Medy berjalan pulang menuju ke rumahnya. Ia berjalan dengan perasaan yang sangat lega tanpa beban sedikitpun. Seperti beban yang selama ini ia tanggung meluap entah kemana. Mungkin menyatakan perasaannya pada Revo merupakan pilihan yang terbaik.
Ring! Ring!
Medy tersentak kaget ketika mendengar suara notifikasi dari handphonenya berbunyi. Ia segera merogoh sakunya untuk mengambil handphonenya. Ternyata dari Aliana, ia sudah menebak apa yang akan dibicarakan oleh sahabatnya itu.
Aliana : OMG! Medy, gue dan Revo jadian!
Medy tersenyum dan sedikit berteriak. Ia lalu menyadarinya dan segera menutup mulutnya dengan tangan sebelum diperhatikan oleh orang-orang.
Medy : SELAMAT, SWEETHEART! Omg, gue seneng banget! Lo harus ngasih pj ke gue ye
Aliana : Makasih, Med! Semua ini juga berkat lo. Kalo lo gak ngeyakinin gue, paling gue sama Revo sampai saat ini masih berstatus 'teman'
Medy tersenyum bahagia. Sampai-sampai ia tak sadar bahwa ia sedang menubruk seseorang.
--
'Ukh, kok gue lupa rumah gue sendiri ya? Dasar bodoh' rutuk Vio sambil menggeret kopernya.Vio tersesat dan hanya bisa berputar-putar di sekitar komplek perumahan. Ia sangat yakin bahwa ia sedang berada di perumahan yang tepat, hanya saja ia tidak tahu letak rumahnya persis berada sekarang. Wajar saja Vio lupa, ia sudah meninggalkan Indonesia kurang lebih sekitar 5 tahun dan baru pulang dari Jerman tadi pagi. Padahal ia sudah tidak sabar untuk menemui ayah dan adiknya yang bawel, Aliana.
Ia pulang dari Jerman ke Indonesia diam-diam. Ia tidak memberitahukan ayah dan Aliana bahwa ia sudah menyelesaikan masa kuliahnya di Jerman dan sekarang ia pulang ke Indonesia. Ternyata, semua sudah banyak yang berubah sejak ia meninggalkan Indonesia 5 tahun yang lalu. Ia mengingat bahwa rumah ini itu dulu tidak berada di sini, restoran kesukaannya sudah tidak ada lagi, toko-toko yang tidak dikenalinya berdiri di sana sini. Ini membuat Vio bingung. Mungkin jika ia mengabari ayahnya untuk pulang hari ini ia tidak akan tersesat.
Ia menyalakan handphonenya untuk melihat maps dan tanpa sadar ia sedang berjalan ke arah seorang gadis dan menubruknya.
Gadis itu hanya mengucapkan kata maaf dan ia terpaku pernah melihat gadis ini entah dimana. Lalu ia mendekat dan mempertajam ingatannya, "Medy?"
--
Medy terpaku melihat lelaki yang menurutnya tampan di depannya ini. Samar-samar ia pernah mengenalinya wajah ini. Wajah yang sangat mirip dengan sahabatnya, Aliana. Lalu ia teringat siapa lelaki ini.
"Kak Vio?"
Lelaki yang bernama Vio ini lantas tersenyum. "Kamu benar Medy, kan? Oh syukurlah aku menemukan orang yang tepat. Tolong bantu aku mencari..."
Kruyuk!
Medy hanya tersenyum kecil, "Bagaimana kalau kita makan dulu lalu setelah makan aku akan membantu kakak. Oke?"
--
"Kamu Medy? Aku kok gak percaya"
Medy memutar garpunya dan segera menyuapkan pastanya ke dalam mulutnya.
