. Dan mungkin saat ini ia harus menyiapkan hatinya untuk kemungkinan terburuk.

--

Revo diam di depan kelas 10-1. Ia melihat ke dalam dan belum menemukan orang yang dicarinya. Alasan ia pergi ke kelas Aliana, tentu saja untuk mengucapkan terima kasih. Tapi orang yang dicarinya belum datang dan ia berniat untuk balik ke kelas. Tiba-tiba ia dihadang oleh seorang cewek. Medy, Revo ingat dia adalah teman Aliana.

--

"Anu, bisa ikut gue sebentar, gak? Ada yang mau gue omongin"

--

Revo dan Medy berdiri sambil berhadapan. Medy menunduk dan ia harus mengucapkan ini sekarang juga. Ia harus memastikannya agar perasaannya tidak larut terlalu dalam.

"Halo Revo. Masih ingat gue?" ujar Medy sambil tersenyum.

Revo yang sedari diam lalu membalas senyuman Medy. Membuat hati Medy berdegup sangat kencang. "Tentu. Lo temennya Aliana, kan?"

Medy tersenyum kecut, dia mengenalku hanya sebatas sebagai teman Aliana, rutuk Medy. Ia ingin membuka obrolan tapi entah kenapa mulutnya terkunci rapat. Tidak, ia harus segera menyelesaikan ini.

"Gue suka sama lo, Rev"

Revo menatapnya kaget, "Apa lo maksud?"

Medy hanya tersenyum, "Apa yang gue omongin kurang jelas? Gue suka sama lo."

"Ap..apa, maksud gue kita belom saling mengenal, dan.." kata Revo dengan terbata-bata. Ia merasa belum mengenal dengan dekat dengan gadis ini dan tiba-tiba gadis ini mengatakan suka padanya. Ini membuat Revo salah tingkah.

Medy hanya tersenyum manis, "Cinta emang gak tau datangnya kapan, kan. Dan mungkin gue sudah jatuh cinta sama lo pas pertama kali kita ketemu."

Revo menatapnya lalu menundukkan kepalanya, "Maaf. Gue gak bisa bales, maaf banget."

Medy sangat lega. Ya, dia ditolak. Memang sangat sakit tapi apa boleh buat. Ia sudah tahu bahwa sekarang ia tidak akan mengharapkan cowok ini lagi. Memang bahwa kenyataanya hatinya sangat sakit.

"Gak apa-apa. Mungkin sekarang kita bisa jadi teman saja, ya. Oiya, gue tebak lo lagi suka sama cewek"

Revo hanya diam terpaku. Ia nggak bisa bilang bahwa ia mulai menyukai seorang gadis yang merupakan sahabat gadis ini. Ya dia adalah Aliana.

"Lo suka sama temen gue, ya? Si Aliana"

Muka Revo memerah. Bagaimana Medy bisa membaca pikirannya? Oh, tidak.

"Yaampun muka lo merah! Bener kan gue? Gue dukung kok. Apa gue jadi mak comblang kalian berdua?"

"Udah gak usah dibahas. Mungkin gue mau memperjuangin dia dengan usaha gue sendiri. Eh btw thanks udah ngatain perasaan lo sejujurnya. Gue ngehargain itu." ujar Revo sambil tersenyum. Lalu ia mengulurkan tangan dan Medy menyambut uluran tangan tersebut.
--
Aliana dan Medy berjalan di lorong sekolah. Entah kenapa hatinya berdegup kencang jika mengingat seseorang tiba-tiba menghampirinya. Ya, Revo. Cowok itu selalu membayangi Aliana. Membuat hatinya berdegup tak karuan.

The Devil PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang