Aliana meregangkan badan sembari keluar dari kelas. Dia melangkah menyusuri koridor dan tak sengaja menatap seorang cowok yang sedang bersandar di pohon yang teduh. Aliana spontan berlari kecil dan menghampiri Revo yang sedang tidur dengan pulasnya. Kemudian dia berjongkok dan mengamati wajah tidurnya yang pulas. Rambut Revo sedikit acak-acakan dan beberapa helai jatuh ke matanya. Bulu matanya sangat lentik, membuat Aliana sedikit iri. Terdapat headphone yang melingkari lehernya. Dia mendengkur seperti anak kecil yang membuat Aliana tersenyum. Aliana merapikan helaian rambut yang jatuh ke matanya. Tontonan gratis melihat cowok tampan yang sedang tidur.
Revo mengerang dan mencengkram tangan Aliana. Matanya membulat dan dia berusaha melepaskan cengkraman Revo. Tapi semakin dia menjauh, cengkramannya semakin kuat. Revo menarik tangan Aliana dan memeluk tubuh gadis itu. Wajah Aliana memerah. Kepalanya tepat jatuh di dada Revo. Degupan jantung berdetak dari dada Revo yang membuat wajah Aliana semakin memerah.
"Rev, lepasin"
Revo mempererat rangkulannya. Aliana pun berteriak keras agar dia melepaskan pelukannya.
"REV LEPASIN!"
Revo tersentak dan langsung mencari asal suara. Dia melihat Aliana yang sedang menatapnya tajam dan belum pindah dari posisi semula. Revo mencengkram bahu Aliana dan mendorong untuk menjauhinya.
"Maaf, gue mau tanggung jawab kok!" ujar Revo panik.
Aliana bengong kemudian tertawa dan menyentil dahi cowok itu. "Dasar mesum. Lo gak ngapa-ngapain, kok. Lagian juga ini taman sekolah. Lo mimpi yang aneh-aneh, ya?
Revo mengerang kesakitan sambil mengusapkan dahinya. "Gue mimpi lagi meluk guling. Ya udah gue kira gue megang guling terus narik tuh guling. Eh ternyata gulingnya lo. Untung di taman, ga ada yang ngeliat. Kalo ada yang ngeliat mati gue"
Aliana tertawa kecil. Kemudian dia mendengar suara yang memanggil nama Revo. Asal suara itu bertambah dekat dan Aliana melihat bahwa orang yang memanggil namanya ternyata, Adrian, teman Aliana pas masih ikut ekstrakulikuler bulu tangkis.
Adrian mendekat dan melihat heran ada dua orang dikenalnya sedang bersama. Adrian melemparkan senyum ke Aliana dan Aliana membalasnya.
"Loh, Aliana? Kok disini?"
Aliana melihat Revo dan mengedikkan bahu. "Cuma ketemu sama temen baru aja"
Adrian tersenyum. "Lo kenal sama ni bocah? Dimana?"
Aliana hanya mendengus pelan. "Ceritanya panjang lain kali aja gue ceritain"
Adrian manggut-manggut. "Kaget aja gue, ternyata Revo punya temen cewek. Dia ini lumayan ansos. Temennya ga banyak. Pacar juga ga punya. Kalo ga salah dia ini pernah ikut kencan buta gitu di karaoke. Gue yang maksa dia ikut. Kasian dia lama-lama bisa jadi jomblo akut"
Aliana menoleh ke arah Revo dan melihat mukanya memerah. Kemudian dia tertawa keras. Revo menatapnya tajam dan dia tidak memedulikan itu. Adrian melongo melihat Aliana tertawa seperti itu.
"Lo jahat banget, Ad. Gini-gini gue ganteng daripada lo" ujar Revo tajam.
Adrian hanya mengedikkan bahu tak peduli. "Iya, lo ganteng. Tapi ga laku ya sama aja, Bro"
"Sekarang gue gantian tanya. Lo kenal sama cewek judes ini?"
"Gue gak judes"
"Bodo"
Adrian tersenyum melihat tingkah temannya. "Jangan cemburu, Rev. Gue lebih kenal Aliana karena dia temen gue pas ekskul bulu tangkis."
Aliana mengambil tasnya dan mengaduk-ngaduk isinya. Kemudian dia mengluarkan kertas undangan merah muda dan menyerahkannya pada mereka berdua.
"Pesta ulang tahun gue. Dateng, ya. Adrian lo juga dateng"
Adrian mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Kemuadian Aliana pamit pulang. Revo hanya memandang undangan itu dan melihat Aliana berlalu.
#######
Aliana menghempaskan tubuhnya di kasur. Kemudian mengingat saat dia jatuh di dada Revo. Tubuh cowok itu hangat. Dadanya sangat bidang, Aliana bertaruh pasti dia nge-gym. Nafas cowok itu menghela wajahnya. Caranya memeluk Aliana membuat jantungnya jumpalitan. Dia bingung, cowok seperti Revo tapi tidak punya pacar. Kalau tahu bahwa Revo benar-benar rupawan pasti cewek-cewek langsung jatuh hati padanya. Kecuali Aliana. Dia tidak tahu pasti perasaanya terhadap Revo.
Aliana mengambil pigura foto yang berdiri di mejanya. Di sana terdapat Mama dan Aliana yang berusia masih 3 tahun. Kemudian dia memeluk pigura foto itu dan mengangkatnya ke udara.
"Mama, Aliana bingung sama perasaan Aliana. Aliana ga tau apa Aliana suka cowok itu apa tidak."
Aliana mempunyai kebiasaan jika dia terkena masalah dia akan curhat di hadapan foto Mamanya. Itu membuat dia lebih tenang, dan dia yakin bahwa Mama yang ada di surga pasti mendengarnya.
Aliana meletakkan pigura itu kembali ke meja belajarnya. Lalu dia terlelap dalam mimpi yang indah.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Prince
Teen FictionAliana Tanuwijaya, gadis yang sudah berjanji akan menemukan jodoh yang seperti pangeran. Sialnya, dipertemukan oleh Revo, cowok menyebalkan yang membuat Aliana berdebar-debar. Dibalik cerita mereka terdapat kisah kelam yang akan mereka hadapi demi s...