"Tentu saja aku ini Medy. Kayaknya kakak gak percaya banget kalau aku ini Medy"
Vio menopang dagu dan mengamati wajah Medy. "Tentu saja aku gak percaya. Aku terakhir bertemu kamu ketika kamu berumur 13 tahun. Dan selama 5 tahun berlalu kamu semakim cantik saja" goda Vio
Wajah Medy memerah sedikit, "Apaan sih, aku tetap Medy yang dulu kok, gak berubah. Oiya, ngomong-ngomong kapan kakak pulang dari Jerman? Kok Aliana gak ngasih tau apa-apa kalau kakak pulang ke Indonesia?"
Vio memotong steik-nya, "Aku memang merahasiakannya dari Aliana dan ayah. Kejutan. Tapi kejutannya sepertinya gagal. Aku lupa jalan pulang ke rumah"
Medy hanya bengong. Lupa jalan pulang ke rumah katanya? Tawa Medy langsung meledak mendengar alasan lelaki itu sangat lucu dan tidak masuk akal.
"Hei jangan tertawa. Wajar saja aku lupa jalan pulang ke rumah. Aku meninggalkan rumah sudah sangat lama. Nah, aku mau minta bantuanmu untuk mengantarkanku pulang. Makanan ini aku yang traktir, deh"
Medy memegang perutnya karena kebanyakan ketawa, "Oke. Oiya ngomong-ngomong, kak Vio tambah cakep, deh"
--
Aliana melompat ke kasurnya dan ia menarik bantalnya untuk menutupi sebagian wajahnya. Ia sungguh tidak percaya bahwa di umur 17 tahun ini baru pertama kali ia punya pacar.
"Oke, apa yang pertama kali dilakukan ketika pertama kali pacaran?"
Sin
Aliana menatap hp-nya lalu segera mengambilnya. Keringatnya bercucuran. Apakah ia harus mengirim pesan kepada Revo? Apa ia harus menunggu agar Revo yang mmengirim pesan duluan? Ugh, berpacaran itu susah sekali.--
Revo melepas kacamatanya dan bersandar lelah di kursinya. Ia meregangkan badannya sebentar setelah ia harus menyelesaikan pr menumpuk yang telah selesai dihadapannya. Ia menatap hp-nya. Tiba-tiba ia teringat dengan wajah Aliana.
Revo membuka kontak teleponnya dan menemukan kontak gadis tersebut. Ia sangat ingat yang memasukkan kontak tersebut adalah Adrian. Ia memasukkan kontak tersebut hanya untuk berjaga-jaga.
Revo menekan kontak tersebut dan mendekatkan hpnya ke telinganya. "Nyambung," batinnya. Kemudian telepon tersebut terangkat dan sontak Revo mematikkan teleponnya. Wajahnya memerah dan sepertinya ia belum siap untuk hal seperti ini.
--
Aliana menggosok rambutnya yang basah dengan handuk dan terdengar bahwa hp-nya berbunyi. Ia menekan tombol hijau dan mengangkatnya, "Halo?" ucapnya. Tiba-tina telepon yang ada di seberang mematikannya dan Aliana menatap hp-nya dengan kening berkerut, "Telepon iseng, ya?"
Aliana turun kebawah untuk mengambil minum dan ia mendengar ada orang yang tiba-tiba datang. Ia mendekati pintu dan terkejutnya melihat seseorang dan temannya berada di ambang pintu.
"KAKAK?!"
Aliana bersorak gembira dan memeluk kakaknya itu, "ini benar-benar kakak, kan?" tanya Aliana sambil memegang wajah kakaknya.
Kakaknya hanya tertawa, "Tentu saja ini kakak, halo adikku yang cerewet, kakak sangat merindukanmu" jawab Vio sambil mengusap kepala Aliana.
Aliana melongok kebelakang tubuh kakaknya. "Loh, Medy kok kamu ada disini?"
Medy hanya tersenyum, "mari kita bicarakan di dalam"
--

KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Prince
Teen FictionAliana Tanuwijaya, gadis yang sudah berjanji akan menemukan jodoh yang seperti pangeran. Sialnya, dipertemukan oleh Revo, cowok menyebalkan yang membuat Aliana berdebar-debar. Dibalik cerita mereka terdapat kisah kelam yang akan mereka hadapi demi s...